Sebutan"bunda Allah" berawal dari dan
terus digunakan Gereja Katolik Roma. Salah satu topik di Konsili Efesus pada
tahun 431 Masehi adalah penggunaan istilah Yunani Theotókos, atau "yang mengandung Allah," yang mengacu pada Maria. Konsili tersebut secara resmi
memproklamirkan Maria sebagai "bunda Allah", dan doktrin tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam katekismus Katolik. Gagasan di balik memanggil
Maria "bunda Allah" adalah karena Yesus adalah Allah dan
Maria adalah ibunya Yesus, maka dia adalah ibunya Allah.
Masalah utama dengan logika ini adalah bahwa istilah "Allah"
menyiratkan totalitas Yahweh, dan kita tahu bahwa Yahweh tidak memiliki awal
dan tidak memiliki akhir (Mazmur 90:2). I Timotius 6:15-16 mengatakan bahwa Allah itu kekal. Karena
kekal, maka Allah tidak pernah "lahir" dan tidak pernah memiliki seorang
"ibu." Pribadi Kedua dari Trinitas/Tritunggal, Yesus, memang memiliki suatu awal yaitu mulai dari pelayanan duniawi-Nya ketika Dia dikandung di dalam rahim Maria dan dilahirkan,
namun dari kekekalan hingga kekekalan selama-lamanya
Yesus sudah dan selalu adalah Anak Allah yang kekal.
Filipi 2:6-7 memberi kita sedikit wawasan tentang apa yang terjadi saat Yesus
meninggalkan surga untuk menjadi manusia. Terjemahan Baru mengatakan, "yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri,
dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia" Yesus adalah
satu dengan Bapa, namun Dia menyisihkan hak Ilahi-Nya dan mengambil bentuk
seorang bayi ("Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah” Yohanes
1:1-2). Yesus menjalankan kehidupan normal seorang anak Yahudi, mematuhi orang
tua duniawi-Nya (Lukas 2:51).
Seorang ibu menurut definisi, ada lebih dulu dari anaknya dan pada titik tertentu lebih kuat dari anaknya. Jadi memanggil Maria "bunda Allah" memberikan implikasi yang menyesatkan bahwa Maria ada lebih dahulu dan pada satu waktu lebih kuat daripada Allah Yang Maha Kuasa. Meskipun doktrin Katolik mencoba menyangkal implikasi ini, namun ajaran ini tak terhindarkan lagi.
Seorang ibu menurut definisi, ada lebih dulu dari anaknya dan pada titik tertentu lebih kuat dari anaknya. Jadi memanggil Maria "bunda Allah" memberikan implikasi yang menyesatkan bahwa Maria ada lebih dahulu dan pada satu waktu lebih kuat daripada Allah Yang Maha Kuasa. Meskipun doktrin Katolik mencoba menyangkal implikasi ini, namun ajaran ini tak terhindarkan lagi.
Adalah Allkitabiah jika hanya mengatakan bahwa Maria adalah bunda dari Tuhan
Yesus Kristus selama inkarnasi-Nya di bumi. Namun, umat Katolik percaya bahwa
tidak cukup untuk mengatakan bahwa Maria adalah bunda Yesus. Paus Yohanes Paulus
II, dalam sebuah pidato pada tahun 1996, mendorong orang-orang "tidak
hanya untuk memanggil Perawan Terberkati sebagai Bunda Yesus, tetapi juga untuk
mengenalinya sebagai Bunda Allah" (L'Osservatore Romano, 4 Desember 1996,
hal 11 ). Ini tidak Alkitabiah. Allah Yang Maha Kuasa tidak memiliki ibu,
karena Dia tidak memiliki awal dan akhir (Kejadian 1: 1; Wahyu 4: 8).
Sumber: GotQuestions.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar