Tujuan Allah dalam Menciptakan Manusia - Bagian 2


Apakah tujuan Allah menciptakan manusia?


Tujuan Allah menciptakan manusia, yaitu agar manusia mengasihi Dia dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap akal budi/pikiran. Intinya manusia harus mengasihi  Allah dengan segenap kekuatannya, dengan seluruh keberadaan dirinya. Allah menginginkan kita hidup suci / kudus dan tak bercacat di hadapanNya. 


Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Ulangan 6:5





Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Matius 22:36-38.

Mazmur 100:2-3 : Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
 



Mazmur 100:2a mengatakan 'beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita', di dalam terjemahan bahasa Inggris 'Serve the Lord with gladness' atau 'Worship the Lord with gladness', dimana kata beribadah berarti : melayani, meninggikan, memuja dan menyembah Tuhan, yang harus dilakukan dengan sukacita. 

Untuk dapat menyembah, memuja, meninggikan dan melayani Tuhan dengan sukacita, maka manusia harus mengakui :


  • bahwa Tuhan adalah Allah
  • bahwa ia diciptakan oleh Allah dan bukan diciptakan oleh manusia itu sendiri.
  • bahwa ia diciptakan menurut gambar Allah (Kejadian 1:27)
  • bahwa ia tidak berkuasa atas dirinya sendiri karena Allah-lah yang berkuasa memerintah atas hidupnya, sebab ia menyadari bahwa dirinya adalah milik Allah, umat-Nya dan domba gembalaan-Nya.
  • bahwa meskipun ia diberikan kekuatan dan kebebasan untuk menikmati berkat-berkat dalam kehidupan ini, statusnya tetap tidak lebih dari makhluk ciptaan dan hanya sebagai penerima berkat Tuhan.    
  • bahwa Tuhan selalu ada, bahwa ia tidak mungkin dapat hidup tanpa Tuhan dan bahwa ia membutuhkan Tuhan dalam setiap aspek hidupnya.      
     
Ketika kita mengenal Allah dan mengenal siapa diri kita di hadapan Allah, serta memahami hubungan kita dengan Allah maka pengenalan ini akan membuat kita menyadari kewajiban kita untuk menyembah, memuja, meninggikan dan melayani Dia. Dan ketika hidup kita tidak tercemar oleh dosa, maka seluruh keberadaan kita murni hanya terpusat kepada Allah saja, ketika seluruh keberadaan hidup kita hanya bagi Tuhan semata, maka kita dapat menyembah dan melayani Tuhan dalam kasih dengan sukacita. Apapun yang kita lakukan, akan kita lakukan bagi kemulian Tuhan semata.




Demikianlah kondisi manusia pada saat diciptakan, sebelum jatuh kedalam dosa,  manusia pertama masih hidup suci, tanpa noda dosa, tak bercacat di hadapan Allah. Manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah, seluruh keberadaan manusia diciptakan untuk Allah, bagi kemuliaanNya. Manusia dapat berinteraksi dalam persekutuan yang dekat dengan Allah, pada saat itu, manusia masih hidup hanya untuk menyembah, memuja, meninggikan dan melayani Allah dalam kasih dengan penuh ketaatan. Seluruh keberadaan manusia ketika itu murni dihadapan Allah, bersih (suci) karena belum dikotori / dicemari oleh dosa sehingga dapat hidup bersama-sama dengan Allah yang suci. 

Apapun yang engkau lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. 1 Korintus 10:31

Inilah tujuan Allah menciptakan manusia, yaitu bagi kemuliaanNya. Apapun yang kita lakukan, siapapun kita, manusia adalah ciptaanNya, milikNya yang ditujukan untuk hidup didalam ketentuanNya bagi kemuliaan Allah sendiri.  Meskipun demikian, Allah tidak menjadikan manusia sebagai robot atau memperlakukan manusia sebagai budak, Dia menciptakan manusia dalam kasih dan Ia mengasihi manusia milikNya itu. Allah menginginkan manusia hidup suci seperti halnya Dia adalah Allah yang suci, supaya manusia dapat hidup bersama-sama dengan Dia, hidup dalam persekutuan yang penuh kasih dengan Dia yang adalah kasih. 



Keberatan manusia yang merasa berhak atas kehidupannya sendiri.


Ketika kita diingatkan akan tujuan Allah menciptakan manusia, bahwa kita diciptakan untuk memuliakan Allah. Ada beberapa orang yang menyatakan keberatan karena merasa bahwa hidupnya adalah miliknya sendiri, mereka merasa bahwa pilihan hidup ada di tangannya sendiri dan Allah tidak berhak untuk mengatur hidup mereka, apalagi menuntut kita hidup hanya bagi kemuliaanNya. Bahkan beberapa orang menyatakan bahwa apabila Allah memang menciptakan manusia untuk diri-Nya dan bagi kemuliaan-Nya sendiri, maka Allah itu tinggi hati, congkak, sombong, egois dan gila hormat.  


Bagaimana dengan keberatan seperti ini ?


Perlu dicamkan bahwa Allah bukanlah manusia dan Allah itu berkuasa. Karena Dia berkuasa, dengan kuasaNya, Dia mampu mencipta, yaitu menjadikan sesuatu dari tidak ada menjadi ada.  Dia mampu menciptakan kehidupan, demikianlah yang dilakukanNya saat Ia menciptakan manusia. Sebagai Allah yang berkuasa dan yang membuat kita, Dia berhak sepenuhnya atas hidup kita.

Keberatan semacam ini datang dari pemikiran manusia yang tidak mengenal Allah dan tidak mengenal siapa dirinya di hadapan Allah. Orang yang memiliki keberatan seperti ini melihat Allah sebagaimana ia melihat manusia, lalu menerapkan ukuran atas kondisi manusia (dimana sejak kejatuhan Adam dan Hawa kedalam dosa, semua manusia adalah manusia yang berdosa) untuk mengukur kondisi dan keberadaan Allah. Jika ada seorang manusia menuntut manusia-manusia lain untuk menyembah, memuja dan melayani dia, maka orang yang menuntut disembah, dipuja dan dilayani itu pastilah seorang yang congkak, sombong, egois, gila kekuasaan dan gila hormat. Orang seperti ini congkak dan sombong karena jelas merasa dirinya lebih hebat, lebih berkuasa dari orang-orang lain. Dan sudah jelas bahwa jika orang yang gila kekuasaan seperti ini benar-benar menjadi pemimpin, maka ia kemungkinan akan menjadi seorang diktator kejam dan cenderung menindas manusia-manusia lain dibawah kekuasaannya.  Kecongkakan, kesombongan, keegoisan, gila kekuasaan adalah dosa!   

Kondisi manusia yang berdosa dengan segala keberadaannya yang sudah rusak total oleh dosa, tidak dapat dijadikan ukuran untuk mengukur / menilai Allah. Allah adalah maha suci, di dalam diri Allah hanya ada segala kesucian, kebaikan dan kemuliaan, dosa adalah kejijikan, kenistaan dan kekejian bagi Allah. Kecongkakan, kesombongan, keegoisan, gila kekuasaan, segala jenis dosa apapun namanya tidak ada di dalam diri Allah. Allah menciptakan manusia bagi kemulianNya, karena Dia adalah pencipta manusia dan memang untuk tujuan inilah kita manusia diciptakanNya. Dia berkuasa atas kita, karena kita manusia adalah buatanNya, milik kepunyaanNya. Pemikiran kita yang sudah tercemar dosa-lah yang membuat kita berpikir secara memberontak, dan selalu menentang ketetapan Allah.


Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Kejadian 2:7




Allah sangat baik kepada manusia dan mengasihi manusia. Dia menciptakan manusia, memberi nafas kehidupan, menjadikan manusia mahluk yang berakal pikiran dan memiliki roh. Manusia dapat berpikir dan diberikan kemampuan untuk memilih. Namun di dalam kemampuan memilih, Dia ingin manusia hanya mengasihi Dia dan hidup hanya bagi Dia. Setiap kita manusia adalah ciptaanNya. Maka Allah berhak sepenuhnya atas kehidupan kita karena kita adalah umat kepunyaanNya. 

Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu. Yesaya 64 :8 


Perhatikan contoh berikut:  

Jika seorang tukang pahat membuat patung-patung dengan tujuan agar patung-patung yang dibuatnya menyembah dan memuliakan dia sebagai pembuat, tentu itu sah-sah saja, itu hak sepenuhnya dari si tukang pahat karena dialah pembuat patung-patung tersebut. Bedanya, si tukang pahat hanyalah manusia yang hanya bisa membuat patung-patung dari tanah liat atau kayu atau batu. Sebagai manusia, si tukang pahat tidak berkuasa menciptakan kehidupan, ia tidak dapat membuat patung-patung hidup yang memiliki pikiran dan kemauan sebagaimana manusia.   
Seandainya patung-patung yang dibuatnya itu hidup, pantaskah patung-patung itu protes kepada si tukang pahat,”Hey, kau tukang pahat egois dan gila hormat, mengapa kau membuat kami supaya kami menyembahmu?





Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: "Apakah yang kaubuat?" atau yang telah dibuatnya: "Engkau tidak punya tangan! Yesaya 45 : 9.


Jika Allah menciptakan segala sesuatu dengan tujuan agar segala sesuatu yang diciptakanNya itu memuja, menyembah, memuliakan Dia sendiri; pantaskah kita manusia ciptaanNya protes dan mengatakan kepada Allah bahwa Dia itu congkak, sombong, egois dan gila hormat? 

 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar