Pro dan Kontra Perayaan Natal_Bagian 6

Lanjutan dari bagian 5

Bagian 6



d)   Pesta pora dan tukar hadiah.



Kutipan dari Internet: “engkau berkata, bukankah saling tukar hadiah itu Alkitabiah? Jawabnya adalah TIDAK! Dari Biblioteca Sacra, edisi 12, hal 153-155, kita baca, Saling tukar hadiah di antara kawan-kawan menjadi karakteristik yang sama antara perayaan Natal dan Saturnalia, dan diadopsi oleh orang-orang Kristen dari penyembahan berhala, sebagaimana yang ditunjukkan dengan jelas oleh Tertullian. Faktanya adalah bahwa saling tukar hadiah dengan kawan-kawan dan tetangga dan famili pada hari Natal adalah tidak ada nilai Kekristenannya sama sekali! Perbuatan ini TIDAK berhubungan dengan kelahiran Kristus ataupun menghormati Dia. Sikap pilih kasih yang sering dilakukan dalam memberi menjadi tanda lainnya yang menunjukkan bahwa saling tukar hadiah tidak sejalan dengan firman Allah. Kami tidak anti terhadap semangat memberi, tetapi mengapa harus menunggu sampai dengan bulan Desember, jika waktu-waktu lainnya dalam tahun itu akan lebih berguna? Juga cara dalam hal memberi sering menunjukkan ketidaktulusan. Banyak dari mereka yang memberi berharap untuk mendapatkan balasan. Ini sama sekali terpisah dari Roh Allah dan mereka telah mendapat upahnya! Coba perhatikan ini: miliaran dollar harus dikeluarkan untuk hadiah-hadiah setiap tahunnya hanya oleh SATU DOKTRIN YANG SALAH. Pengajaran yang salah ini adalah: Oleh karena orang majus membawa persembahan kepada Yesus, oleh sebab itu kita juga harus memberi. Tetapi apakah pemberian kita kepada Yesus? Kepada pekerjaan-Nya? Tidak. TIDAK. Kita memberi hadiah yang bernilai miliaran dollar kepada satu sama lain. KEBENARANNYA adalah ini: Orang-orang majus membawa persembahannya langsung kepada Yesus, bukan kepada satu sama lain. Dan pemberian mereka bukanlah pemberian sebagai hadiah kelahiran-Nya. Mereka datang kepada-Nya setelah berbulan-bulan kemudian ketika Yesus bukan lagi bayi yang baru lahir di dalam sebuah rumah (bukan kandang) (Matius 2:9,11) di Nazaret, bukan Betlehem, Lukas 2:39. Jika seseorang ingin mengunjungi seorang raja, maka ia harus membawa hadiah. Itulah kebiasaan yang umum di negeri Timur jauh. Orang-orang majus ini tidak memberikan HADIAH KELAHIRAN kepada Yesus! Mereka merindukan datangnya RAJA YAHUDI dan mereka membawa persembahan kepada-Nya oleh karena Ia dulu, sekarang dan besok tetap RAJA! Beberapa orang mengatakan bahwa Semangat Natal dan pemberian hadiah merupakan suatu hal yang baik. Tetapi sesungguhnya itu merupakan ADAT KEBIASAAN YANG KEJI. Setiap tahun orang-orang Kristen menghabiskan tabungan mereka untuk hadiah-hadiah Natal yang tidak bermanfaat. Banyak dari mereka yang jatuh dalam hutang dan menjalani hidup tahun berikutnya dengan membayar hutang untuk hadiah yang telah mereka beli sebagai balasan dari hadiah yang mereka terima. Saling tukar hadiah satu sama lain sama sekali tidak merayakan hari kelahiran-Nya ataupun menghormati-Nya. Sebaliknya, Natal adalah KEJIJIKAN bagi Tuhan Yesus. Natal adalah kejijikan bagi pekerjaan Tuhan dan umat Tuhan. Miliaran dollar digunakan untuk pernik-pernik dan barang-barang yang tidak penting. Sejumlah uang milik Tuhan digunakan untuk hal-hal yang bodoh, pesta pora dengan makanan-makanan yang lezat, memenuhi nafsu serakahnya. Sebagai akibatnya mereka menderita berbagai macam penyakit oleh karena kerakusannya. Semua ini merupakan kekejian bagi Tuhan dan sama sekali TIDAK BERHUBUNGAN dengan kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Natal merupakan saat yang penuh dengan kedagingan pada tingkat yang tinggi, sementara nilai kerohaniannya rendah. Kita tahu bahwa orang-orang yang BELUM DISELAMATKAN tidak menyembah Yesus. Tetapi mereka SUNGGUH-SUNGGUH MENIKMATI NATAL! Mengapa? Oleh karena perhiasan-perhiasannya, pesta-pestanya, hadiah-hadiahnya, dsb. semua yang berkaitan dengan dagingnya. INILAH ROH NATAL yang telah mencengkeram seluruh dunia. Apakah itu Roh Tuhan? Bukan! INILAH SAATNYA bagi mereka yang hendak menjadi ANAK-ANAK ALLAH untuk meninggalkan semua sampah semacam itu.”

 
Tanggapan:


1.   Ini kata-kata dari orang yang memang sudah antipati / berprasangka, dan selalu menyoroti sudut negatifnya, dan mempunyai pikiran cupet / tidak berpikiran panjang. Memang bisa ada ketidak-tulusan, berharap mendapat balasan, dan sebagainya. Tetapi apakah semua orang Kristen seperti itu? Kalau hanya sebagian, bahkan hanya sebagian kecil yang seperti itu, haruskah semuanya dibuang?

Dalam memberi persembahan kepada Tuhan, bukankah juga banyak orang yang tidak tulus, yang mengharapkan balasan berlipat ganda dan sebagainya? Jadi, apakah acara persembahan dalam gereja harus dihapuskan?

Dalam segala hal yang dilakukan terhadap Tuhan, seperti berbakti, berdoa, melayani, dsb, selalu bisa ada motivasi yang salah. Ini tidak menyebabkan semua itu harus dibuang.

2.   Tentang adanya orang Kristen yang dikatakan menghabiskan uang tabungannya, sampai berhutang dsb, menurut saya ini suatu penggambaran berlebihan (exaggeration), yang berbau fitnahan. Itu mungkin terjadi pada banyak orang Islam di Indonesia pada saat merayakan Idul Fitri, tetapi tidak pada diri orang Kristen yang merayakan Natal atau memberi hadiah pada Natal. Dan kalau memang ada orang Kristen seperti itu, itu kesalahan orang itu sendiri. Haruskah, karena kesalahan satu atau dua orang dalam merayakan Natal, kita membuang seluruh Natal?


3.   Tukar hadiah, sekalipun memang tidak boleh dijadikan suatu keharusan, bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dan mengakrabkan. Jadi ini bisa menjadi sesuatu yang memajukan persekutuan, dan karena itu bisa menjadi sesuatu yang baik. Jadi, mengapa hanya mencari-cari sudut jeleknya, dan mengabaikan sudut baiknya?


4.   Tentang asal usul tukar hadiah, penulis internet di atas bertentangan dengan dirinya sendiri. Mula-mula ia mengatakan itu berasal dari perayaan Saturnalia, lalu ia mengatakan bahwa itu berasal dari pemberian orang-orang Majus kepada Kristus. Yang mana yang benar? Jelas bahwa orang bodoh ini tidak mengerti apa yang ia sendiri katakan. Dan jelas bahwa asal usul dari tukar menukar hadiah itu, tidak bisa dipastikan.

Di bawah akan kita lihat bahwa Edersheim mengatakan bahwa orang-orang Yahudi juga melakukan tukar hadiah pada perayaan Purim. Apakah tidak mungkin bahwa ini asal usulnya?



5.   Pesta dan makan tidak salah selama tidak berlebihan dan tidak disertai hal-hal yang amoral / bertentangan dengan Kitab Suci. Ini terlihat dari hal-hal sebagai berikut:


a.   Dalam Perjanjian Lama ada beberapa pesta / perayaan yang bahkan diharuskan!

  • Keluaran 23:14 - “‘Tiga kali setahun haruslah engkau mengadakan perayaan bagiKu”.
  • Imamat 8:33 - “Janganlah kamu pergi dari depan pintu Kemah Pertemuan selama tujuh hari, sampai kepada genapnya perayaan pentahbisan, karena perayaan pentahbisan akan berlangsung tujuh hari lamanya”. 
  • Bandingkan dengan Nehemia 8:17-19 - “(17) Maka pergilah orang mengambil daun-daun itu, lalu membuat pondok-pondok, masing-masing di atas atap rumahnya, di pekarangan mereka, juga di pelataran-pelataran rumah Allah, di lapangan pintu gerbang Air dan di lapangan pintu gerbang Efraim. (18) Seluruh jemaah yang pulang dari pembuangan itu membuat pondok-pondok dan tinggal di situ. Memang sejak zaman Yosua bin Nun sampai hari itu orang Israel tidak pernah berbuat demikian. Maka diadakanlah pesta ria yang amat besar. (19) Bagian-bagian kitab Taurat Allah itu dibacakan tiap hari, dari hari pertama sampai hari terakhir. Tujuh hari lamanya mereka merayakan hari raya itu dan pada hari yang kedelapan ada pertemuan raya sesuai dengan peraturan”.


b.   Ayub, yang oleh Kitab Suci dikatakan sebagai orang yang sangat saleh, tidak keberatan kalau anak-anaknya mengadakan pesta.
  • Ayub 1:4-5 - “(4) Anak-anaknya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing menurut giliran dan ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka. (5) Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: ‘Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.’ Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa”.
Alangkah berbedanya sikap Ayub ini dengan sikap orang-orang munafik yang menunjukkan sikap sok suci mereka dengan anti pesta!


c.   Yesus bahkan memberikan perintah yang bijaksana bagi orang-orang yang menghadiri suatu pesta.

  • Lukas 14:7-11 - “(7) Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: (8) ‘Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, (9) supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. (10) Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. (11) Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.

Bagaimana mungkin Yesus memberikan peraturan seperti ini kalau pesta memang dilarang?


d.   Kitab Suci beberapa kali menceritakan bahwa Yesus sendiri juga menghadiri pesta.

  • Yohanes 2:1-11 - “(1) Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; (2) Yesus dan murid-muridNya diundang juga ke perkawinan itu. (3) Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka kehabisan anggur.’ (4) Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu? SaatKu belum tiba.’ (5) Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: ‘Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!’ (6) Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. (7) Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: ‘Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.’ Dan merekapun mengisinya sampai penuh. (8) Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.’ Lalu merekapun membawanya. (9) Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu - dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya - ia memanggil mempelai laki-laki, (10) dan berkata kepadanya: ‘Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.’ (11) Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya”.
  • Yohanes 4:45 - “Maka setelah ia tiba di Galilea, orang-orang Galileapun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakanNya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiripun turut ke pesta itu”.
  • Yohanes 7:2-10 - “(2) Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. (3) Maka kata saudara-saudara Yesus kepadaNya: ‘Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-muridMu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. (4) Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diriMu kepada dunia.’ (5) Sebab saudara-saudaraNya sendiripun tidak percaya kepadaNya. (6) Maka jawab Yesus kepada mereka: ‘WaktuKu belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu. (7) Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat. (8) Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktuKu belum genap.’ (9) Demikianlah kataNya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea. (10) Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. ... (14) Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Allah lalu mengajar di situ. ... (37) Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: ‘Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum!”.

Yang dilarang oleh Kitab Suci dalam ayat-ayat di bawah ini, jelas bukan seadanya pesta, tetapi pesta pora yang berlebihan.

  • Lukas 21:34 - “‘Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat”.
  • Roma 13:13 - “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati”.
  • Galatia 5:19-21 - “(19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah”.
  • 1Petrus 4:3 - “Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang”.

Perhatikan bahwa dalam semua ayat-ayat di atas, kata-kata ‘pesta pora’ selalu bergandengan dengan ‘kemabukan’.



e)   Kesibukan, tenaga dan uang yang dikeluarkan.


Kutipan dari Internet: “Menimbang banyaknya kesibukan yang harus dilakukan, dan waktu, tenaga dan uang yang harus dikeluarkan, hanya untuk menikmati perayaan ini, maka adalah PEMIKIRAN YANG BIJAKSANA jika kita mau berpegang pada firman Allah”.


Jawaban saya:

Orang bodoh ini menganggap Natal tidak berguna, sehingga lalu menganggap semua kesibukan, tenaga, uang, pikiran yang dikeluarkan untuk Natal sebagai sia-sia. Tetapi kalau ia mau membuka matanya sedikit saja, maka mungkin ia bisa melihat bahwa pada perayaan Natal kita bisa memberitakan Injil, mengembalikan kasih yang semula, mengingat kembali cinta Tuhan bagi kita, mempererat persekutuan dengan sesama saudara seiman, dan seharusnya ia bisa melihat bahwa semua ini bukanlah sesuatu yang sia-sia.



f)    Kartu Natal.


Dalam persoalan mengirim kartu Natal, ini memang bisa menjadi suatu pemborosan uang. Saya sering ‘memarahi’ jemaat saya yang melakukan pemborosan uang dengan mengirim kartu Natal kepada saya, padahal mereka bertemu dengan saya dalam kebaktian. Mengapa tidak memberi selamat Natal dengan tangan saja, yang biayanya gratis? Tetapi pada saat yang sama saya tidak anti secara mutlak terhadap pengiriman kartu Natal, karena pengiriman kartu Natal itu bisa menjadi sarana penginjilan kalau kita memilih kartu yang kata-katanya bersifat penginjilan, atau kalau kita menuliskan ayat-ayat yang injili pada kartu Natal tersebut.

Juga sekarang, dengan adanya handphone dan SMS, maka ucapan selamat Natal bisa dilakukan melalui SMS dengan lebih cepat dan lebih murah. Hal yang sama bisa dilakukan dengan email / internet.



g)   Mistletoe.


Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Mistletoe’:

“any of many species of semiparasitic green plants of the families Loranthaceae and Viscaceae, especially those of the genera Viscum, Phoradendron, and Arceuthobium, all members of the Viscaceae. Viscum album, the traditional mistletoe of literature and Christmas celebrations, is distributed throughout Eurasia from Great Britain to northern Asia. Its North American counterpart is Phoradendron serotinum. Species of the genus Arceuthobium, parasitic primarily on coniferous trees, are known by the name dwarf mistletoe. The legendary mistletoe was known for centuries before the Christian era. It forms a drooping yellowish evergreen bush, 0.6 to 0.9 m (about 2 to 3 feet) long, on the branch of a host tree. It has thickly crowded, forking branches with oval to lance-shaped, leathery leaves about 5 cm (2 inches) long, arranged in pairs, each opposite the other on the branch. The flowers, in compact spikes, are bisexual, unisexual, or regular. They are yellower than the leaves and appear in the late winter and soon give rise to one-seeded, white berries, which when ripe are filled with a sticky, semitransparent pulp. These berries, and those of other mistletoes, contain toxic compounds poisonous to animals and to humans. Most tropical mistletoes are pollinated by birds, most temperate species by flies and wind. Fruit-eating birds distribute the seeds in their droppings or by wiping their beaks, to which the seeds often adhere, against the bark of a tree. After germination a modified root (haustorium) penetrates the bark of the host tree and forms a connection through which water and nutrients pass from host to parasite. Mistletoes contain chlorophyll and can make some of their own food. Most mistletoes parasitize a variety of hosts, and some species even parasitize other mistletoes, which, in turn, are parasitic on a host. The Eurasian Viscum album is most abundant on apple trees, poplars, willows, lindens, and hawthorns. Species of Phoradendron in America also parasitize many deciduous trees, including oaks. In some parts of Europe the midsummer gathering of mistletoe is still associated with the burning of bonfires, a remnant of sacrificial ceremonies performed by ancient priests, or druids. Mistletoe was once believed to have magic powers as well as medicinal properties. Later, the custom developed in England (and, still later, the United States) of kissing under the mistletoe, an action that once was believed to lead inevitably to marriage. Mistletoes are slow-growing but persistent; their natural death is determined by the death of the hosts. They are pests of many ornamental, timber, and crop trees and are the cause of abnormal growths called ‘witches’ brooms’ that deform the branches and decrease the reproductive ability of the host. The only effective control measure is complete removal of the parasite from the host”.


Saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi, yaitu: “Mistletoe pernah dipercaya mempunyai kekuatan magis maupun khasiat pengobatan. Belakangan, berkembang suatu kebiasaan di Inggris (dan, lebih belakangan lagi, di Amerika Serikat) tentang penciuman di bawah mistletoe, suatu tindakan yang pernah dipercaya akan membimbing secara tak terelakkan pada pernikahan”.


Tradisi penciuman di Inggris dan Amerika berkenaan dengan tanaman mistletoe ini, adalah sebagai berikut: dalam suatu perayaan Natal, tanaman mistletoe ini dijadikan hiasan yang biasanya diletakkan di langit-langit rumah. Kalau ada orang yang tanpa sengaja tahu-tahu berdiri di bawah tanaman itu, maka siapapun boleh mencium orang itu. Tradisi ini boleh dikatakan tidak ada di Indonesia, dan juga tidak terlalu penting.

Memang jelas bahwa perayaan Natal sering dicampur aduk dengan hal-hal yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Natal, dan bahkan dengan hal-hal yang bertentangan dengan Kitab Suci, seperti pesta pora, mabuk-mabukan, dan khususnya Sinterklaas / Santa Claus dan lagu-lagu tentangnya, yang paling saya benci, karena merupakan suatu dusta. Hal-hal ini memang harus dibuang dari perayaan Natal. Tetapi bahwa ada orang-orang tertentu yang merayakan Natal dengan menggunakan hal-hal ini, tidak berarti bahwa kita harus membuang seluruh Natal. Sama saja kalau ada orang menggunakan mobil untuk merampok, itu tidak berarti bahwa kita tidak boleh menggunakan mobil. Juga kalau ada sebagian orang Kristen berbakti dengan cara yang salah, itu tidak berarti bahwa semua kebaktian harus dibuang.


Jadi, saya berpendapat perayaan Natal bukannya harus dibuang tetapi harus dimurnikan / dibersihkan. Saudara mungkin berkata bahwa tidak mungkin kita bisa memurnikan Natal. Maka saya jawab bahwa gereja juga banyak mengandung kebobrokan, dan harus dimurnikan. Apakah mungkin memurnikan gereja? Jelas tidak mungkin, tetapi kita toh tidak ragu-ragu untuk mempertahankan keberadaan gereja. Lalu apa bedanya dengan Natal?


Bersambung ke bagian 7

Sumber: Golgotha Ministry, Bolehkah Merayakan Natal? oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.

Daftar isi, posting bagian 6
Macam-macam alasan untuk menentang Natal dan jawabannya

Lanjutan point 6) Adanya hal-hal yang dianggap salah yang menyertai Natal

     d) Pesta pora dan tukar hadiah
     e) Kesibukan, tenaga dan uang yang dikeluarkan
     f)  Kartu Natal
    g) Mistletoe


Tidak ada komentar:

Posting Komentar