4 Hal Yang Harus Kita Ketahui Mengapa Yesus Kristus Harus Mati Melalui Penyaliban

Yesus Kristus  telah melalui kematian yang paling mengerikan yaitu melalui penyaliban. Hal ini telah dijalani-Nya dengan rela bagi saya, bagi anda, bagi semua orang yang percaya kepadaNya.
 



Inilah 4 hal yang perlu kita ketahui, mengapa Yesus Kristus harus mati melalu penyaliban.



1. Penyaliban : Bentuk hukuman mati yang menggambarkan secara sempurna begitu banyak hal yang diperlukan untuk membayar lunas tuntutan hutang-hutang dosa dan kengeriannya
Bangsa Romawi menggunakan cara penyaliban sebagai sarana untuk menghukum mati, ini meminjam ide dari Yunani dan Fenisia. Bangsa Babel, Persia dan Asyur juga menggunakan berbagai bentuk penyaliban, termasuk penusukan. Bagi orangYahudi cara kematian melalui penyaliban merupakan bentuk kematian yang najis dan paling menjijikkan. Karena cara kematian yang seperti ini sangat berdarah dan sangat menyakitkan, bahkan seringkali berlangsung selama berhari-hari. Warga negara Romawi biasanya dibebaskan dari cara kematian melalui penyaliban; untuk para pelaku kejahatan berat berkebangsaan Romawi, biasanya dijatuhi hukuman penggal kepala.

Pada zaman Yesus, penyaliban dianggap begitu mengerikan, sehingga diberlakukan untuk budak dan penjahat terburuk atau musuh negara. Orang yang dihukum dengan cara disalibkan biasanya baru mati setelah berhari hari, kecuali apabila korban telah dipukuli atau dicambuki terlebih dulu, dan ini yang sering terjadi. Untuk memaksimalkan dampaknya, penyaliban sering berlangsung di sepanjang jalan raya umum atau daerah yang terbuka untuk umum lainnya, agar banyak orang dapat menyaksikan berlangsungnya penghukuman itu. Ini untuk memperingatkan semua orang, akan hukuman apa yang akan terjadi pada musuh-musuh negara atau para pelanggar hukum. Bangsa Romawi biasanya membiarkan mayat orang yang mati disalib tergantung hingga membusuk atau hingga dimakan burung-burung pemakan bangkai. Tidak diragukan, Yesus sendiri telah melihat sisa-sisa (bekas-bekas) banyak penyaliban yang pernah terjadi sebelumnya ketika Dia sedang bepergian naik dan turun Galilea dan Yudea. Yesus tahu bahwa suatu hari Dia juga akan mengalami sendiri hukuman yang mengerikan itu.
 

Mengapa Yesus harus mati dengan cara penyaliban yang mengerikan ini? Apakah tidak ada cara lain yang lebih manusiawi bagi Dia untuk mati bagi dosa-dosa kita? 


Jika Yesus hanya seorang manusia biasa seperti kita semua, pertanyaan seperti itu mungkin cocok untuk dipertanyakan, tetapi untuk menjadi Juruselamat kita, Yesus harus mati sedemikian rupa. Allah Bapa telah merencanakan secara specifik jenis hukuman mati itu, karena hanya hukuman mati melalui penyaliban yang secara sempurna dapat menggambarkan begitu banyak hal yang diperlukan untuk membayar lunas tuntutan hutang-hutang dosa dan segala kengeriannya.



2. Penyaliban : Hukuman mati yang dijalani Yesus sebagai Tebusan Pengganti, orang berdosa harus disiksa di neraka, maka untuk menggantikan kita Yesus harus disiksa 

Di jaman sekarang, menghukum penjahat berat dilakukan dengan berbagai cara:  suntikan mematikan, hukuman gas, regu tembak, hukuman gantung atau kursi listrik. Pada zaman Yesus, orang-orang Romawi menggunakan cara penyaliban.

Faktor utama dalam kematian Yesus adalah bahwa kematianNya adalah sebagai pengganti untuk penebusan. Untuk setiap dosa yang kita lakukan, kita patut / layak dihukum mati.  Tetapi hukuman mati ini tidak dapat dibayar dengan kematian alami akibat usia tua, kecelakaan atau penyakit, karena cara-cara kematian seperti ini adalah cara alami yang terjadi  sesuai berjalannya waktu, pada suatu saat setiap orang pasti akan mati. Ibrani 9:27 mengatakan, " Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja," Jika setiap kematian dengan cara biasa dianggap cukup untuk membayar hutang dosa, maka semua orang: penyembah berhala, pembunuh, pemerkosa, pencuri, pembohong, pezinah dan orang-orang berdosa lainnya akan terbebas dari dosa-dosa mereka begitu mereka mati. Jika kematian biasa cukup membayar hutang dosa maka semua orang tanpa terkecuali dapat bersih dari semua kesalahan setelah kematian dan secara sah akan dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah/Surga.

Tetapi, kita harus ingat pernyatan Ibrani 9:27 selanjutnya: " ..dan sesudah itu dihakimi,...." Jadi, bahkan setelah seseorang mengalami kematian secara fisik, orang itu akan dihakimi. Ini berarti hukuman dosa adalah sesuatu yang lebih dari ‘sekedar’ kematian fisik biasa. Ibrani 9:22 membantu memperjelas hal ini: "Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan." Dosa tidak dapat diampuni sampai ada seseorang yang tidak  berdosa yang mencurahkan darahnya untuk menutupi pelanggaran orang yang berdosa tersebut. Seseorang yang tidak berdosa itu adalah korban tebusan yang menggantikan orang yang berdosa untuk menerima hukuman.  Maka hukuman dosa haruslah berupa kematian dengan cara penyiksaan.

Sebagai korban tebusan, Yesus harus mati dengan cara mengerikan yang seharusnya kita tanggung,  yaitu disiksa. Maka Yesus tidak bisa membayar hukuman atas dosa-dosa kita melalui cara kematian lain apapun, selain dengan siksaan yaitu melalui penyaliban. Yesus tidak bisa menebus dosa kita dengan mati secara bunuh diri atau dengan cara 'euthanasia', karena bunuh diri adalah dosa dan euthanasia biasanya dilakukan untuk menghindarkan korban dari rasa sakit, cara-cara kematian seperti ini akan mendiskualifikasi Yesus sebagai Juruselamat.  Karena jika Yesus berdosa, maka Dia tidak dapat menebus dosa orang lain, tetapi harus membayar hukuman dosa-Nya sendiri; dan kalau tidak merasakan kesakitan / penderitaan yang mengerikan maka tuntutan siksaan atas hukuman dosa tidak terpenuhi.

Perlu diingat, bahwa kematian Yesus dihasilkan dari pernyataan Pilatus, ketika ia menyerahkan Yesus "untuk disalibkan" (Yohanes 19: 13-16; Matius 27:26). Meskipun Pilatus secara harafiah mencuci tangannya dari seluruh urusan dengan mengatakan, "Aku tidak bersalah terhadap darah Orang benar ini. Itu urusan kamu sendiri." (Matius 27:24), dengan berbuat demikian Pilatus telah membuat keputusan dan menjatuhkan hukuman mati pada Yesus.
Yesus tidak bersalah atas kejahatan atau dosa apapun. Dosa-dosa kitalah yang menjadikan kita yang seharusnya layak menanggung hukuman mati ini. Dengan mengambil alih hukuman kita dan menimpakan hukuman itu pada diri-Nya, maka Yesus harus disiksa sampai mati, dan penyaliban adalah cara penyiksaan sampai mati yang biasa digunakan bangsa Romawi pada masa itu.


3. Penyaliban : Bentuk hukuman mati yang menggambarkan betapa hina dan memalukannya dosa
 
Allah Bapa menyerahkan Anak-Nya untuk menderita penyaliban karena penyaliban adalah cara yang sangat hina untuk mati. Ini adalah cara menghukum mati penjahat dan pelanggar hukum, cara menghukum mati mereka yang dianggap "sampah masyarakat." Tak seorang pun di jaman Yesus yang mau membicarakan hal itu, jika ada salah satu anggota keluarga mereka yang telah disalibkan, karena hukuman penyaliban sangatlah memalukan. Lebih parah lagi, Yesus disalibkan di antara dua penjahat (“Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya.” Matius 27:38). Orang-orang yang lewat dan menyaksikan penyaliban ini akan menilai bahwa Yesus sama bersalah dan sama jahatnya dengan kedua penjahat itu.

Mengapa penyaliban begitu hina? Mengapa Yesus harus mati dengan cara memalukan seperti ini?

Dosa menyebabkan keadaan yang memalukan dan kehinaan. Dosa adalah kehinaan. Yesus mati melalui cara kematian yang hina untuk menggambarkan betapa hina dan memalukannya dosa-dosa kita. Merupakan hal yang memalukan jika dikenal sebagai pencuri, tukang cabul, pezinah, pembohong atau pembunuh. Seharusnya juga hal merupakan hal yang memalukan sebagai penyembah berhala atau orang yang menyebut nama Tuhan dengan sia-sia atau tidak menghormati orang tuanya. Dosa tidak membuat kita terlihat baik, juga tidak membuat keluarga kita bangga. Dosa adalah sesuatu kondisi yang memalukan. Seharusnya kita merasa hina dan malu karena dosa.

Penyaliban adalah cara kematian yang paling hina dan memalukan, dalam banyak kasus, korban menjalani hukuman dalam keadaan telanjang atau hanya diperbolehkan memakai sedikit kain penutup dari pinggang kebawah. Alkitab banyak membahas mengenai rasa malu karena ketelanjangan (Biarlah auratmu tersingkap dan aibmu kelihatan! Aku akan mengadakan pembalasan dan tidak menyayangkan seorangpun, Yesaya 47: 3; maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. Wahyu 3:18; Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya. Wahyu 16:15). Bayangkan, Yesus yang tidak berdosa, tidak pernah melakukan kejahatan atau dosa apapun, tetapi harus dipermalukan dengan cara demikian, dijadikan tontonan umum. Sebagai  seorang pria sederhana, Yesus tentu malu ketika disaksikan dalam keadaan demikian oleh Ibu-Nya dan perempuan-perempuan lainnya,  disaksikan oleh rasul Yohanes dan begitu banyak mata, baik pria maupun wanita. Inilah penghinaan yang dialami Sang Juruselamat bagi kita!
 
Tema "Kehinaan Salib" dibahas dalam Alkitab.
Perhatikan dua ayat dalam kitab Ibrani berikut:
. . . Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (Ibrani 12: 2)
. . . namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum. (Ibrani 6: 6)


4. Penyaliban : Bentuk hukuman mati yang sangat menyakitkan, menggambarkan kesakitan yang mengerikan akibat dosa 


Kematian melalui penyaliban juga sangat menyakitkan. Mengapa? Hal ini harus dijalani Yesus untuk menggambarkan rasa sakit yang mengerikan yang disebabkan oleh dosa. Jika Kristus tidak mati dengan cara kematian yang menyakitkan ini, kematianNya tidak akan cukup membayar tuntutan hukuman dosa kita.
Setiap penjahat pada waktu itu pasti putus asa/ketakutan ketika dijatuhi hukuman penyaliban, melihat beratnya penderitaan hukuman penyaliban yang dijalani Yesus.
Penyaliban bukanlah sekedar cara menghukum, tetapi juga suatu cara penganiayaan . Bangsa Romawi biasanya mencambuki korban terlebih dulu. Yesus pun tidak terkecuali. Sebelum Dia memikul salib-Nya, Dia dicambuki, dipukuli, diludahi dan dihina.

Tentara Romawi melakukan pencambukan dengan cambuk yang dipasangi potongan-potongan logam, serpihan-serpihan tulang atau benda tajam lain pada tali cambuknya.  Tidak hanya itu, pencambukan seringkali mengabaikan aturan "maksimal empat puluh cambukan," atau “hanya boleh mencambuk korban di bagian punggung.” Siksaan cambuk ini sering menghantam setiap inci dari tubuh seseorang sampai orangnya hampir mati.

Nabi Yesaya menubuatkan bagaimana kondisi Yesus setelah pencambukan itu: "Banyak orang akan tertegun melihat dia--begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi-- Yesaya 52:14. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa "Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya," Yesaya 53: 5. Apakah tidak mengherankan bahwa rasul Paulus menuliskan dalam Filipi 2: 8, "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."

Bayangkan diri anda dalam situasi Kristus, dengan kulit yang telah dicambuki hingga hampir mengelupas semua, sampai anda bisa menghitung semua tulang-tulang anda. Ditambah kesakitan yang tak tertahankan ketika paku besar dipakukan di kedua tangan dan pergelangan kaki anda untuk memakukan anda ke tiang salib. Ditambah lagi rasa sakit emosional karena ditolak dan ditinggalkan oleh semua teman-teman anda. Terima kasih Tuhan, untuk para wanita yang berdiri dekat Yesus disaat kejadian mengerikan itu sedang berlangsung (Matius 27: 55-56). Yesus harus sekarat serta menanggung ejekan dan tertawaan dari semua orang, yang sesungguhnya hukuman dosanya Ia tanggung.

Kemudian Yesus mengalami hal mengerikan lain: untuk pertama kalinya dan satu-satunya waktu ketika Ia ditinggalkan oleh Allah Bapa. Allah menimpakan segala dosa dunia pada Yesus dan harus "memunggungi" Yesus yang saat itu dibuat menjadi berdosa karena kita (Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Yesaya 53: 6, Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak. Yesaya 53:10-12;  Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.  I Petrus 2:24).

Kesedihan Yesus pasti terdengar ketika Ia berseru dengan memilukan, "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Matius 27: 46. Pada titik ini, Yesus merasakan bagaimana rasanya harus terpisah dari Allah karena dosa.
Rasa sakit semakin menjadi sehingga Yesus berkata Ia haus, tentara Romawi yang berada di kaki salib-Nya menawarkan minuman dari "cuka" atau anggur asam dicampur dengan mur yang biasa diberikan pada orang yang disalibkan sebagai obat penenang untuk mengurangi rasa sakit (Yohanes 19: 28-29; Markus 15:23 ). Yesus menolak untuk meminum itu, karena Dia mengetahui bahwa Dia harus menderita kesakitan sebagai bagian dari gambaran akibat dosa dalam kehidupan kita: dosa mengakibatkan rasa sakit yang mengerikan dari siksaan hukuman!

Setelah beberapa saat di gantung disalib, seorang yang disalibkan akan sulit bernapas. Untuk bisa bernafas orang itu harus mendorong tubuhnya sedikit ke atas dengan kaki dan lututnya, tapi begitu ia tidak bisa lagi melakukan hal ini, ia akan perlahan-lahan mati karena sesak napas. Untuk mempercepat kematian, algojo Romawi kadang-kadang akan mematahkan kaki korban dengan pentungan yang mereka lakukan terhadap kedua penjahat (Yohanes 19: 31-32). Ketika mereka datang kepada Yesus, mereka menemukan Yesus sudah mati sehingga tidak mematahkan tulang-Nya ("tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya," Yohanes 19:33; Ia melindungi segala tulangnya, tidak satupun yang patah. Mazmur 34:20).
Yesus mencurahkan darah hingga mati dari puluhan luka akibat pencambukan, paku yang menancap dan luka menganga akibat tusukan tombak di lambung-Nya dari mana mengalir darah dan air. Yesus benar-benar mencurahkan darahNya seperti air untuk menutupi dosa-dosa kita (Mazmur 22:14; Efesus 1: 7; I Yohanes 1: 7).
Yesus berkata, "Sudah selesai" (Yohanes 19:30), dan akhirnya kepada Bapa, yang telah menyerahkan Dia untuk menebus kita karena Dia begitu mengasihi kita, Juruselamat kita berdoa, "Ya Bapa, kedalam tanganMu Aku menyerahkan nyawaKu" (Lukas 23: 46). Maka Yesus mati setelah Dia menyelesaikan pekerjaan Bapa-Nya yang telah mengutus Dia untuk melakukan semua itu.

Pada saat ujung tajam tombak Romawi mengiris lambung Yesus hingga terbuka, tabir Bait Suci robek dan terbelah dua (Matius 27: 50-51). Pada saat itu, Yesus, Sang Imam Besar kita, membuka jalan bagi kita semua untuk memasuki tempat maha suci, yaitu hadirat Allah Bapa. Yesus, Kapten keselamatan kita, telah memberikan akses ini dengan tubuhNya yang tercabik dan darahNya yang tertumpah untuk menyucikan kita dari segala dosa kita (Ibrani 10: 19-22). Tiang Salib menjadi simbol dari apa yang Yesus telah lakukan bagi kita, yaitu: mati menggantikan kita, agar kita dapat diampuni dari segala dosa kita.
 

Yesus mati, agar kita hidup! Yesus juga telah bangkit dari kematian dan mengalahkan kematian, Dia Allah yang hidup, hanya didalam Dia kita dapat memperoleh hidup yang kekal!
 
Maukah anda menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat anda?


Yesus telah menjalani kematian, tidak dengan cara kematian sembarang. Dia menjalani kematian bagaikan seorang penjahat, dihukum mati, disiksa dengan cara yang paling menyakitkan, paling hina dan memalukan. Dia harus mati dengan cara ini untuk mengingatkan kita bahwa dosa menimbulkan kesakitan, hina dan memalukan. Dosa tidak dapat terus disembunyikan.


Penyaliban menunjukkan kengerian, kehinaan dan kejijikkan, serta beratnya penderitaan yang disebabkan oleh dosa. Semua dosa. Setiap dosa. Bahkan dosa-dosa "kecil" sekalipun. Bahkan dosa-dosa "tersembunyi". Dosa-dosa anda. Dosa-dosa saya. Dosa-dosa kita semua.

Sangat mudah untuk berbuat dosa dan berpikir, "Saya bisa bertobat nanti." Jika kita melakukan hal seperti ini, kelihatannya remeh, namun sesungguhnya berarti kita menyalah gunakan penebusan melalui penyaliban yang telah dilakukan Yesus bagi kita, sama halnya seperti kita kembali mempermalukan dan menyalibkan Yesus. 



Setelah kebangkitan-Nya, ketika Maria Magdalena hendak memegang Dia (Yohanes 20:17), Yesus menyatakan perkataan yang sangat berarti: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Wow! Karena apa yang telah Dia lakukan, maka pernyataan ini menjadi mungkin. Kita sekarang memiliki Bapa yang sama dengan yang Yesus memiliki! Kita juga mendapatkan Saudara sulung- yaitu Yesus Kristus.

-
Roma 8:29 "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara."

Loraine Boetther: "Christ is the Son of God by nature; we become the sons of God by grace. He is the Son of God in His own right; we become sons of God by adoption. He has existed thus from eternity; we become sons in time as we are regenerated to a new life and have His righteousness imparted to us.. God is the Father of the Lord Jesus Christ in a sense in which He is the Father of none other" (= Kristus adalah Anak Allah yang asli / secara alamiah; kita menjadi anak-anak Allah karena kasih karunia. Ia adalah Anak Allah dalam hak-Nya sendiri; kita menjadi anak-anak Allah oleh pengadopsian. Ia telah mempunyai keberadaan seperti itu dari kekekalan; kita menjadi anak-anak dalam waktu, pada saat kita dilahirkan kembali kepada suatu kehidupan yang baru dan kebenaran-Nya diberikan kepada kita. ... Allah adalah Bapa dari Tuhan Yesus Kristus dalam suatu arti dalam mana Ia bukan Bapa dari siapapun yang lain) - 'Studies in Theology', hal 153.
-
Ketika kita meminum anggur dan makan roti yang telah dihancurkan pada Perjamuan Paskah, marilah kita memuji Tuhan dengan rasa syukur karena Ia telah memberikan kepada kita Putra-Nya, dan marilah kita mengucap syukur kepada Yesus yang telah dengan rela menyerahkan diri-Nya bagi kita. Semoga kita sekarang dapat lebih mengerti dan menghargai mengapa Yesus harus mati disalibkan.



Mari kita memahami dan menghargai apa yang telah Yesus Kristus lakukan bagi kita. 

Apabila anda telah percaya kepada karya penebusan Kristus, marilah kita makin menyadari betapa memalukan dan hinanya dosa, mohon kekuatan yang dari Tuhan sendiri untuk dapat menang dalam perjuangan melawan dosa. 

Jika anda belum percaya kepada Yesus Kristus, semoga penjelasan ini dapat membantu anda untuk percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat anda, tidak ada cara lain anda dapat selamat dan masuk Surga kecuali melalui Yesus Kristus.


Tuhan Yesus mengasihi saudara. Amin










 
Sumber :

Why Did Jesus Have to Die by Crucifixion? by Staff Forerunner, "Ready Answer," April 1997

http://www.cgg.org/index.cfm/fuseaction/Library.sr/CT/RA/k/360/Jesus-Die-Crucifixion.htm
"Menjawab Saksi Yehuwa : Anak Sulung" oleh Pdt. Budi Asali, M.Div. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar