Membahas dan mengenal lebih dalam YOHANES 1:1
YOHANES 1:1-2
Yohanes 1:1-2 - “(1) Pada mulanya
adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah. (2) Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.”.
Ayat ini menunjukkan secara jelas
bahwa Yesus adalah Allah, tetapi ayat ini justru bisa dipakai oleh Saksi-Saksi
Yehuwa untuk menunjukkan bahwa Yesus lebih rendah dari Allah!
Mereka menggunakan Yohanes 1:1
dalam bahasa Inggris yang berbunyi sebagai berikut: “In the beginning was
the Word, and the Word was with (the) God, and the Word was God”.
Mereka mengatakan bahwa kata ‘God’
yang pertama mempunyai definite article (dalam bahasa Inggris biasanya
diterjemahkan sebagai ‘the’), dan ini menurut mereka betul-betul
menunjuk kepada Allah / Yehuwa. Tetapi kata ‘God’ yang kedua tidak
mempunyai definite article dan karena itu seharusnya diterjemahkan
sebagai ‘a god’ (= suatu allah), dan ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
‘allah kecil’!
Jawaban terhadap serangan Saksi
Yehuwa ini:
a)
Terjemahan yang benar memang adalah ‘the Word was God’ (= Firman itu
adalah Allah).
A. T.
Robertson: “‘And the Word was God (KAI THEOS EN HO LOGOS). By exact and
careful language John denied Sabellianism by not saying HO THEOS EN HO LOGOS.
That would mean that all of God was expressed in HO LOGOS and the terms would
be interchangeable, each having the article. The subject is made plain by the
article (HO LOGOS) and the predicate without it (THEOS) just as in John 4:24
PNEUMA HO THEOS can only mean ‘God is spirit,’ not ‘spirit is God.’ So in 1John
4:16 HO THEOS AGAPE ESTIN can only mean ‘God is love,’ not ‘love is God’ ... So
in John 1:14 HO LOGOS SARX EGENETO, ‘the Word became flesh,’ not ‘the flesh
became the Word.’” [= Dan Firman itu adalah Allah (KAI THEOS EN HO LOGOS).
Dengan bahasa yang tepat / seksama dan hati-hati Yohanes menyangkal
Sabelianisme dengan tidak berkata HO THEOS EN HO LOGOS. Itu akan berarti bahwa
seluruh Allah dinyatakan dalam HO LOGOS / the Word / Firman dan
istilah-istilah itu akan bisa dibolak-balik, karena masing-masing mempunyai
kata sandang. Yang mana yang adalah subyeknya dibuat jelas oleh kata sandangnya
(HO LOGOS / the Word / Firman), dan predikatnya tanpa kata sandang
(THEOS / God / Allah), sama seperti dalam Yohanes 4:24 - PNEUMA HO
THEOS, hanya bisa berarti ‘Allah adalah Roh’, bukan ‘Roh adalah Allah’.
Demikian juga dalam 1Yohanes 4:16 - HO THEOS AGAPE ESTIN, hanya bisa berarti
‘Allah adalah kasih’, bukan ‘kasih adalah Allah’ ... Demikian juga dalam Yohanes
1:14 - HO LOGOS SARX EGENETO, ‘Firman telah menjadi daging’, bukan ‘daging
telah menjadi Firman’.] - ‘Word Pictures in the New Testament’, volume
5, halaman 4-5.
Leon
Morris (NICNT): “The difficulty about the construction is the absence of
the article with THEOS. Strachan says dogmatically, ‘the word THEOS has no
article, thus giving it the significance of an adjective.’ But this is too
simple. How else in Greek would one say, ‘the Word was God’? And, as Westcott
says, an article would equate THEOS and LOGOS, and would be ‘pure
Sabellianism’. Had this been John’s meaning he could not have said ‘the Word
was with God’. The true explanation of the absence of the article appears to be
given by E. C. Colwell, who has shown that in the New Testament definite nouns
which precede the verb regularly lack the article (JBL, LII, 1993, pp. 12-21).
On this verse he comments: ‘The absence of the article does not make the
predicate indefinite or qualitative when it precedes the verb; it is indefinite
in this position only when the context demands it. The context makes no such
demand in the Gospel of John (op. cit., p. 21)” [= ] - halaman 77,
footnote.
Ada yang
menterjemahkan ‘the Word is divine’ (= Firman itu ilahi / bersifat
ilahi).
Leon
Morris (NICNT): “Moffatt renders, ‘the Logos was divine’ ... While this
English probably means much the same as does that of ARV the emphasis is
different, ... John is not merely saying that there is something divine about
Jesus. He is affirming that He is God, and doing so emphatically as se wee from
the word order in the Greek” (= Moffatt menterjemahkan: ‘sang Logos itu
ilahi / bersifat ilahi’ ... Sekalipun ini artinya mungkin sama seperti
terjemahan dari ARV, tetapi penekanannya berbeda, ... Yohanes tidak semata-mata
berkata bahwa ada sesuatu yang bersifat ilahi tentang Yesus. Ia sedang
menegaskan bahwa Ia adalah Allah, dan ia melakukannya dengan begitu menekankan
seperti kita lihat dari susunan / urut-urutan katanya dalam bahasa Yunani)
- halaman 76-77.
Leon
Morris (NICNT): “The Greek is THEOS EN HO LOGOS. The adjective ‘divine’
would be THEIOS. This word was available and it is found in the New Testament
(e.g. Acts 17:29; 2Peter 1:3). But Godet thinks that the use of this term of
the Logos would denote ‘a quasi-divinity, a condition intermediate between God
and the creature’. John is not affirming this, but full deity of the Logos.
Abbott points out that it is more common to have an adjective than a noun in
this position (1994a; he cites 6:60), which makes John’s use of the noun all
the more significant” [= Bahasa Yunaninya adalah THEOS EN HO LOGOS. Kata
sifat ‘ilahi’ adalah THEIOS. Kata ini tersedia dan itu ditemukan dalam Perjanjian
Baru (contoh Kisah Para Rasul 17:29; 2Peter 1:3). Tetapi Godet berpikir bahwa
penggunaan dari istilah LOGOS ini menunjukkan ‘suatu keillahian yang tidak
benar / hanya kelihatannya, suatu keadaan di tengah-tengah antara Allah dan
makhluk ciptaan’. Yohanes tidak sedang menegaskan ini, tetapi kealllahan penuh
dari LOGOS. Abbott menunjukkan bahwa adalah lebih umum untuk mendapatkan /
mempunyai suatu kata sifat dari pada suatu kata benda dalam posisi ini (1994a;
ia mengutip 6:60), yang membuat penggunaan kata benda oleh Yohanes makin
berarti / penting] - halaman 77, footnote.
b)
Ada beberapa ayat dalam Kitab Suci yang secara explicit menyebut Yesus dengan
sebutan ‘Allah’, dan dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite
article (= kata sandang tertentu), sehingga seharusnya diterjemahkan ‘the
God’.
Yohanes 20:28,
Titus 2:13, Ibrani 1:8, dan 1Yohanes 5:20, secara explicit
menyebut Yesus sebagai Allah, dan dalam keempat ayat ini, kata ‘Allah’ dalam
bahasa Yunaninya menggunakan definite article (Inggris: the).
Untuk kata
‘Allah’ dalam:
1.
Yohanes 20:28 digunakan kata bahasa Yunani HO THEOS.
2.
Titus 2:13 digunakan kata bahasa Yunani TOU THEOU.
3.
Ibrani 1:8 digunakan kata bahasa Yunani HO THEOS.
4.
1Yohanes 5:20 digunakan kata bahasa Yunani HO THEOS.
dimana
kata HO dan TOU adalah definite article. Karena itu jelaslah bahwa kata
itu tidak bisa diterjemahkan ‘a god’, tetapi seharusnya diterjemahkan ‘the
God’.
Sebetulnya
ada satu ayat lagi yang menyebut Yesus sebagai ‘the God’, yaitu Kisah
Para Rasul 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh
kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk
menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.
Tetapi
dalam Kitab Suci Indonesia ayat ini salah terjemahan karena kata ‘Anak’
itu sebetulnya tidak ada.
KJV: ‘Take
heed therefore unto yourselves, and to all the flock, over the which the Holy
Ghost hath made you overseers, to feed the church of God, which he hath
purchased with his own blood’ (= Karena itu perhatikanlah dirimu sendiri,
dan seluruh kawanan, di atas mana Roh Kudus telah menjadikan kamu penilik,
untuk memberi makan gereja Allah, yang telah dibeliNya dengan darahNya
sendiri).
Dengan
demikian kata ‘Nya’ jelas menunjuk kepada Yesus (karena ada kata ‘darah’),
dan sekaligus menunjuk kepada kata ‘Allah’ (yang saya garis bawahi).
Dan kata ‘Allah’
ini dalam bahasa Yunaninya adalah TOU THEOU (= ‘the God’). Dengan
demikian di sini ada satu ayat lagi yang menyatakan Yesus sebagai ‘the God’.
Apabila Yohanes 1:1
diterjemahkan ‘the Word was a god’ (= Firman itu adalah suatu allah),
itu akan bertentangan dengan Yohanes 20:28, Kisah Para Rasul 20:28,
Titus 2:13, Ibrani 1:8 dan 1Yohanes 5:20. Bagaimana mungkin
Kitab Suci di bagian yang satu menyebut Yesus sebagai ‘a god’ dan di
bagian yang lain menyebut Yesus sebagai ‘the God’?
Jika saudara sudah mengetahui bahwa Yesus adalah Allah, bagaimana sikap saudara terhadapNya? Maukah saudara mencari Dia, mengasihi Dia, mentaati Dia, melayani Dia, meninggikan / memuliakan Dia, dan mengutama-kan Dia di atas segala sesuatu?
-0-
Sumber : Hermeneutics oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar