"Apa artinya
bahwa Allah adalah Allah atas segala allah dan Tuhan atas segala tuhan [dapat dibaca : Tuan atas segala tuan] ?"
Jawaban: Kita tahu bahwa hanya ada satu Tuhan Allah, tapi kadang-kadang Alkitab seolah-olah menunjuk
pada adanya allah-allah lain dan tuhan-tuhan lain. Misalnya Ulangan 10:17 menyatakan,
"Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah
yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap"
Siapa pun "allah" dan "tuhan/tuan" lain ini, mereka tidak dapat
bersaing dengan "Allah yang maha besar, kuat dan dahsyat."
Penekanan dalam ayat ini adalah supremasi / keunggulan Allah. Fokusnya adalah pada kebesaran dan kekuatan Allah. Ketika Ia disebut "Allah segala allah," kita memahami bahwa ini menunjukkan Allah lebih kuat dan lebih besar dari allah-allah lain. Ayat ini sama sekali tidak mengajarkan adanya allah-allah lainnya. Sebaliknya, Tuhan berkata, "Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah." Yesaya 45:5. Demikian juga Yesaya 43:11 “Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku.” Sebagai "Allah segala allah," maka Allah yang Sejati berada di posisi tertinggi di atas apa pun juga yang mungkin disembah manusia. Tetapi jelas, hanya Allah yang Sejati satu-satunya yang layak disembah (Ulangan 10:20-21).
Berhala –berhala tidak memiliki kekuatan! : "Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit." (1 Tawarikh 16:26; lihat juga Mazmur 96:5). Mazmur 97:7 menambahkan, "Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala." Juga ada banyak ayat-ayat lain yang mencatat bahwa hanya ada satu Allah. Menyembah allah yang lain adalah sia-sia!
Lalu bagaimana dengan gelar "Tuhan segala tuhan"? Seorang "tuhan/tuan [dengan t huruf kecil, (ini juga bisa dibaca : tuan)]" biasanya menunjuk pada seorang pemimpin/penguasa. Menyebut Allah dengan gelar "Tuhan segala tuhan" berarti menekankan kebesaran Allah di atas semua pemimpin-pemimpin lainnya atau di atas segala pemegang kekuasaan manapun. Karena itu, pemazmur menulis, "Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Mazmur 136:3.
Penekanan dalam ayat ini adalah supremasi / keunggulan Allah. Fokusnya adalah pada kebesaran dan kekuatan Allah. Ketika Ia disebut "Allah segala allah," kita memahami bahwa ini menunjukkan Allah lebih kuat dan lebih besar dari allah-allah lain. Ayat ini sama sekali tidak mengajarkan adanya allah-allah lainnya. Sebaliknya, Tuhan berkata, "Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah." Yesaya 45:5. Demikian juga Yesaya 43:11 “Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku.” Sebagai "Allah segala allah," maka Allah yang Sejati berada di posisi tertinggi di atas apa pun juga yang mungkin disembah manusia. Tetapi jelas, hanya Allah yang Sejati satu-satunya yang layak disembah (Ulangan 10:20-21).
Berhala –berhala tidak memiliki kekuatan! : "Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit." (1 Tawarikh 16:26; lihat juga Mazmur 96:5). Mazmur 97:7 menambahkan, "Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala." Juga ada banyak ayat-ayat lain yang mencatat bahwa hanya ada satu Allah. Menyembah allah yang lain adalah sia-sia!
Lalu bagaimana dengan gelar "Tuhan segala tuhan"? Seorang "tuhan/tuan [dengan t huruf kecil, (ini juga bisa dibaca : tuan)]" biasanya menunjuk pada seorang pemimpin/penguasa. Menyebut Allah dengan gelar "Tuhan segala tuhan" berarti menekankan kebesaran Allah di atas semua pemimpin-pemimpin lainnya atau di atas segala pemegang kekuasaan manapun. Karena itu, pemazmur menulis, "Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Mazmur 136:3.
Dalam Perjanjian Baru, kita menemukan kalimat "Tuhan segala tuhan"
yang digunakan pada tiga kesempatan yang menunjuk pada Yesus. Paulus mengajarkan
bahwa 1) Yesus adalah "Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia,
Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan." 1Timotius 6:15.
2)Kemudian dalam Wahyu 17:14 yang berbicara tentang kedatangan Yesus yang kedua kalinya, mengatakan, “Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan
mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas
segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang
terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia." 3)Ketiga, dalam Wahyu 19:16 menambahkan, "Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis
suatu nama, yaitu: "Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan."
Menariknya, gelar
"Tuhan segala tuhan
(Tuan segala tuan)" justru menegaskan kekuatan Allah yang unik dan memberikan
wawasan ke dalam sifat Tritunggal Allah. Allah Bapa adalah Dia yang disebut
"Tuhan segala tuhan" dalam Ulangan 10:17 dan dalam Mazmur, para
penulis Perjanjian Baru menggunakan gelar yang sama untuk merujuk kepada Anak Allah
yaitu Yesus Kristus. Allah Tritunggal -Bapa, Anak, dan Roh Kudus- memang adalah
Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan. Inilah Allah
yang Sejati, selain Dia, tidak ada
yang lain!
Sumber : GotQuestions.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar