“Bagaimana bisa Inkarnasi diharmoniskan dengan kekekalan Allah? Allah yang kekal pasti tidak
bisa berubah, lalu apakah Allah berubah ketika menjadi manusia Yesus?”
Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus. 1Timotius 2:5 |
Para
ahli teologia besar seringkali harus bergulat dengan pertanyaan satu ini dalam menanggapi
guru-guru palsu / pengajar-pengajar sesat. Dalam merumuskan jawaban mereka, para
ahli teologia pada awal-awal masa gereja menjunjung tinggi ketetapan firman
Tuhan dalam Kitab Suci.
Di satu sisi,
mereka juga menjunjung tinggi keilahian penuh Yesus Kristus, yang memang adalah
sepenuhnya Allah dan sepenuhnya Manusia. Ada ayat-ayat Alkitab yang secara eksplisit
menegaskan keilahian-Nya, seperti Yohanes 1:1, dan ayat-ayat lain yang
menyiratkan keilahian-Nya dengan menunjukkan Yesus melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah: menghakimi manusia,
mengampuni dosa, menyembuhkan banyak orang, dan menciptakan alam semesta.
Pada saat yang
sama, para ahli teologia pada awal-awal masa gereja menjunjung tinggi
kemanusiaan penuh Yesus Kristus. Kitab
Suci memberikan bukti bahwa Yesus adalah seorang manusia, yang bisa menderita, bisa
mati, dan mengalami kelemahan-kelemahan, baik secara fisik maupun secara emosional.
Ketika "Firman
itu telah menjadi manusia" (Yohanes 1:14), Ia tidak menjadi dua orang (satu
ilahi dan satu manusia), tetapi Dia menjadi satu Pribadi dengan dua kodrat/hakikat
yang berbeda, hakikat Allah sepenuhnya dan hakikat manusia sepenuhnya. Firman
tidak berubah ketika Dia memasuki persatuan dengan hakikat manusia dalam tubuh jasmani
(Ibrani 10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan
persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh
bagiku--.).
Di sinilah letak
jawaban spesifik atas pertanyaan “Bagaimana bisa Inkarnasi diharmoniskan dengan
kekekalan Allah? Allah yang kekal tidak bisa berubah, lalu apakah Allah berubah
ketika menjadi manusia Yesus?”: Hakekat Ilahi
Yesus tidak berubah. Hakekat manusia-Nya bisa berubah. Sebagai Allah, Yesus
tidak bisa berubah, Dia tidak terbatas, selalu tertinggi dalam segala hal. Tapi
dalam hakikat manusia-Nya, Dia dapat berubah, dapat mengalami kelemahan, bisa menderita,
bisa mati. Secara bersamaan: Yesus adalah Allah dan manusia, dalam
keilahian-Nya Yesus kuat dan dalam kemanusiaan-Nya Dia dapat mengalami
kelemahan, dalam hakikat keilahian-Nya Yesus bersifat kekal dan dalam hakikat manusiawi-Nya
Dia bersifat fana. Dia adalah 100% Allah - 100% manusia.
Anak Allah tidak mengubah sifat-Nya ketika ber-Inkarnasi menjadi manusia. Sifat Ilahi tidak "berbaur/bercampur" dengan sifat manusiawi yang memerlukan perubahan. Sebaliknya, sifat Ilahi tinggal tetap bersanding dengan sifat manusiawi dalam satu Pribadi Kristus. Inkarnasi berarti bahwa Yesus dapat mengklaim kedua kodrat/hakikat Ilahi-Nya dan kodart/hakikat manusia-Nya secara bersamaan.
Dalam Yohanes 17:5,
Yesus berdoa kepada Bapa, "Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku
pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada."
Kedua hakekat Yesus sangat jelas dalam permohonan ini. Dia mengacu pada
pra-eksistensi-Nya dengan Allah di mana ia bersama dalam kemuliaan Bapa (menegaskan
hakekat Ilahi-Nya), dan Dia memohon untuk dimuliakan (menegaskan hakekat manusia-Nya).
Allah harus tidak
berubah, karena Allah tidak dapat menurunkan derajat ke dalam keadaan yang
lebih buruk dan Allah tidak dapat meningkatkan derajat ke dalam keadaan yang
lebih baik. Allah selalu sempurna adanya dan, sebagai Allah, tidak bisa
sebaliknya. Kesempurnaan adalah
mutlak, dan tidak mungkin bagi-Nya untuk menjadi “kurang sempurna” atau "lebih
sempurna."
Sebaliknya,
manusia tidak memiliki kapasitas tak terbatas. Seorang manusia adalah terbatas,
bisa berubah dan selalu memiliki ruang untuk perbaikan; ini menjelaskan fakta
(sebagai manusia) Yesus "makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan
besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. " Lukas 2:52.
Pada akhirnya, para
ahli teologia besar dari abad keempat dan kelima yang bergumul dengan masalah
ini menanggapi dengan mengatakan, dalam begitu banyak kata-kata, "Kita
tidak dapat sepenuhnya menjelaskan hal ini, tetapi berdasarkan Kitab Suci, kami
tahu bahwa Yesus Kristus adalah manusia dan Ilahi . Kami terikat untuk
menegaskan apa yang telah Alkitab tegaskan bahkan jika kita harus mengakui
bahwa aspek-aspek Inkarnasi adalah suatu misteri yang penuh keajaiban.
Misterius atau tidak, kita mengakui apa yang Allah telah ungkapkan kepada kami tentang
hal ini. "
Ada
suatu hubungan ajaib pada keselamatan kita yang mengalir keluar
dari misteri Inkarnasi. Yaitu bahwa Kristus, Anak Allah yang menjadi manusia,
adalah duta yang ideal antara Allah dan manusia (1Timotius 2:5 Karena Allah
itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia,
yaitu manusia Kristus Yesus,). Sebagai Allah, Dia sempurna mewakili Allah bagi kita;
sebagai Manusia, Dia sempurna berfungsi sebagai advokat/pembela kita di hadapan
Allah Bapa, untuk membuat pendamaian atas nama kita. "Anak-anakku,
hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika
seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus
Kristus, yang adil." 1Yohanes 2:1
Sumber : GotQuestions.org
*Menjadi* manusia Kata menjadi sudah menunjukkan perubahan. Yg mau di sangkal apanya?, mengimani sesuatu yg sedemikian jelas kebohongannya adalah kebodohan tiada terkira.
BalasHapus