Yesus Kristus telah melalui kematian
yang paling mengerikan yaitu melalui penyaliban. Hal ini telah dijalani-Nya dengan rela bagi saya, bagi anda, bagi semua orang
yang percaya kepadaNya.
Inilah 4 hal yang perlu kita ketahui, mengapa Yesus Kristus harus mati melalu penyaliban.
1. Penyaliban : Bentuk hukuman mati yang menggambarkan secara sempurna begitu banyak hal yang diperlukan
untuk membayar lunas tuntutan hutang-hutang dosa dan kengeriannya
Bangsa Romawi menggunakan cara penyaliban sebagai sarana untuk menghukum mati, ini meminjam ide dari Yunani dan Fenisia. Bangsa Babel, Persia dan Asyur juga menggunakan berbagai bentuk
penyaliban, termasuk penusukan. Bagi orangYahudi cara kematian melalui penyaliban merupakan bentuk
kematian yang najis dan paling menjijikkan. Karena cara kematian yang seperti ini sangat
berdarah dan sangat menyakitkan, bahkan seringkali berlangsung selama berhari-hari.
Warga negara Romawi biasanya dibebaskan dari cara kematian melalui penyaliban;
untuk para pelaku kejahatan berat berkebangsaan Romawi, biasanya dijatuhi hukuman penggal
kepala.
Pada zaman Yesus, penyaliban dianggap begitu mengerikan, sehingga
diberlakukan untuk budak dan penjahat terburuk atau musuh negara. Orang yang
dihukum dengan cara disalibkan biasanya baru mati setelah berhari hari, kecuali
apabila korban telah dipukuli atau dicambuki terlebih dulu, dan ini yang sering
terjadi. Untuk memaksimalkan dampaknya, penyaliban sering berlangsung di
sepanjang jalan raya umum atau daerah yang terbuka untuk umum lainnya, agar
banyak orang dapat menyaksikan berlangsungnya penghukuman itu. Ini untuk
memperingatkan semua orang, akan hukuman apa yang akan terjadi pada musuh-musuh negara atau
para pelanggar hukum. Bangsa Romawi biasanya membiarkan mayat orang yang mati disalib tergantung
hingga membusuk atau hingga dimakan burung-burung pemakan bangkai. Tidak
diragukan, Yesus sendiri telah melihat sisa-sisa (bekas-bekas) banyak
penyaliban yang pernah terjadi sebelumnya ketika Dia sedang bepergian naik dan
turun Galilea dan Yudea. Yesus tahu bahwa suatu hari Dia juga akan mengalami sendiri
hukuman yang mengerikan itu.
Mengapa Yesus harus mati dengan cara penyaliban yang mengerikan ini? Apakah tidak ada cara lain yang lebih manusiawi bagi Dia untuk mati bagi dosa-dosa kita?
Jika Yesus hanya seorang manusia biasa seperti kita semua, pertanyaan seperti itu mungkin cocok untuk dipertanyakan, tetapi untuk menjadi Juruselamat kita, Yesus harus mati sedemikian rupa. Allah Bapa telah merencanakan secara specifik jenis hukuman mati itu, karena hanya hukuman mati melalui penyaliban yang secara sempurna dapat menggambarkan begitu banyak hal yang diperlukan untuk membayar lunas tuntutan hutang-hutang dosa dan segala kengeriannya.
2. Penyaliban : Hukuman mati yang dijalani Yesus sebagai Tebusan Pengganti, orang berdosa harus disiksa di neraka, maka untuk menggantikan kita Yesus harus disiksa
Di jaman sekarang, menghukum penjahat berat dilakukan dengan berbagai cara: suntikan mematikan, hukuman gas, regu tembak, hukuman
gantung atau kursi listrik. Pada zaman Yesus, orang-orang Romawi menggunakan
cara penyaliban.
Faktor utama dalam kematian Yesus adalah bahwa kematianNya adalah sebagai
pengganti untuk penebusan. Untuk setiap dosa yang kita lakukan, kita patut /
layak dihukum mati. Tetapi hukuman mati
ini tidak dapat dibayar dengan kematian alami akibat usia tua, kecelakaan atau
penyakit, karena cara-cara kematian seperti ini adalah cara alami yang terjadi sesuai berjalannya waktu, pada
suatu saat setiap orang pasti akan mati. Ibrani
9:27 mengatakan, " Manusia
ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja," Jika setiap kematian
dengan cara biasa dianggap cukup untuk membayar hutang dosa, maka semua orang:
penyembah berhala, pembunuh, pemerkosa, pencuri, pembohong, pezinah dan
orang-orang berdosa lainnya akan terbebas dari dosa-dosa mereka
begitu mereka mati. Jika kematian biasa cukup membayar hutang dosa maka semua
orang tanpa terkecuali dapat bersih dari semua kesalahan setelah kematian dan secara sah akan dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah/Surga.
Tetapi, kita harus ingat pernyatan Ibrani
9:27 selanjutnya: " ..dan
sesudah itu dihakimi,...." Jadi, bahkan setelah seseorang mengalami kematian
secara fisik, orang itu akan dihakimi. Ini berarti hukuman dosa adalah sesuatu yang lebih
dari ‘sekedar’ kematian fisik biasa. Ibrani
9:22 membantu memperjelas hal ini: "Tanpa
penumpahan darah tidak ada pengampunan." Dosa tidak dapat diampuni
sampai ada seseorang yang tidak berdosa yang mencurahkan darahnya untuk
menutupi pelanggaran orang yang berdosa tersebut. Seseorang yang tidak
berdosa itu adalah korban tebusan yang menggantikan orang yang berdosa untuk
menerima hukuman. Maka hukuman dosa
haruslah berupa kematian dengan cara penyiksaan.
Sebagai korban tebusan, Yesus harus mati dengan cara mengerikan yang
seharusnya kita tanggung, yaitu disiksa. Maka Yesus tidak bisa membayar hukuman
atas dosa-dosa kita melalui cara kematian lain apapun, selain dengan siksaan yaitu melalui penyaliban. Yesus tidak bisa menebus dosa kita dengan mati secara bunuh diri atau dengan cara 'euthanasia', karena bunuh diri adalah dosa
dan euthanasia biasanya dilakukan untuk menghindarkan korban dari rasa sakit,
cara-cara kematian seperti ini akan mendiskualifikasi Yesus sebagai
Juruselamat. Karena jika Yesus berdosa,
maka Dia tidak dapat menebus dosa orang lain, tetapi harus membayar
hukuman dosa-Nya sendiri; dan kalau tidak merasakan kesakitan / penderitaan yang mengerikan maka tuntutan siksaan atas hukuman dosa tidak terpenuhi.
Perlu diingat, bahwa kematian Yesus dihasilkan dari
pernyataan Pilatus, ketika ia menyerahkan Yesus "untuk disalibkan" (Yohanes 19: 13-16; Matius 27:26).
Meskipun Pilatus secara harafiah mencuci tangannya dari seluruh urusan dengan
mengatakan, "Aku tidak bersalah
terhadap darah Orang benar ini. Itu urusan kamu sendiri." (Matius
27:24), dengan berbuat demikian Pilatus telah membuat keputusan dan menjatuhkan
hukuman mati pada Yesus.
Yesus tidak bersalah atas kejahatan atau dosa apapun. Dosa-dosa kitalah yang menjadikan kita yang seharusnya layak menanggung hukuman mati ini. Dengan mengambil alih hukuman kita dan menimpakan hukuman itu pada diri-Nya, maka Yesus harus disiksa sampai mati, dan penyaliban adalah cara penyiksaan sampai mati yang biasa digunakan bangsa Romawi pada masa itu.
Yesus tidak bersalah atas kejahatan atau dosa apapun. Dosa-dosa kitalah yang menjadikan kita yang seharusnya layak menanggung hukuman mati ini. Dengan mengambil alih hukuman kita dan menimpakan hukuman itu pada diri-Nya, maka Yesus harus disiksa sampai mati, dan penyaliban adalah cara penyiksaan sampai mati yang biasa digunakan bangsa Romawi pada masa itu.
3. Penyaliban : Bentuk hukuman mati yang menggambarkan betapa hina dan memalukannya dosa
Allah Bapa menyerahkan Anak-Nya untuk menderita penyaliban karena penyaliban
adalah cara yang sangat hina untuk mati. Ini adalah cara menghukum mati
penjahat dan pelanggar hukum, cara menghukum mati mereka yang dianggap
"sampah masyarakat." Tak seorang pun di jaman Yesus yang mau
membicarakan hal itu, jika ada salah satu anggota keluarga mereka yang telah
disalibkan, karena hukuman penyaliban sangatlah memalukan. Lebih parah lagi,
Yesus disalibkan di antara dua penjahat (“Bersama
dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang
di sebelah kiri-Nya.” Matius 27:38). Orang-orang yang lewat dan menyaksikan
penyaliban ini akan menilai bahwa Yesus sama bersalah dan sama jahatnya dengan kedua
penjahat itu.
Mengapa penyaliban begitu hina? Mengapa Yesus harus mati dengan cara
memalukan seperti ini?
Dosa menyebabkan keadaan yang memalukan dan kehinaan. Dosa adalah kehinaan.
Yesus mati melalui cara kematian yang hina untuk menggambarkan betapa hina dan
memalukannya dosa-dosa kita. Merupakan hal yang memalukan jika dikenal sebagai
pencuri, tukang cabul, pezinah, pembohong atau pembunuh. Seharusnya juga hal merupakan
hal yang memalukan sebagai penyembah berhala atau orang yang menyebut nama
Tuhan dengan sia-sia atau tidak menghormati orang tuanya. Dosa tidak membuat
kita terlihat baik, juga tidak membuat keluarga kita
bangga. Dosa adalah sesuatu
kondisi yang memalukan. Seharusnya kita merasa hina dan malu karena dosa.
Penyaliban adalah cara kematian yang paling hina dan memalukan, dalam banyak kasus, korban menjalani
hukuman dalam keadaan telanjang atau hanya diperbolehkan memakai sedikit kain
penutup dari pinggang kebawah. Alkitab banyak membahas mengenai rasa malu
karena ketelanjangan (Biarlah auratmu
tersingkap dan aibmu kelihatan! Aku akan mengadakan pembalasan dan tidak
menyayangkan seorangpun, Yesaya 47: 3; maka Aku menasihatkan engkau, supaya
engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau
menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan
ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya
engkau dapat melihat. Wahyu 3:18; Lihatlah, Aku datang seperti pencuri.
Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya
ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya. Wahyu
16:15). Bayangkan, Yesus yang tidak berdosa, tidak pernah
melakukan kejahatan atau dosa apapun, tetapi harus dipermalukan dengan cara demikian,
dijadikan tontonan umum. Sebagai seorang
pria sederhana, Yesus tentu malu ketika disaksikan dalam keadaan demikian oleh
Ibu-Nya dan perempuan-perempuan lainnya,
disaksikan oleh rasul Yohanes dan begitu banyak mata, baik pria maupun
wanita. Inilah penghinaan yang dialami Sang Juruselamat bagi kita!
Tema "Kehinaan Salib" dibahas dalam Alkitab.
Perhatikan dua ayat dalam kitab Ibrani berikut:
. . . Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (Ibrani 12: 2)
. . . namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum. (Ibrani 6: 6)
. . . Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (Ibrani 12: 2)
. . . namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum. (Ibrani 6: 6)
4. Penyaliban : Bentuk hukuman mati yang sangat menyakitkan, menggambarkan kesakitan yang mengerikan akibat dosa
Kematian melalui penyaliban juga sangat menyakitkan. Mengapa? Hal ini harus dijalani Yesus untuk menggambarkan rasa sakit yang mengerikan yang disebabkan oleh dosa. Jika Kristus tidak mati dengan cara kematian yang menyakitkan ini, kematianNya tidak akan cukup membayar tuntutan hukuman dosa kita.
Setiap penjahat pada waktu itu pasti putus asa/ketakutan ketika dijatuhi
hukuman penyaliban, melihat beratnya penderitaan hukuman penyaliban yang
dijalani Yesus.
Penyaliban bukanlah sekedar cara menghukum, tetapi juga suatu cara penganiayaan . Bangsa Romawi biasanya mencambuki korban terlebih dulu. Yesus pun tidak terkecuali. Sebelum Dia memikul salib-Nya, Dia dicambuki, dipukuli, diludahi dan dihina.
Penyaliban bukanlah sekedar cara menghukum, tetapi juga suatu cara penganiayaan . Bangsa Romawi biasanya mencambuki korban terlebih dulu. Yesus pun tidak terkecuali. Sebelum Dia memikul salib-Nya, Dia dicambuki, dipukuli, diludahi dan dihina.
Tentara Romawi melakukan pencambukan dengan cambuk yang dipasangi potongan-potongan
logam, serpihan-serpihan tulang atau benda tajam lain pada tali cambuknya. Tidak hanya itu, pencambukan seringkali mengabaikan
aturan "maksimal empat puluh cambukan," atau “hanya boleh mencambuk
korban di bagian punggung.” Siksaan
cambuk ini sering menghantam setiap inci dari tubuh seseorang sampai orangnya hampir mati.
Nabi Yesaya menubuatkan bagaimana
kondisi Yesus
setelah pencambukan itu: "Banyak orang akan tertegun melihat dia--begitu buruk rupanya, bukan
seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi-- Yesaya
52:14. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa "Dia tertikam oleh
karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran
yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya," Yesaya 53: 5. Apakah tidak mengherankan
bahwa rasul Paulus menuliskan dalam Filipi
2: 8, "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan
diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."
Bayangkan diri anda dalam situasi Kristus, dengan kulit yang telah dicambuki
hingga hampir mengelupas semua, sampai anda bisa menghitung semua tulang-tulang
anda. Ditambah kesakitan yang tak tertahankan ketika paku besar dipakukan di kedua
tangan dan pergelangan kaki anda untuk memakukan anda ke tiang salib. Ditambah lagi rasa sakit emosional karena ditolak dan ditinggalkan
oleh semua teman-teman anda.
Terima kasih Tuhan, untuk para wanita yang berdiri dekat Yesus disaat kejadian
mengerikan itu sedang berlangsung (Matius 27: 55-56). Yesus harus sekarat serta menanggung ejekan dan tertawaan dari semua
orang, yang sesungguhnya hukuman dosanya Ia tanggung.
Kemudian Yesus mengalami hal mengerikan lain: untuk pertama kalinya dan satu-satunya waktu ketika Ia ditinggalkan
oleh Allah Bapa. Allah menimpakan segala dosa dunia pada Yesus dan
harus "memunggungi" Yesus yang saat itu dibuat menjadi berdosa karena kita (Kita sekalian
sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi
TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Yesaya 53: 6, Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan
kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan
melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana
olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan
hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh
hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan
kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh
orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah
menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara
pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa
untuk pemberontak-pemberontak. Yesaya
53:10-12; Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di
kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.
Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. I Petrus 2:24).
Kesedihan Yesus pasti terdengar ketika Ia berseru dengan memilukan,
"Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa
Engkau meninggalkan Aku?” Matius 27: 46.
Pada titik ini, Yesus merasakan bagaimana rasanya harus
terpisah dari Allah karena dosa.
Rasa sakit semakin menjadi sehingga Yesus berkata Ia haus, tentara Romawi yang berada di kaki salib-Nya menawarkan minuman dari "cuka" atau anggur asam dicampur dengan mur yang biasa diberikan pada orang yang disalibkan sebagai obat penenang untuk mengurangi rasa sakit (Yohanes 19: 28-29; Markus 15:23 ). Yesus menolak untuk meminum itu, karena Dia mengetahui bahwa Dia harus menderita kesakitan sebagai bagian dari gambaran akibat dosa dalam kehidupan kita: dosa mengakibatkan rasa sakit yang mengerikan dari siksaan hukuman!
Rasa sakit semakin menjadi sehingga Yesus berkata Ia haus, tentara Romawi yang berada di kaki salib-Nya menawarkan minuman dari "cuka" atau anggur asam dicampur dengan mur yang biasa diberikan pada orang yang disalibkan sebagai obat penenang untuk mengurangi rasa sakit (Yohanes 19: 28-29; Markus 15:23 ). Yesus menolak untuk meminum itu, karena Dia mengetahui bahwa Dia harus menderita kesakitan sebagai bagian dari gambaran akibat dosa dalam kehidupan kita: dosa mengakibatkan rasa sakit yang mengerikan dari siksaan hukuman!
Setelah beberapa saat di gantung disalib, seorang yang
disalibkan akan sulit bernapas. Untuk bisa bernafas orang itu harus mendorong
tubuhnya sedikit ke atas dengan kaki dan lututnya, tapi begitu ia tidak bisa
lagi melakukan hal ini, ia akan perlahan-lahan mati karena sesak napas. Untuk
mempercepat kematian, algojo Romawi kadang-kadang akan mematahkan kaki korban
dengan pentungan yang mereka lakukan terhadap kedua penjahat (Yohanes 19: 31-32). Ketika mereka datang
kepada Yesus, mereka menemukan Yesus sudah mati sehingga tidak mematahkan tulang-Nya ("tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya,"
Yohanes
19:33; Ia melindungi segala tulangnya, tidak satupun yang patah. Mazmur 34:20).
Yesus mencurahkan darah hingga mati dari puluhan luka akibat pencambukan, paku
yang menancap dan luka menganga akibat tusukan tombak di lambung-Nya
dari mana mengalir darah dan air. Yesus benar-benar mencurahkan darahNya seperti
air untuk menutupi dosa-dosa kita (Mazmur
22:14; Efesus 1: 7; I Yohanes 1: 7).
Yesus berkata, "Sudah selesai" (Yohanes 19:30), dan akhirnya kepada Bapa, yang telah menyerahkan Dia untuk menebus kita karena Dia begitu mengasihi kita, Juruselamat kita berdoa, "Ya Bapa, kedalam tanganMu Aku menyerahkan nyawaKu" (Lukas 23: 46). Maka Yesus mati setelah Dia menyelesaikan pekerjaan Bapa-Nya yang telah mengutus Dia untuk melakukan semua itu.
Yesus berkata, "Sudah selesai" (Yohanes 19:30), dan akhirnya kepada Bapa, yang telah menyerahkan Dia untuk menebus kita karena Dia begitu mengasihi kita, Juruselamat kita berdoa, "Ya Bapa, kedalam tanganMu Aku menyerahkan nyawaKu" (Lukas 23: 46). Maka Yesus mati setelah Dia menyelesaikan pekerjaan Bapa-Nya yang telah mengutus Dia untuk melakukan semua itu.
Pada saat ujung tajam tombak Romawi mengiris lambung Yesus hingga terbuka,
tabir Bait Suci robek dan terbelah dua (Matius
27: 50-51). Pada saat itu, Yesus, Sang Imam Besar kita, membuka jalan bagi
kita semua untuk memasuki tempat maha suci, yaitu hadirat Allah Bapa. Yesus, Kapten
keselamatan kita, telah memberikan akses ini dengan tubuhNya yang tercabik dan darahNya
yang tertumpah untuk menyucikan kita dari segala dosa kita (Ibrani 10: 19-22). Tiang Salib menjadi
simbol dari apa yang Yesus telah lakukan bagi kita, yaitu: mati menggantikan
kita, agar kita dapat diampuni dari segala dosa kita.
Yesus mati, agar kita hidup! Yesus juga telah bangkit dari kematian dan mengalahkan kematian, Dia Allah yang hidup, hanya didalam Dia kita dapat memperoleh hidup yang kekal! |
Maukah anda menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat anda?
Yesus telah menjalani kematian, tidak dengan cara
kematian sembarang.
Dia menjalani kematian bagaikan seorang penjahat, dihukum mati, disiksa dengan
cara yang paling menyakitkan, paling hina dan memalukan. Dia harus mati dengan cara ini
untuk mengingatkan kita bahwa dosa menimbulkan kesakitan, hina dan memalukan. Dosa tidak dapat terus
disembunyikan.
Penyaliban menunjukkan kengerian, kehinaan dan kejijikkan, serta beratnya
penderitaan yang disebabkan oleh dosa. Semua dosa. Setiap dosa. Bahkan
dosa-dosa "kecil" sekalipun. Bahkan dosa-dosa "tersembunyi".
Dosa-dosa anda. Dosa-dosa saya. Dosa-dosa kita semua.
Sangat mudah untuk berbuat dosa dan berpikir, "Saya bisa bertobat
nanti." Jika kita melakukan hal seperti ini, kelihatannya remeh, namun sesungguhnya berarti kita menyalah gunakan penebusan melalui penyaliban yang telah dilakukan Yesus bagi kita,
sama halnya seperti kita kembali mempermalukan dan menyalibkan Yesus.
Setelah kebangkitan-Nya, ketika Maria Magdalena hendak memegang Dia (Yohanes 20:17), Yesus menyatakan
perkataan yang sangat berarti: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum
pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan
katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku
dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Wow! Karena apa yang telah Dia lakukan, maka
pernyataan ini menjadi mungkin. Kita sekarang memiliki Bapa yang sama dengan
yang Yesus memiliki! Kita juga mendapatkan Saudara sulung- yaitu Yesus Kristus.
-
Roma 8:29 "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga
ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya
Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara."
Loraine Boetther: "Christ is the Son
of God by nature; we become the sons of God by grace. He is the Son of God in
His own right; we become sons of God by adoption. He has existed thus from
eternity; we become sons in time as we are regenerated to a new life and have
His righteousness imparted to us.. God is the Father of the Lord Jesus Christ in
a sense in which He is the Father of none other" (= Kristus adalah Anak
Allah yang asli / secara alamiah; kita menjadi anak-anak Allah karena kasih
karunia. Ia adalah Anak Allah dalam hak-Nya sendiri; kita menjadi anak-anak
Allah oleh pengadopsian. Ia telah mempunyai keberadaan seperti itu dari
kekekalan; kita menjadi anak-anak dalam waktu, pada saat kita dilahirkan kembali
kepada suatu kehidupan yang baru dan kebenaran-Nya diberikan kepada kita. ...
Allah adalah Bapa dari Tuhan Yesus Kristus dalam suatu arti dalam mana Ia bukan
Bapa dari siapapun yang lain) - 'Studies in Theology', hal 153.
-
Ketika kita meminum anggur dan makan roti yang telah dihancurkan pada
Perjamuan Paskah, marilah kita memuji Tuhan dengan rasa syukur karena Ia telah
memberikan kepada kita Putra-Nya, dan marilah kita mengucap syukur kepada Yesus
yang telah dengan rela menyerahkan diri-Nya bagi kita. Semoga kita sekarang
dapat lebih mengerti dan menghargai mengapa Yesus harus
mati disalibkan.
Mari kita
memahami dan menghargai apa yang telah Yesus Kristus lakukan bagi kita.
Apabila anda telah percaya kepada karya penebusan Kristus,
marilah kita makin menyadari betapa memalukan dan hinanya dosa, mohon kekuatan yang dari Tuhan sendiri untuk dapat menang dalam
perjuangan melawan dosa.
Jika anda belum percaya kepada Yesus Kristus, semoga penjelasan ini dapat membantu anda untuk percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat anda, tidak ada cara lain anda dapat selamat dan masuk Surga kecuali melalui Yesus Kristus.
Tuhan Yesus mengasihi saudara. Amin
Sumber :
Why Did Jesus Have to Die
by Crucifixion? by Staff Forerunner, "Ready Answer," April 1997
http://www.cgg.org/index.cfm/fuseaction/Library.sr/CT/RA/k/360/Jesus-Die-Crucifixion.htm
"Menjawab Saksi Yehuwa : Anak Sulung" oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar