Beberapa Contoh Penambahan dan Pengurangan Kanon Alkitab




Wahyu 22:18-19 berbunyi: “(18) Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. (19) Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus seperti yang tertulis di dalam kitab ini”.




Beberapa contoh penambahan dan pengurangan kanon Alkitab:
 



1. Penambahan Kitab Suci oleh orang / golongan / gereja, seperti:


a) Gereja Roma Katolik yang menambahi Alkitab dengan kitab-kitab Apocrypha / Deuterokanonika.
 

Mula-mula ada 15 kitab Apocrypha yang ditambahkan kepada Alkitab oleh orang Roma Katolik, yaitu:

• Kitab Esdras yang pertama.
• Kitab Esdras yang kedua.
• Tobit.
• Yudit.
• Tambahan-tambahan pada kitab Ester.
• Kebijaksanaan Salomo.
• Yesus bin Sirakh.
• Barukh.
• Surat dari nabi Yeremia.
• Doa Azarya dan Lagu pujian ketiga pemuda.
• Susana.
• Bel dan naga.
• Doa Manasye.
• Kitab Makabe yang pertama.
• Kitab Makabe yang kedua.
 
Catatan: 
Dalam Kitab Suci Roma Katolik bahasa Indonesia, no 10,11,12 dijadikan satu kitab, yaitu ‘Tambahan-tambahan pada kitab Daniel’.
Tetapi 3 dari kitab-kitab Apocrypha ini akhirnya ditolak oleh Council of Trent, yaitu no 1, no 2 dan no 13, dan karena itu akhirnya hanya 12 kitab Apocrypha yang dimasukkan ke dalam Alkitab mereka.
 

Loraine Boettner mengatakan bahwa:
• Kitab Esdras yang kedua ditolak karena di dalamnya ada penolakan terhadap doa untuk orang mati (2Esdras 7:105) - ‘Roman Catholicism’, hal 80.
• Sebetulnya ada lebih banyak lagi kitab-kitab Apocrypha yang lain, tetapi semua ini tidak pernah dimasukkan ke dalam Kitab Suci Roma Katolik. Mengapa? Loraine Boettner menjawab:
“The Council of Trent evidently selected only books that would help them in their controversy with the Reformers, and none of these gave promise of doing that” 
(= Council of Trent dengan jelas menyeleksi hanya buku-buku yang akan membantu mereka dalam per-tentangan dengan para Reformator, dan tidak ada satupun dari buku-buku itu menjanjikan mereka untuk melakukan hal itu) - ‘Roman Catholicism’, hal 87.


Ke 12 kitab-kitab Apocrypha ini tebalnya kira-kira 2/3 Perjanjian Baru. Dahulu, semua kitab-kitab ini diletakkan di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan disebut dengan nama Deuterokanonika ( = kanon yang kedua). Tetapi pada tahun 1992, Roma Katolik mengeluarkan ‘The Catechism of the Catholic Church’ ( = Katekisasi Gereja Katolik), dimana diputuskan bahwa kitab-kitab Deuterokanonika itu diselipkan ke sela-sela kitab-kitab Perjanjian Lama, dan dianggap sebagai Perjanjian Lama!

‘The Catechism of the Catholic Church’, nomer 120, berbunyi sebagai berikut: “It was by the apostolic Tradition that the Church discerned which writings are to be included in the list of the sacred books. This complete list is called the canon of Scripture. It includes 46 books for the Old Testament (45 if we count Jeremiah and Lamentations as one) and 27 for the New. The Old Testament: Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy, Joshua, Judges, Ruth, 1 and 2 Samuel, 1 and 2 Kings, 1 and 2 Chronicles, Ezra and Nehemiah, Tobit, Judith, Esther, 1 and 2 Maccabees, Job, Psalms, Proverbs, Ecclesiastes, the Song of Songs, the Wisdom of Solomon, Sirach (Ecclesiasticus), Isaiah, Jeremiah, Lamentations, Baruch, Ezekiel, Daniel, Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, Micah, Nahum, Habakkuk, Zephaniah, Haggai, Zachariah and Malachi” [= Oleh Tradisi rasulilah Gereja membedakan tulisan-tulisan mana yang harus dimasukkan dalam daftar kitab-kitab kudus. Daftar lengkap ini disebut kanon Kitab Suci. Itu mencakup 46 kitab untuk Perjanjian Lama (45 jika kita menghitung Yeremia dan Ratapan sebagai 1 kitab) dan 27 kitab untuk Perjanjian Baru. Perjanjian Lama: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1 dan 2 Samuel, 1 dan 2 Raja-Raja, 1 dan 2 Tawarikh, Ezra dan Nehemia, Tobit, Yudit, Ester, 1 dan 2 Makabe, Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Yesaya, Yeremia, Ratapan, Barukh, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi].
 
‘The Catechism of the Catholic Church’, nomer 138, berbunyi sebagai berikut: “The Church accepts and venerates as inspired the 46 books of the Old Testament and the 27 books of the New” (= Gereja menerima dan menghormati 46 kitab-kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab-kitab Perjanjian Baru sebagai diilhamkan).
 
Catatan: bandingkan dengan Perjanjian Lama yang kita akui yang hanya terdiri dari 39 kitab!


Sering ada yang mengatakan bahwa bukan orang Katolik yang menambahi Alkitab, tetapi orang Kristen Protestanlah yang mengurangi Alkitab. Ini merupakan omong kosong orang yang sama sekali tidak mengerti sejarah, karena Gereja Roma Katolik baru memasukkan kitab-kitab Deuterokanonika ke dalam Alkitab mereka (di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) pada tahun 1546. Sebelum itu, Alkitab Katolik hanyalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru seperti yang digunakan oleh Kristen Protestan.
Bahkan Encyclopedia Britannica 2000 mengatakan bahwa Alkitab Yahudipun hanya mencakup Perjanjian Lama, dan tidak mencakup Deuterokanonika.
Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Bible’: “The Jewish Bible includes only the books known to Christians as the Old Testament” ( = Alkitab Yahudi mencakup hanya kitab-kitab yang dikenal oleh orang-orang Kristen sebagai Perjanjian Lama).
 
Jadi jelas bahwa bukan Kristen Protestan yang mengurangi Alkitab, tetapi Katolik-lah yang menambahi Alkitab.



b) Gereja-gereja tertentu yang mengajar berdasarkan pengalaman, nubuat, Tuhan bicara, dsb.
 

Memang secara sah / resmi mereka hanya mengakui 66 kitab dalam Alkitab kita sebagai Firman Allah, tetapi dalam prakteknya banyak dari mereka yang mengajar berdasarkan hal-hal lain di luar Alkitab, seperti pengalaman, nubuat, Tuhan bicara, mimpi, penglihatan dan sebagainya.
 
• pengalaman.
Memang tidak salah seseorang menyaksikan / mensharingkan apa yang ia alami, asal ia tidak menjadikan hal itu sebagai rumus, seakan-akan semua orang harus mengalami apa yang ia alami. Pengalaman seseorang hanya boleh dijadikan rumus, yang harus juga dialami oleh orang lain, kalau pengalaman itu mempunyai dasar Kitab Suci. Misalnya Kitab Suci jelas mengajar bahwa orang yang percaya kepada Yesus akan mendapatkan damai / sukacita (Matius 11:28 Yohanes 14:27 Galatia 5:22). Kalau seseorang bertobat / percaya kepada Yesus, dan ia lalu mengalami damai / sukacita, maka pengalaman itu boleh dijadikan rumus. Tetapi kalau seseorang sakit dan berdoa dan lalu sembuh, ini boleh disharingkan tetapi tidak boleh dijadikan rumus, karena Tuhan tidak menjanjikan untuk menyembuhkan semua orang kristen yang sakit.
Tetapi, dalam kalangan Kharismatik, ada banyak pengalaman yang tidak mempunyai dasar Kitab Suci yang lalu dijadikan rumus, yang harus dialami oleh semua orang lain. Ini boleh dikatakan menambahi Kitab Suci.
 
• nubuat, Tuhan bicara, dsb.
Dalam kalangan Kharismatik juga banyak hal-hal seperti ini, dan banyak dari mereka tetap menerima ‘nubuat’ / ‘suara Tuhan’ itu sekalipun itu tidak sesuai dengan Kitab Suci.
Ini jelas juga merupakan penambahan terhadap Kitab Suci.



c) Penerimaan Kitab Suci agama lain sebagai Firman Allah.


Kita tidak bisa menerima Kitab Suci / Alkitab kita sebagai Firman Allah, dan juga menerima Kitab Suci - Kitab Suci agama-agama lain sebagai Firman Allah karena Kitab Suci - Kitab Suci ini saling bertentangan satu sama lain.

Kalau seorang hamba Tuhan mengajar menggunakan Kitab Suci agama lain sebagai dasar, maka tidak peduli Hermeneutics apa yang ia gunakan, tentu akan menghasilkan ajaran yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan dari sudut kekristenan.

Catatan: kalau suatu gereja / seorang pendeta menambahi Kitab Suci, maka biasanya gereja / pendeta itu juga akan mengurangi Kitab Suci, yaitu bagian-bagian Kitab Suci yang bertentangan dengan apa yang ditambahkan kepada Kitab Suci oleh gereja / pendeta tersebut.



2) Sebaliknya juga ada orang yang bukan menambahi kanon Alkitab, tetapi menguranginya, misalnya:

• menolak Perjanjian Baru, seperti Yudaisme.
• mengabaikan Perjanjian Lama.

Ini tentu juga akan menghasilkan ajaran-ajaran yang salah.


Sumber : Hermeneutics oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.

Info :

Siapakah Loraine Boettner?

Loraine Boettner (March 7, 1901 – January 3, 1990) was an American theologian, teacher, and author in the Reformed tradition. He is best known for his works on predestination, Roman Catholicism, and Postmillennial eschatology. 
[=Loraine Boettner (Lahir tanggal 7 Maret 1901 - meninggal tanggal 3 Januari 1990] adalah seorang teolog, guru dan penulis/pengarang Reform yang berkebangsaan Amerika. Ia paling dikenali dari karya-karyanya tentang ketetapan Allah (predestinasi), Roma Katolik, dan Postmillennial eschatology.]

Sumber : wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar