Membahas dan mengenal lebih dalam YOHANES 1:1
Yohanes 1:1-2 - “(1) Pada mulanya
adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah. (2) Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.”
‘Firman itu bersama-sama dengan Allah’ (ayat 1)
Ada 3 hal yang diajarkan oleh bagian ini:
a)
Yesus sebelum inkarnasi sudahlah merupakan seorang pribadi.
Kata-kata
yang diterjemahkan ‘bersama-sama dengan Allah’ dalam bahasa Yunaninya adalah
PROS TON THEON, yang secara hurufiah berarti ‘berhadapan muka dengan Allah’,
dan ini menunjukkan bahwa Yesus dan Allah adalah 2 pribadi yang berhadapan.
W. Robert
Cook: “The phrase PROS TON THEON (with God) has the idea of ‘toward’ or
‘face-to-face with,’ giving the picture of two personal beings facing one
another and engaging in intelligent discourse” [= Ungkapan PROS TON THEON
(dengan Allah) mempunyai gagasan / idee tentang ‘kepada / terhadap’ atau
‘berhadapan muka dengan’, memberikan gambaran tentang 2 pribadi berhadapan satu
dengan yang lain dan terlibat dalam percakapan yang cerdas / percakapan yang
menggunakan pikiran] - ‘The Theology of John’, halaman 49.
Ini sangat
penting untuk diperhatikan, supaya kita tidak menganggap bahwa sebelum
inkarnasi itu Yesus hanyalah ‘kata-kata Allah’!
b)
Ada hubungan intim / persekutuan yang indah antara Yesus / Firman dengan Allah.
Ayat 2
melanjutkan dengan menunjukkan bahwa hubungan intim / persekutuan yang indah
itu sudah ada ‘pada mulanya’ (sejak kekal)! Bandingkan dengan Yohanes 17:5,24.
Ini
membuat kita makin mengerti, mengapa Yesus begitu menderita ketika Bapa
meninggalkan Dia ketika Ia ada di kayu salib (Matius 27:46
bandingkan dengan Matius 26:37-38). Tetapi Yesus tetap rela mengalami semua ini
(terpisah dari BapaNya) supaya saudara bisa dipersatukan dengan Allah!
c)
Ada pembedaan antara Yesus / Firman dengan Allah (Bapa).
1.
Karena itu kita tidak boleh berkata bahwa Allah Bapa sama dengan Allah Anak!
Mereka setingkat, dan mempunyai sifat-sifat yang sama, dan Mereka satu adanya,
tetapi Allah Bapa tetap bukanlah Allah Anak.
2. Ini
jelas menunjukkan salahnya Sabelianisme.
Perbedaan ajaran Tritunggal yang benar vs ajaran Sabelianisme :
Ajaran
Tritunggal yang benar mengatakan bahwa Allah itu mempunyai satu hakekat / zat,
tetapi 3 pribadi.
Sabelianisme
mengajarkan bahwa Allah Tritunggal itu hanya punya 1 pribadi, dengan 3
manifestasi / perwujudan. Jadi mereka berkata bahwa yang menjadi Anak, adalah
Bapa sendiri. Demikian juga de-ngan yang turun pada hari Pentakosta! 3
manifestasi ini hanya bisa keluar secara bergantian, tidak bisa keluar
bersama-sama.
Tetapi Yohanes 1:1
mengatakan bahwa ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah’, dan ini menunjukkan
bahwa Yesus dan Bapa bisa ada pada waktu yang bersamaan! Jadi jelaslah bahwa
Sabelianisme itu merupakan ajaran yang salah / sesat, dan harus ditentang!
A. H.
Strong mengutip kata-kata Martin Luther: “‘The Word was God’ is against
Arius; ‘the Word was with God’ is against Sabellius” (= ‘Firman itu adalah
Allah’ menentang Arius; ‘Firman itu bersama-sama dengan Allah’ menentang
Sabellius) - ‘Systematic Theology’, halaman 329.
Calvin: “it
would have been absurd in the Evangelist to say that the Speech was always with
God, if he had not some kind of subsistence peculiar to himself in God. This
passage serves, therefore, to refute the error of Sabellius; for it shows that
the Son is distinct from the Father” (= merupakan sesuatu yang menggelikan
dalam diri sang Penginjil untuk mengatakan bahwa Ucapan / Firman itu selalu
bersama-sama dengan Allah, jika Ia tidak mempunyai semacam keberadaan yang khas
/ khusus bagi diriNya sendiri dalam Allah. Karena itu text ini berguna untuk
menyangkal kesalahan dari Sabellius; karena text ini menunjukkan bahwa Anak
berbeda dari Bapa) - halaman 28.
Calvin: “we
have demonstrated that that ‘word’ denotes a real hypostasis, or subsistence,
in the essence of God” (= kami telah menunjukkan bahwa ‘firman’ itu
menunjukkan suatu pribadi, atau keberadaan, yang nyata / sungguh-sungguh, dalam
hakekat Allah) - halaman 45.
Karena ada
orang yang mempertanyakan: mengapa doktrin Allah Tritunggal ini menggunakan
istilah ‘zat’ dan ‘pribadi’ yang tidak ada dalam Kitab Suci, maka Calvin
memberikan jawab sebagai berikut:
“And
yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they
could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to
the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, they were compelled to
invent some words, which after all had no other meaning than what is taught in
the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or
Persons, in the one and simple essence of God” (= Dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dimaafkan /
dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk
mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyusunan kata
yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa
menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari
pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi
dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana)
– halaman 28-29.
Sekalipun
Bapa, Yesus / Anak, dan Roh Kudus adalah 3 pribadi yang berbeda, tetapi kita
tetap mempunyai hanya satu Allah, bukan 3 Allah. Tetapi kita bukan mempunyai
Allah yang tunggal secara mutlak, karena Allah yang satu itu mempunyai 3
pribadi.
Gregory
Nazianzus mengatakan:
“I
cannot think on the one without quickly being encircled by the splendor of the
three; nor can I discern the three without being straightway carried back to
the one” (= Saya tidak bisa berpikir tentang
yang satu tanpa secepatnya dikelilingi oleh kemegahan / kemuliaan dari
yang tiga; dan saya juga tidak bisa melihat pada yang tiga tanpa langsung
dibawa kembali kepada yang satu).
Tadi
Yohanes membedakan Yesus / Firman dari Allah. Maka sekarang, supaya Yesus /
Firman itu tidak dianggap sebagai sesuatu / seseorang yang lebih rendah dari
Allah, Yohanes lalu menambahkan bahwa ‘Firman itu adalah Allah’!
Calvin: “That
there may be no remaining doubt as to Christ’s divine essence, the Evangelist
distinctly asserts that ‘he is God.’ Now since there is but one God, it follows
that Christ is of the same essence with the Father, and yet that, in some
respect, he is distinct from the Father. ... As to the unity of the divine
essence, Arius showed prodigious wickedness, when, to avoid being compelled to
acknowledge the eternal Divinity of Christ, he prattled about I know not what
imaginary Deity;1 but for our part, when we are informed that the ‘the Speech
was God,’ what right have we any longer to call in question his eternal
essence?” (= Supaya tidak ada keragu-raguan yang tersisa berkenaan dengan
hakekat ilahi dari Kristus, sang Penginjil secara jelas menegaskan bahwa ‘Ia
adalah Allah’. Karena hanya ada satu Allah, maka akibatnya Kristus adalah dari
hakekat yang sama dengan Bapa, tetapi dalam hal tertentu, Ia berbeda dari Bapa.
... Berkenaan dengan kesatuan dari hakekat ilahi, Arius menunjukkan kejahatan
yang luar biasa, pada waktu, untuk menghindari dari keterpaksaan untuk mengakui
keilahian yang kekal dari Kristus, ia mengoceh tentang Allah / keAllahan
khayalan yang tidak kami kenal 1; tetapi bagi kita, pada waktu kita diberi
informasi bahwa ‘Ucapan / Firman itu adalah Allah’, hak apa yang kita punyai
untuk masih mempertanyakan hakekatNya yang kekal?) - halaman 29.
1 “That
there was I know not what God who had been created, and had a beginning” (=
Bahwa di sana ada entah Allah apa yang telah diciptakan, dan yang mempunyai
permulaan) - footnote halaman 29.
Catatan:
sukar untuk menterjemahkan kata-kata ‘I know not’ yang digunakan oleh Calvin di
sini. Yang jelas itu menunjukkan bahwa Ia tidak mengakui adalah Allah semacam
demikian (Allah yang dicipta dan yang mempunyai permulaan).
Bersambung ke BAGIAN 3, baca lagi BAGIAN 1
Sumber : Hermeneutics oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar