Doa Pengakuan Daniel


 "Pada tahun pertama pemerintahan Darius, anak Ahasyweros, dari keturunan orang Media, yang telah menjadi raja atas kerajaan orang Kasdim, pada tahun pertama kerajaannya itu aku, Daniel, memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut firman TUHAN kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun. Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu. Maka aku memohon kepada TUHAN, Allahku, dan mengaku dosaku, demikian: "Ah Tuhan, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu! Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri. ...... Sementara aku berbicara dan berdoa dan mengaku dosaku dan dosa bangsaku, bangsa Israel, dan menyampaikan ke hadapan TUHAN, Allahku, permohonanku bagi gunung kudus Allahku, sementara aku berbicara dalam doa, terbanglah dengan cepat ke arahku Gabriel, dia yang telah kulihat dalam penglihatan yang dahulu itu pada waktu persembahan korban petang hari. Lalu ia mengajari aku dan berbicara dengan aku: "Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu untuk mengerti. Ketika engkau mulai menyampaikan permohonan keluarlah suatu firman, maka aku datang untuk memberitahukannya kepadamu, sebab engkau sangat dikasihi. Jadi camkanlah firman itu dan perhatikanlah penglihatan itu!"(Daniel 9: 1-6, 20-23)

Sangat sering ketika kita berdoa kita kurang menyadari apa yang sedang terjadi. Pada saat yang sama ketika Daniel sedang berdoa, Roh Tuhan sedang bekerja di Cyrus. Cyrus sedang memberikan instruksi untuk kembali dari Babel pada sebagian orang-orang yang ditahan dalam perbudakan disana. Raja memberi keputusan bahwa orang-orang boleh keluar dari pembuangan dan kembali ke Yerusalem. Daniel tidak mengetahui hal ini, tapi satu hal yang ia ketahui adalah Allah telah menyatakan dengan tepat bahwa setelah 70 tahun masa pembuangan, akan ada sisa bangsa Israel yang kembali. Daniel mengetahui hal ini dari kitab Yeremia (“Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya.” Yeremia 5:11). Ini menunjukkan kepada kita bahwa kitab tersebut beredar pada saat itu, Daniel membacanya sehingga dia mengetahui pikiran Tuhan.
Dari sini kita dapat mengambil satu prinsip. Apakah kita mengetahui pikiran Tuhan? Lalu bagaimana kita dapat mengetahui pikiran Allah, apakah dari para ahli filsafat dunia ini? Hanya ada satu sumber di mana kita dapat menemukannya, yaitu di dalam firman Allah, bukan dalam Taurat karena Taurat berkaitan dengan Israel, bahkan bukan dalam sejarah Israel dan banyaknya pelajaran yang dapat kita pelajari di sana,tetapi di dalam Perjanjian Baru yang secara khusus berbicara tentang posisi, hak-hak istimewa dan tanggung jawab orang Kristen di dunia ini. Di sinilah kita dapat belajar tentang pikiran Tuhan, dan ketika kita belajar serta mencari kasih karunia untuk mematuhinya maka berkat Tuhan datang. Jadi Daniel segera mengetahui bahwa waktunya telah tiba. Dia selalu sesuai dengan pikiran Allah, tetapi sekarang dia tahu bahwa saat yang telah ditentukan itu telah tiba, sehingga ia mengarahkan wajahnya dengan ketekunan yang sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan tentang hal khusus itu.

Doa pengakuan Daniel:

“Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu”

 
Merupakan hal yang indah bahwa Daniel memulai doanya dengan pengakuan yang tulus sepenuh hati. Dia tidak mengecualikan dirinya sendiri, ia tidak secara khusus menyalahkan orang lain, tapi ia melihat dari sudut pandang keseluruhan  gambaran besar dari keadaan itu, kegagalan mutlak dan kelemahan, dan dengan leluasa ia mengaku kepada Tuhan semua permasalahan tersebut. Seiring dengan itu ia tahu bahwa Allah adalah Allah yang penuh belas kasihan, Allah yang mengampuni, Allah yang tidak menyimpang dari perjanjian-Nya dengan Israel, Allah yang siap untuk memberkati, siap untuk mengampuni, siap untuk mendengar. Kita tidak memiliki waktu untuk masuk ke dalam rincian doanya, saya menyarankan untuk meneliti rincian doa pengakuan Daniel ini kepada anda, tetapi alur doanya melalui hal ini: 'kita telah berdosa, kita telah berbuat kefasikan, kita telah gagal, kita tidak setia'.

Bagaimana dengan kita secara kelompok baik dalam persekutuan-persekutuan atau dalam gereja, dan secara individual, akankah salah satu dari kita berani berdiri dan mengaku bahwa kita tidak menyimpang? Saya rasa tidak. Dan saya dapat meyakinkan anda bahwa saya akan segera bergabung dengan anda jika anda berdiri untuk mengakui bahwa anda telah gagal mentaati Allah. Saya juga dan saya menyesal. Setiap kegagalan kita, secara moral, secara gerejawi, atau cara lain apapun akan merusak kesaksian kita sebagai orang-orang Kristen. Jangan sampai kita berpikir bahwa kita dapat berbuat dosa atau gagal mentaati Allah dengan cara apapun tanpa konsekuensi akan adanya penghukuman. Kegagalan kita dalam mentaati Allah merusak kesaksian Kristen di dunia ini. Hal ini sangat serius. 

Kita mungkin berpikir, 'Aku tidak berbuat ini, dan aku tidak berbuat begitu', kita mungkin menepuk bahu sendiri dan berkata, "Aku belum gagal' (dalam hal ini saya berbicara dalam konteks individual), tetapi saudara-saudari, marilah kita untuk memeriksa diri kita sendiri dalam terang kehadiran Allah. Inilah seharusnya tongkat pengukur kita, hanya berada di hadirat Allah. Jika kita mengatakan kepada-Nya bahwa kita tidak gagal, mari kita lihat apa yang akan Dia katakan kepada kita. Betapa pentingnya bagi kita untuk selalu berada di hadirat Allah! Jadi ketika kita mempertimbangkan kelemahan-kelemahan  orang-orang Kristen, jangan sampai kita menyalahkan orang lain. Daniel mengatakan, 'Aku mengakui dosaku'. Dan setelah mengaku dosa kita, mari kita mencari pengertian dengan cara yang benar dan mengikuti firman Allah, untuk kemungkinan adanya kondisi-kondisi yang lebih baik. Betapa tulusnya doa Daniel, hingga Tuhan menjawab dengan menyatakan pada Daniel  "engkau sangat dikasihi". Daniel adalah orang yang hatinya merindukan terlaksananya segala kehendak Allah terlebih dahulu.

Perhatikan bahwa Daniel mengatakan, "raja-raja telah gagal". Siapa
kah raja-raja? (Saya sekarang mengacu pada persekutuan/gereja Kristen). Mereka adalah orang-orang yang merupakan pemimpin, orang-orang yang seharusnya menyampaikan pikiran Allah tanpa memihak manapun/siapapun; raja-raja bertahta seharusnya untuk menegakkan firman Allah. Saya memakai kata 'menegakkan' bukan dalam arti bahwa seorang pemimpin harus memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi menyampaikan firman Allah kepada umat Allah, dan bagaimana melakukan kehendak Allah di zamannya. Daniel mengatakan, 'raja-raja kami telah gagal'. Benarkah demikian? Saya pikir hal ini benar. Mempertimbangkan para raja, orang-orang berpengaruh di antara umat Allah, orang-orang yang menempati tempat yang diberikan kepada mereka oleh Allah. Kita sering membaca dalam kitab Bilangan, raja diajukan sebagai orang yang diberikan arahan oleh Allah untuk melakukan hal-hal tertentu bagi-Nya. Dan raja-raja ini telah gagal. Tidak hanya para raja dan penguasa yang  gagal, tetapi semua orang – setiap dividu, termasuk kita. Contohnya, Kefas salah satu yang dipandang sebagai salah satu ‘sokoguru jemaat’. Tetapi sebagai sokoguru/panutan, ia gagal, ia telah menyesatkan orang-orang kudus, sehingga bahkan Barnabas terseret oleh kemunafikannya (“Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat; hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya.Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka.“ Galatia 2:9-13).

Jika kita melihat sejarah kebangkitan selama lebih dari 150 tahun yang lalu, kita dapat melihat kehancuran yang terjadi ketika kita terus menerus menjauh dari kebenaran, sebagai akibatnya kita harus menundukkan kepala karena malu. Kehancuran-kehancuran itu tak perlu terjadi  jika kita tetap berjalan dalam kebenaran Allah. Namun kita semua telah menyimpang dari kehendakNya, maka kita semua harus menanggung akibatnya.

Kegagalan pada masa Daniel tidak terjadi hanya ketika Daniel berada di Babel, demikian pula halnya segala kemerosotan yang kita hadapi saat ini tidak terjadi dalam semalam; alasannya sangat sederhana, karena firman Allah telah diabaikan! “kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu" kata Daniel. 'Ketika firman Allah diproklamasikan secara jelas dan dengan kuasa, tidak ada seorangpun yang memperhatikan, mereka begitu sibuk dengan urusan mereka sendiri, dan mengabaikan firman Allah. Ketamakan terlihat pada diri Akhan ketika mereka memasuki tanah perjanjian (Yosua 7), ia rakus akan kekayaan, kita juga dapat melihat hal itu di awal periode gereja, pada diri Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5), dan banyak lagi kejahatan manusia akibat mengabaikan firman Tuhan. Maka tidak heran jika tangan murka Allah ada atas kita. Karena itu, marilah kita mengakui serta merendahkan diri kita di hadapan Allah. Biarlah kita tidak menilai orang lain, melainkan memeriksa diri kita masing-masing, hati nurani kita masing-masing, dan dengan kerendahan hati menundukkan diri kita masing-masing di hadapan Allah.

Saudara-saudara yang terkasih, Tuhan dapat membantu kita untuk dapat tetap setia kepadaNya! Dan apabila kita tetap setia kepadaNya, kita akan mempengaruhi orang-orang di sekitar kita serta mempengaruhi mereka kepada arah yang benar.

Semoga Tuhan membantu kita agar menjadi lebih giat lagi melatih diri kita dalam hal berdoa. Berdoa dengan sikap yang benar, keinginan yang benar, dan menjalani hidup yang memberi kekuatan pada doa-doa kita, sambil menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali untuk bertemu denganNya muka dengan muka.



Sumber : Daniel's prayer of confession, The Continual, Settled, Individual Prayer Life of Daniel  oleh Frank Wallace untuk Biblecentre.org


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar