Yesus membasuh kaki para murid (Yohanes 13:1-17) terjadi di ruang atas, sesaat sebelum Perjamuan Terakhir dan memiliki tiga arti penting. Bagi Yesus, membasuh kaki menunjukkan kerendahan hati-Nya dan kehambaan-Nya. Bagi para murid, Yesus membasuh kaki mereka langsung menunjukkan suatu kontras dari sikap hati mereka pada saat itu. Bagi kita, pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus adalah simbol dari peran setiap kita di dalam tubuh Kristus.
▼
Apa arti penting dari tindakan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya?
Yesus membasuh kaki para murid (Yohanes 13:1-17) terjadi di ruang atas, sesaat sebelum Perjamuan Terakhir dan memiliki tiga arti penting. Bagi Yesus, membasuh kaki menunjukkan kerendahan hati-Nya dan kehambaan-Nya. Bagi para murid, Yesus membasuh kaki mereka langsung menunjukkan suatu kontras dari sikap hati mereka pada saat itu. Bagi kita, pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus adalah simbol dari peran setiap kita di dalam tubuh Kristus.
Apa yang dikatakan Alkitab tentang pembasuhan kaki?
Dalam jaman Alkitab, orang-orang yang hidup di jaman itu memakai
sandal, keadaan daerah yang kotor dan berdebu menyebabkan perlunya membasuh/mencuci
kaki. Meskipun para murid Yesus kemungkinan besar akan dengan senang hati membasuh
kaki Yesus, namun mereka tentu tidak dapat membayangkan jika harus saling membasuh
kaki sesama murid. Hal ini karena dalam masyarakat pada waktu itu, membasuh
kaki biasanya dikerjakan oleh pegawai rendahan. Sesama rekan tidak mencuci kaki satu sama lain, kalaupun ada yang melakukannya, itu sangatlah
jarang dan biasanya dilakukan sebagai tanda kasih yang besar.
Penjelasan tentang Minggu Palem
Minggu
Palem
adalah hari perayaan kedatangan Yesus yang penuh kemenangan ke dalam kota Yerusalem, satu minggu sebelum kebangkitan-Nya (Matius 21:1-11). Ketika Yesus memasuki kota Yerusalem, Ia mendekati puncak dari perjalanan pelayanan-Nya di bumi yaitu untuk mati sebagai tebusan dosa. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10). Minggu Palem menandai dimulainya apa yang sering
disebut “Minggu Sengsara,” yaitu tujuh hari terakhir dari pelayanan Yesus di
bumi. Minggu Palem adalah “mulainya suatu akhir” dari pekerjaan Yesus di bumi.
Mari kita melihat peristiwa tersebut :
Minggu Palem dimulai dengan Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan di Bukit Zaitun. Tuhan Yesus menyuruh dua orang murid-Nya untuk
pergi terlebih dulu ke desa Betfage untuk meminjam keledai muda yang tertambat, yang
belum pernah ditunggangi orang, seperti yang dikatakan Yesus (Lukas 19:29-30).
Ketika mereka melepaskan ikatan keledai
itu,
pemilik mulai menanyai mereka. Para murid menjawab dengan jawaban sebagaimana
yang telah diperintahkan Yesus, yaitu: “Tuhan memerlukannya” (Lukas 19: 31-34).
Hebatnya, pemilik keledai
puas dengan jawaban itu dan membiarkan para murid
pergi. “Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan
pakaian mereka dan menolong Yesus naik ke atasnya.” (Lukas 19:35).
Arti kata Hosana
Kata hosana sering digunakan dalam beberapa lagu pujian, terutama pada hari Minggu Palem. Kata ini berasal dari bahasa Ibrani dan
merupakan bagian dari teriakan/seruan orang banyak ketika Yesus memasuki Yerusalem:
“Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana
di tempat yang mahatinggi! “! (Matius 21: 9).
Apakah sebenarnya arti kata hosana?
3 Hal Penting dalam Peristiwa Minggu Palem
Kedatangan Yesus yang penuh kemenangan ke Yerusalem yang kita kenal sebagai Minggu Palem,
yaitu hari Minggu sebelum penyaliban (Yohanes 12:1,12). Kisah kedatangan penuh kemenangan
ini adalah salah satu peristiwa dalam kehidupan Yesus yang dicatat dalam ke-empat
Kitab Injil (Matius 21:1-17; Markus 11:1-11; Lukas 19:29-40; Yohanes 12:12-19). Jika kita menggabungkan ke-empat catatan itu, jelaslah bahwa kedatangan penuh
kemenangan itu merupakan suatu peristiwa besar, bukan hanya bagi orang-orang
yang hidup di jaman Yesus, melainkan juga bagi seluruh umat Kristen di
sepanjang sejarah. Minggu Palem dirayakan untuk mengingat peristiwa yang
besar itu.
Pada hari itu, Yesus masuk ke kota Yerusalem menunggang seekor anak keledai yang tidak
pernah ditumpangi sebelumnya. Para murid menggelar jubah mereka di atas keledai
ini supaya Yesus duduk di atasnya, dan orang banyak pun datang untuk
menyambut-Nya, dengan menghamparkan jubah-jubah mereka serta ranting pohon
palem di jalan di depan-Nya. Orang-orang itu menyembah dan memuji Yesus sebagai
"Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" kemudian dengan menunggang keledai itu Yesus menuju ke bait Allah, dimana Ia mengajar, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir
para penukar uang dan pedagang yang telah menjadikan rumah Bapa-Nya
"sarang penyamun" (Markus 11:17).