Penggunaan Perumpamaan


Perumpamaan (=parable) adalah cerita singkat dengan menggunakan hal-hal di dunia untuk mengungkapkan makna surgawi. 


Perumpamaan-perumpamaan Yesus, cerita-cerita singkat dengan ide-ide besar.


Tuhan Yesus sering menggunakan perumpamaan sebagai sarana untuk  penggambaran mendalam tentang kebenaran ilahi. Cerita-cerita perumpaan seperti itu mudah diingat, berani/kuat dalam karakteristik , dan simbol-simbolnya kaya dengan makna. Perumpamaan adalah bentuk umum pengajaran dalam Yudaisme.  

Sebelum titik tertentu dalam pelayanan-Nya, Yesus telah memakai banyak analogi-analogi kehidupan dengan memakai hal-hal umum yang dipahami orang (garam, roti, domba, dan lain-lain) dan maknanya cukup jelas dalam konteks pengajaran-Nya. Perumpamaan memerlukan penjelasan lebih, dan pada satu titik dalam pelayanan-Nya, Yesus mulai mengajar menggunakan perumpamaan-perumpamaan  secara eksklusif.

Pertanyaannya adalah mengapa Yesus membiarkan mayoritas orang bertanya-tanya tentang arti perumpamaan-Nya? 
 
Hal ini pertama terjadi ketika Dia menceritakan perumpamaan tentang benih dan kondisi tanah yang berbeda-beda. Sebelum menafsirkan perumpamaan ini, Dia menarik murid-murid-Nya jauh dari keramaian. Ketika itu murid-muridNya berkata kepada Yesus, "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?


Image credit : Caloy Gabuco, 13 Agust 1986


Jawab Yesus:  
"Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.
Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya."
 (Matius 13: 10-17).

 
Dari titik ini dalam pelayanan Yesus, ketika Dia berbicara dalam perumpamaan, Dia menjelaskan arti perumpamaan itu hanya kepada murid-murid-Nya. Tetapi mereka yang telah terus-menerus menolak pesan-Nya dibiarkan dalam kebutaan rohani mereka untuk bertanya-tanya tentang makna perumpamaan-Nya.

Yesus membuat perbedaan yang jelas antara mereka yang telah diberikan "telinga untuk mendengar" dan mereka yang bertahan dalam ketidakpercayaan meskipun pernah mendengar, tetapi tidak pernah benar-benar memahami dan "yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran." (2 Timotius 3: 7).

Para murid telah diberi karunia pengertian rohani dimana hal-hal rohani dibuat menjadi jelas maknanya bagi mereka. Karena mereka menerima kebenaran dari Yesus, mereka diberi lebih banyak  lagi kebenaran. Hal yang sama berlaku hari ini bagi orang percaya yang telah diberi karunia Roh Kudus yang menuntun kita ke dalam seluruh kebenaran (Yohanes 16:13 "
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang"). Dia telah membuka mata kita untuk dapat melihat cahaya kebenaran dan membuka telinga kita untuk dapat mendengar kata-kata manis tentang hidup yang kekal.

Tuhan Yesus kita mengerti bahwa kebenaran bukanlah musik merdu untuk semua telinga. Secara sederhana dapat digambarkan, ada orang-orang yang tidak berminat atau tidak peduli akan hal-hal mendalam tentang Allah. 

Jadi Yesus berbicara/mengajar dengan menggunakan perumpamaan-perumpamaan karena bagi mereka yang memiliki rasa lapar yang tulus akan Tuhan, perumpamaan merupakan sarana yang efektif dan mudah diingat untuk menyatakan kebenaran ilahi. Perumpamaan-perumpaan yang disampaikan Tuhan kita merupakan cerita-cerita singkat yang berisikan nilai-nilai kebenaran sejati, perumpamaan-perumpamaanNya kaya dengan contoh-contoh  dan tidak mudah dilupakan.  

Jadi, perumpamaan adalah berkat bagi orang-orang yang terbuka telinganya terhadap kebenaran rohani. Tetapi bagi mereka yang berkeras hati dan yang telinganya lambat mendengar, perumpamaan merupakan sarana penghakiman dan belas kasihan.


  

Sumber : GotQuestions.org

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar