Terdapat 16 ayat-ayat sukar yang berkenaan dengan keilahian Yesus di dalam kitab Injil Yohanes.
Posting Bagian A ini membahas 6 ayat-ayat sukar sebagai berikut :
1) Yohanes 3:35 - “Bapa
mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya”.
Bandingkan dengan
Matius 28:18 - “Yesus mendekati mereka dan berkata: ‘KepadaKu telah
diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”.
Ayat-ayat
ini sama sekali bukan problem, karena Yesus jelas tidak disoroti sebagai
Allah, tetapi sebagai manusia, atau seperti yang dikatakan oleh Albert
Barnes (halaman 145), sebagai Pengantara.
2) Yohanes 4:34 - “Kata
Yesus kepada mereka: ‘MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus
Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”.
Sebagai
manusia Yesus memang harus mentaati kehendak Bapa, karena kalau tidak, Ia tidak
bisa menjadi Juruselamat kita.
3) Yohanes 5:19-20 - “(19)
Maka Yesus menjawab mereka, kataNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak
tidak dapat mengerjakan sesuatu
dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa
yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. (20) Sebab Bapa
mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepadaNya segala sesuatu yang
dikerjakanNya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepadaNya
pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu,
sehingga kamu menjadi heran”.
Bandingkan
dengan Yohanes 5:30 - “Aku tidak
dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai
dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil, sebab Aku tidak menuruti
kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku”.
Ayat ini
dipakai oleh Arius / Arianisme (yang akhirnya ber-reinkarnasi menjadi Saksi
Yehuwa) untuk mengatakan bahwa Yesus lebih rendah dari Bapa, karena Ia tidak
bisa melakukan apapun dari diriNya sendiri.
Tetapi
sebetulnya ayat ini, khususnya kata-kata ‘tidak dapat’, sama sekali
tidak menunjukkan ketidakmampuan Yesus! Ingat bahwa Yohanes 5:19
ini terletak dalam kontext yang menekankan keilahian Yesus, yaitu Yohanes 5:17-18 yang
berbunyi sebagai berikut: “(17) Tetapi Ia berkata kepada mereka:
"BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu
orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia
meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah
BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.
Dalam kontex seperti itu, tidak
mungkin tahu-tahu Ia justru menunjukkan ketidak-mampuanNya, yang menunjukkan
bahwa Ia bukan Allah.
Jika demikian, apakah arti / maksud
kata-kata Yesus ini?
Kata-kata Yesus ini bertujuan untuk menekankan kesatuan
yang tidak terpisahkan antara diriNya dengan Bapa, yang menyebabkan Ia tidak
bisa melakukan apapun terpisah dari Bapa. Dan jelas bahwa Bapapun tidak bisa
melakukan apapun terpisah dari Yesus! Jadi, Yesus dan Bapa tidak bisa bekerja
sendiri-sendiri. Sebaliknya, pekerjaan Yesus adalah pekerjaan Bapa, dan
pekerjaan Bapa adalah pekerjaan Yesus.
Dengan demikian, kata-kata Yesus
ini menjawab serangan orang-orang Yahudi bahwa Yesus melanggar Sabat dan
menghujat Allah (Yohanes 5:18). Kalau Yesus bisa melanggar Sabat dan
menghujat Allah, maka itu berarti Ia bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa.
Tetapi Yesus tidak bisa melakukan sesuatu terpisah dari Bapa, dan karena itu
jelas bahwa Ia tidak bisa melanggar Sabat maupun menghujat Allah.
Bandingkan
dengan penafsiran dari Saksi-Saksi Yehuwa tentang Yohanes 5:18 dan Yohanes
5:19 ini. Terbalik dengan penafsiran di atas, mereka menjadikan Yohanes 5:19nya
sebagai patokan, bahwa Yesus bukan Allah, dan dengan patokan itu mereka
menafsirkan Yohanes 5:18nya.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Yohanes 5:18. Di sana dikatakan bahwa orang-orang
Yahudi (seperti dalam Yohanes 10:31-36) ingin membunuh Yesus karena ia
‘menyamakan diriNya dengan Allah.’ Tetapi siapa yang mengatakan bahwa
Yesus menyamakan dirinya dengan Allah? Bukan Yesus. Ia membela diri menghadapi
tuduhan-tuduhan palsu ini langsung dalam ayat berikutnya (19): Maka Yesus
menjawab mereka, katanya: ... ‘Anak tidak dapat mengerjakan segala sesuatu dari
diriNya sendiri jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya.’ Dengan ini Yesus
menunjukkan kepada orang-orang Yahudi bahwa ia tidak sama dengan Allah dan karena
itu tidak dapat bertindak atas prakarsanya sendiri. Dapatkah kita membayangkan
seseorang yang setara dengan Allah Yang Mahakuasa berkata bahwa ia ‘tidak dapat
mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri’? (Bandingkan Daniel 4:34,35.)
Menarik, bahwa ikatan kalimat dari Yohanes 5:18 maupun 10:30 menunjukkan bahwa
Yesus membela dirinya terhadap tuduhan-tuduhan palsu dari orang-orang Yahudi,
yang seperti para penganut Tritunggal, mengambil kesimpulan-kesimpulan yang
salah” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, halaman 24-25.
Tanggapan saya:
a) Jika Yohanes 5:19 itu memang merupakan bantahan terhadap
tuduhan bahwa Ia menyamakan diri dengan Allah:
1. Mengapa dalam Yohanes 10:33, pada waktu
menghadapi tuduhan yang sama, Ia bukannya membantah tetapi kelihatannya menyetujui
tuduhan itu?
2. Mengapa pada waktu disembah dan disebut
sebagai ‘Tuhan’ atau ‘Allah’ Ia diam saja?
3. Mengapa banyak ayat-ayat Kitab Suci lain,
yang bukan merupakan kata-kata Yesus, yang menyatakan Yesus sebagai Allah?
b) Jika dikatakan bahwa Yesus tidak bisa melakukan apapun dari
diriNya sendiri, atau bahwa Ia tidak melakukan kehendakNya sendiri, mengapa ada
sedikitnya ada 2 ayat yang secara explicit mengatakan bahwa Yesus melakukan apa
yang dikehendakiNya?
1. Markus 3:13 - “Kemudian naiklah
Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendakiNya dan
merekapun datang kepadaNya”.
2. Yohanes 5:2 - “Sebab
sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian
juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya”.
4) Yohanes 5:31-32,36-37 - “(31)
Kalau Aku bersaksi tentang diriKu sendiri, maka kesaksianKu itu tidak benar;
(32) ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang
diberikanNya tentang Aku adalah benar. ... (36) Tetapi Aku mempunyai suatu
kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala
pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu, supaya Aku melaksanakannya.
Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian
tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. (37) Bapa yang mengutus Aku,
Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suaraNya,
rupaNyapun tidak pernah kamu lihat”.
Kata-kata
Yesus dalam ayat 31 ini tidak boleh diartikan secara hurufiah. Bandingkan
dengan Yohanes 8:14 - “Jawab Yesus kepada mereka, kataNya: ‘Biarpun Aku
bersaksi tentang diriKu sendiri, namun kesaksianKu itu benar, sebab Aku tahu,
dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana
Aku datang dan ke mana Aku pergi”.
Jadi, dalam
ayat 31 ini Kristus berbicara secara umum: kalau seseorang
bersaksi tentang dirinya sendiri, maka hal itu tidak bisa diterima. Bandingkan
dengan Ulangan 19:15 - “‘Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat
seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin
dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak
disangsikan”.
Ada juga
yang mengartikan kata-kata ini sebagai berikut: kalau Aku, dan hanya Aku
sendiri (tanpa didukung oleh Bapa), memberikan kesaksian tentang diriKu
sendiri, maka kesaksianKu itu tidak benar. Arti ini menekankan kesatuan antara
Yesus dengan Bapa, sehingga dalam memberikan kesaksianpun Mereka selalu
bersama-sama, dan arti ini sesuai dengan seluruh kontex, yang menekankan
kesatuan Bapa dengan Anak / Yesus.
Supaya
kesaksianNya tentang diriNya sendiri bisa dipercaya, Yesus lalu mengatakan akan
adanya ‘saksi yang lain’.
Siapa yang Ia maksudkan dengan ‘saksi yang
lain’ itu?
a) ‘Saksi yang lain’ ini (ayat 32) tidak menunjuk
kepada Yohanes Pembaptis.
Kalau kita membaca ayat 32-35
maka ada kemungkinan bahwa yang Yesus maksudkan dengan ‘saksi yang lain’
itu adalah Yohanes Pembaptis, karena ayat 32-35 berbunyi sebagai berikut: “(32)
ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian
yang diberikanNya tentang Aku adalah benar. (33) Kamu
telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang
kebenaran; (34) tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia,
namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. (35) Ia adalah pelita
yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja
cahayanya itu”.
Tetapi jelas
bahwa yang Ia maksudkan dengan ‘saksi yang lain’ itu tidak mungkin
adalah Yohanes Pembaptis, karena:
1. Kata-kata Yesus dalam ayat 34a,
yang berbunyi: ‘Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia’, tidak
memungkinkan bahwa Yohanes Pembaptislah yang Ia maksudkan dengan ‘saksi yang
lain’ itu.
2. Ayat 32 (tentang ‘saksi
yang lain’) ada dalam bentuk present
tense, sedangkan ayat 33,35
(tentang Yohanes Pembaptis) ada dalam bentuk perfect tense dan past tense.
Untuk itu
perhatikan terjemahan NIV di bawah ini:
a. Ayat 32: ‘testifies’ ® present tense.
b. Ayat 33: ‘has testified’ ® perfect tense.
c. Ayat 35: ‘John was a lamp that burned and gave light’ ® past tense.
Perbedaan tenses antara ayat 32 (tentang ‘saksi yang lain’) dan
ayat 33,35 (tentang Yohanes Pembaptis), tidak memungkinkan bahwa Yohanes
Pembaptis adalah ‘saksi yang lain’ itu.
3. Ayat 31 menunjukkan Yesus sebagai
saksi, dan ayat 32 berbicara tentang ‘saksi yang lain’.
Perlu saudara ketahui bahwa dalam bahasa Yunani ada 2 kata yang berarti ‘yang
lain’ (= another), yaitu ALLOS
dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada bedanya.
W. E. Vine dalam An Expository Dictionary of New Testament
Words mengatakan sebagai berikut: “ALLOS ... denotes another of the same sort;
HETEROS ... denotes another of a different sort” (= ALLOS ... menunjuk pada
‘yang lain’ dari jenis yang sama; HETEROS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari
jenis yang berbeda).
Illustrasi: Saat ini saya mempunyai satu
gelas Aqua. Kalau saya menginginkan satu gelas Aqua ‘yang lain’, yang
persis sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya harus menggunakan ALLOS.
Tetapi kalau saya menghendaki minuman ‘yang lain’ yang berbeda jenis
dengan Aqua, misalnya Coca Cola, maka saya harus menggunakan HETEROS, bukan
ALLOS.
Dalam ayat 32 ini kata yang
digunakan bukannya HETEROS tetapi ALLOS. Kalau ‘saksi yang lain’ ini
diterapkan kepada Yohanes Pembaptis, maka kita harus mengambil kesimpulan bahwa
Yesus dan Yohanes Pembaptis mempunyai kwalitet yang sama, dan ini jelas salah! Yohanes
Pembaptis sendiri mengatakan bahwa ia tidak layak melepaskan tali kasut dari
Yesus. Juga Yohanes Pembaptis adalah manusia berdosa, sedangkan Yesus bukan
hanya manusia yang suci, tetapi juga adalah Allah sendiri. Jadi baik ditinjau
sebagai Allah atu manusia, Yesus tidak sejenis / sekwalitet dengan Yohanes
Pembaptis.
b) ‘Saksi yang lain’ (ayat 32) menunjuk kepada Bapa (ayat 37a -
“Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku”).
1. Jadi sebetulnya ayat 32 bersambung ke
ayat 37a, sedangkan ayat 33-36 seakan-akan ada dalam tanda kurung.
2. Bahwa Bapa memang adalah ‘saksi yang
lain’ yang dimaksud oleh Yesus, didukung secara sangat meyakinkan oleh Yohanes 8:17-18
- “(17) Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang
adalah sah; (18) Akulah yang bersaksi tentang diriKu sendiri, dan juga Bapa,
yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.’”.
3. Pembahasan kata-kata ‘yang lain’.
Bahwa ayat 31 menunjukkan Yesus sebagai
saksi, dan ayat 32,37a menunjukkan Bapa sebagai ‘saksi yang lain’,
dimana untuk kata-kata ‘yang lain’ digunakan kata bahasa Yunani ALLOS
(lihat tentang ALLOS dan HETEROS yang baru saya bahas di atas), menunjukkan
bahwa Yesus mempunyai kwalitet / jenis yang sama dengan Bapa, dan ini
membuktikan bahwa Yesus adalah Allah!
4. Bapa bersaksi tentang Yesus.
Ada 2
pandangan tentang kapan, dimana dan melalui apa Bapa bersaksi tentang Yesus:
a. Ada orang yang berpendapat bahwa
Bapa bersaksi tentang Yesus pada peristiwa baptisan Yesus, dimana Bapa berseru
dari surga: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan’ (Matius 3:17).
b. Tetapi saya berpendapat bahwa Bapa bersaksi tentang Yesus ini tidak
menunjuk pada peristiwa dalam Matius 3:17, tetapi pada Firman Tuhan dalam
Perjanjian Lama. Jadi, melalui FirmanNya dalam Perjanjian Lama, Bapa menjadi ‘Saksi
yang lain’ tentang Kristus. Mengapa saya lebih memilih pandangan ini?
Karena ayat 39-40 berbunyi sebagai berikut: “(39) Kamu menyelidiki
Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang
kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, (40)
namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu”. Jadi,
penafsiran kedua ini lebih sesuai dengan kontextnya, yang berbicara tentang
Kitab Suci.
5) Yohanes 6:38 - “Sebab Aku
telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk
melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku”.
Yohanes 6:38
ini tidak boleh diartikan seakan-akan Yesus dan Bapa bisa berbeda kehendak, dan
juga tidak boleh diartikan seakan-akan Yesus sendiri tidak mempunyai kehendak
sehingga hanya menurut saja pada kehendak Bapa.
Ada 2
kemungkinan untuk menafsirkan ayat ini:
a) Penekanan Yohanes 6:38 ini adalah:
kalau orang-orang Yahudi itu menentang Yesus / tidak mau percaya kepada Yesus,
itu sama dengan menentang kehendak Bapa, karena Yesus datang untuk melakukan
kehendak Bapa yang mengutusNya.
b) Leon Morris (NICNT) menafsirkan sebagai berikut: “In this
whole work of salvation Jesus is in the most perfect harmony with the Father.
He came down from heaven specifically to do the will of the Father ... The
perfect unity with the Father ensures that Christ will accept all that the
Father gives” (= Dalam seluruh pekerjaan keselamatan Yesus sepenuhnya
harmonis dengan Bapa. Ia turun dari surga secara khusus untuk melakukan
kehendak Bapa ... Kesatuan yang sempurna dengan Bapa memastikan bahwa Kristus
akan menerima / menyetujui semua yang diberikan oleh Bapa) - halaman 368.
6) Yohanes 7:16-17 - “(16) Jawab Yesus
kepada mereka: ‘AjaranKu tidak berasal dari diriKu sendiri, tetapi dari Dia
yang telah mengutus Aku. (17) Barangsiapa mau melakukan kehendakNya, ia
akan tahu entah ajaranKu ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari
diriKu sendiri”.
a) Dalam text ini Yesus berbicara seakan-akan Ia terpisah dengan
Allah / Bapa, karena Ia menyesuaikan pembicaraanNya dengan orang banyak itu
yang menganggapNya sebagai manusia biasa.
b) Jawaban Yesus dalam ayat 16 ini menunjukkan bahwa apa yang
Ia ajarkan mempunyai sumber yang lebih tinggi dari semua sekolah theologia
Yahudi, yaitu Allah sendiri. Karena itu, menolak ajaran Yesus ini sama
dengan menolak Allah sendiri.
c) Yesus tahu bahwa mereka bertanya-tanya dalam
hati mereka: dari mana kami bisa tahu bahwa ajaranMu betul-betul dari Allah?
Karena itu Yesus menjawab dalam ayat 17 dimana Ia berkata: kalau kamu mau
taat, kamu akan tahu apakah ajaranKu itu dari Aku sendiri atau dari Allah
(bandingkan dengan Yohanes 8:31-32).
d) ‘berkata-kata dari diriKu sendiri’
(ayat 17b).
Maksudnya:
Ia berbicara tanpa disuruh oleh Allah, sehingga berita yang Ia beritakan bukan
dari Allah tetapi dari diriNya sendiri.
Bersambung di BAGIAN B
Sumber : Hermeneutics dan Homiletics oleh Pdt. Budi Asali, M. Div.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar