9 Cara untuk Mengetahui Kehendak Tuhan

Lanjutan dari posting 5 Syarat untuk Mengetahui Kehendak Tuhan
 


 
Banyak orang-orang percaya yang masih bergumul untuk mengetahui apakah sebenarnya kehendak Allah bagi diri mereka. Ada hal-hal yang dinyatakan secara jelas dalam Alkitab misalnya agar kita mengampuni orang yang bersalah terhadap kita, bahkan agar kita mendoakan orang yang menganiaya kita. Namun, bagaimana kita dapat mengetahui kehendak Allah untuk hal-hal praktis dalam kehidupan seperti: hal memilih pekerjaan, mencari pasangan hidup, menentukan study lanjutan maupun memilih tindakan tertentu yang berkenan kepada Allah ketika kita harus menyikapi / menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Apakah yang dikatakan Alkitab tentang cara-cara untuk mengetahui kehendak Allah?


Berikut ini 9 cara untuk mengetahui kehendak Tuhan dan penjelasannya :


1)   Penggunaan tiang awan dan tiang api (Keluaran 13:21-22).

Tuhan hanya memakai cara ini pada waktu memimpin bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan. Setelah itu, Tuhan tidak pernah lagi memakai cara ini. Ini menunjukkan bahwa cara yang dipakai oleh Tuhan dalam Kitab Suci belum tentu dapat diterapkan pada jaman ini! Bandingkan dengan Ibrani 1:1.



2)   Penggunaan Urim dan Tumim / undian (Keluaran 28:30,  Bilangan 17:21,  Yosua 7:16-18,  1Samuel 14:41-42,  Amsal 16:33,  Kisah Para Rasul 1:26).



3)   Mujizat, seperti:

        Theophany.

        Malaikat.

        Penglihatan / pendengaran.

        Tuhan / Roh Kudus berbicara langsung.



4)   Mimpi (seperti yang dialami Yusuf, Firaun, dan sebagainya).



5)   Meminta tanda.

Contoh:

        Gideon dalam Hakim-hakim 6:36-40.

        Hamba Abraham sewaktu mencarikan istri untuk Ishak (Kej 24:12-dan seterusnya).

        Yonatan dalam 1Samuel 14:6-15.


 Beberapa hal yang harus diperhatikan:

a)   Dalam ketiga contoh di atas permintaan tanda selalu bersifat specifik / tertentu. Jangan meminta pimpinan Tuhan dengan berdoa seperti ini: “Tuhan kalau memang Engkau menghendaki saya melakukan hal ini berikanlah bagi saya tanda (tanpa spesifikasi tanda apa yang diinginkan).” Mengapa? Karena kalaupun anda menerima suatu tanda, anda tidak dapat yakin bahwa tanda itu dari Tuhan atau bukan. Dapat juga terjadi sesuatu yang anda kira sebagai tanda dari Tuhan padahal sebenarnya bukan.

b)     Kita tidak boleh meminta tanda dengan cara memojokkan / membatasi Tuhan (baik itu kita sadari atau tidak). Yang saya maksudkan dengan ‘tanda yang memojokkan / membatasi Allah’ itu bukanlah tanda yang sukar / tidak masuk akal, tetapi apabila kita baik secara langsung /sadar maupun secara tak langsung /tak sadar, meminta seperti ini: “ Tuhan, jika Engkau menghendaki jalan yang ini, mohon lancarkanlah jalannya.”

Contoh: Ketika berdoa seperti ini: “Tuhan jikalau Engkau menghendaki kami untuk membangun sebuah gedung gereja, mohon berikanlah 50% uangnya dalam 1 minggu.” Ini memojokkan / membatasi Tuhan! Bagaimana jika Tuhan menghendaki untuk membangun gedung gereja tetapi Ia hanya mau menyediakan 10% atau 20% uangnya dalam waktu satu minggu?

c)     Perlu diingat bahwa dalam jaman Kitab Suci-pun Tuhan tidak selalu mau memberi tanda!  Bandingkan Matius 12:38-39  Matius 16:1-4  1Korintus 1:22-23. Apalagi pada jaman sekarang!

Richard L. Strauss dalam bukunya yang berjudul ‘How to really know the will of God’, halaman 132 berkata sebagai berikut:

“Scripture relates no instance of a believer seeking the will of God through signs after the day of Pentecost. Today we have the permanent indwelling of the Holy Spirit and the completed revelation of Scripture. We have no need for signs. To devise specific stipulations and to demand them of God is to reduce God to our mold, to make him after our own image, to create our own God. Let God be God! He must be free to deal with us as he pleases” (= Kitab Suci tidak menceritakan satu kejadianpun tentang seorang percaya yang mencari kehendak Allah melalui tanda-tanda setelah hari Pentakosta. Pada jaman ini kita dihuni secara tetap oleh Roh Kudus dan kita mempunyai wahyu Kitab Suci yang lengkap. Kita tidak membutuhkan tanda-tanda. Memikirkan syarat / ketentuan tertentu dan menuntutnya dari Allah sama dengan merendahkan Allah ke ukuran kita, membuat Allah sesuai dengan pemikiran kita, untuk menciptakan Allah versi kita sendiri. Biarkanlah Allah sebagaimana adanya Allah. Ia harus bebas memperlakukan kita sesuai kehendak-Nya).

d)   Jika anda tetap ingin meminta tanda, sebaiknya mintalah tanda yang berpadanan dengan kehendak Tuhan yang sedang anda pergumulkan.

Contoh:

-Ada seorang yang merasa Tuhan memanggilnya untuk menjadi seorang hamba Tuhan, tetapi ia mempunyai hutang dan istrinya masih belum sungguh-sungguh Kristen (Kristen KTP). Maka saya menasehatkan dia untuk meminta tanda berupa pelunasan hutang dan pertobatan istrinya. Mengapa? Karena hal-hal ini berpadanan dengan panggilan dia untuk menjadi seorang hamba Tuhan. Ia tidak mungkin pergi ke sekolah Theologia dan menjadi hamba Tuhan dalam keadaan masih mempunyai hutang yang belum dibayar dan mepunyai istri yang masih Kristen KTP!

-Ketika kami meminta tanda: “Tuhan, jika Engkau menghendaki kami untuk membeli ruko / rukan, ubahkanlah pandangan saudara-saudara yang lebih setuju pada pembelian gedung sekolah. Sebaliknya: jika Tuhan menghendaki kami untuk membeli gedung sekolah, ubahkanlah pandangan saudara-saudara yang lebih setuju pada pembelian ruko / rukan.




6)   Nabi / pelihat (1Samuel 9:6-9).



7)   Ada damai atau tidak ada damai.

Ini didasarkan atas ajaran Kitab Suci yang menunjukkan bahwa apabila anda berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka anda akan memiliki damai, dan sebaliknya jika anda berjalan di luar kehendak Tuhan anda tidak akan memiliki damai (Yesaya 48:18,22 ; 2Samuel 24:10).


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a)   Seringkali kita sukar membedakan damai / sukacita dari Tuhan dengan kesenangan duniawi. Lebih-lebih dalam persoalan jatuh cinta, sukacita karena cinta sukar dibedakan dengan sukacita / damai dari Tuhan!

b)   Ada damai atau tidak ada damai tidak hanya ditentukan oleh keputusan yang sedang anda pergumulkan, tetapi oleh seluruh kehidupan anda. Kalaupun dalam hal yang sedang anda pergumulkan itu anda memilih jalan yang sesuai kehendak Tuhan, tetapi apabila dalam hal-hal yang lain anda menyimpan dosa, maka anda tetap tidak akan damai.

c)      Orang yang berjalan di luar kehendak Tuhan bisa saja mempunyai damai yang palsu.

Contoh dalam Kitab Suci: Yunus bisa tidur pada waktu ia melarikan diri dari kehendak Tuhan.

Contoh dalam hidup sehari-hari: jika anda mempunyai suatu pelayanan atau pekerjaan yang menjengkelkan dan mengakibatkan banyak stress pada anda, maka pada waktu anda meninggalkan pelayanan / pekerjaan itu, bisa saja anda lalu merasa lega ( rasa lega ini biasanya yang disalah-tafsirkan sebagai damai / sukacita), sekalipun itu bukan kehendak Tuhan!

d)     Apabila pada suatu pergumulan kita mengambil keputusan untuk memilih satu hal tertentu, dan dengan mendadak ada damai yang memenuhi diri anda, maka mungkin itu dapat diartikan bahwa damai tersebut menunjukkan bahwa kita telah memilih hal yang sesuai dengan kehendak Tuhan (Catatan: saya katakan ‘mungkin’ karena bisa saja terjadi seperti contoh ke 2 dalam point c) di atas.

Contoh: Sewaktu saya dipanggil Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan, dan saya mengambil keputusan untuk memilih menjadi hamba Tuhan, mendadak ada damai yang luar biasa dalam hati saya.

e)    Juga perlu diingat bahwa orang yang berjalan sesuai kehendak Tuhan dapat mengalami begitu banyak kesukaran / serangan setan / hal-hal yang menakutkan, yang justru lalu menyebabkan ia menjadi gelisah / tidak damai (karena kurang beriman dan sebagainya).

Contoh dalam Kitab Suci: Matius 8:23-25  Matius 14:22-26  Matius 14:29-30  Keluaran 14:1-12.

Contoh dalam hidup sehari-hari:

-Menaati Tuhan untuk melayani menjadi guru sekolah minggu, tetapi lalu merasa kesal karena kenakalan anak-anak sekolah minggu atau karena pelayanan yang kelihatannya tidak ada gunanya.

-Menaati Tuhan sehingga jatuh miskin, lalu menjadi takut / kuatir.

-Memutuskan membeli gedung sekolah untuk dijadikan gedung gereja, kemudian menjadi gelisah memikirkan bagaimana mendapatkan dana sebesar Rp 750 juta yang diperlukan untuk membeli dan merenovasi gedung tersebut.

Dalam hal ini perlu diingat bahwa yang salah bukanlah jalan yang dipilih itu, tetapi sikap hati pada saat memilih jalan yang benar itu.




8)   ‘Pintu yang tertutup’ atau ‘pintu yang terbuka’.

Ini didasarkan atas pandangan bahwa jika sesuatu memang adalah kehendak Tuhan, maka tidak mungkin tiba-tiba hal itu tidak dapat dilaksanakan / pintu tertutup.


Apabila menggunakan cara ini untuk mencari kehendak Tuhan, perlu diingat bahwa:

a)      Pintu terbuka dapat datang dari setan.

Contoh: Yunus mendapat tempat di kapal. Padahal ia melarikan diri dari kehendak Tuhan.

Penerapan:

§  Karena itu misalnya anda berdoa meminta pekerjaan, lalu ada tawaran pekerjaan, jangan terlalu cepat menganggap ‘pintu terbuka’ itu sebagai datang dari Tuhan.

§  Jika anda berdoa meminta pasangan hidup, lalu ada lawan jenis yang mendekati anda. Itu belum tentu datang dari Tuhan!

§  Ketika kami hendak membeli sebuah gedung sekolah seharga Rp 750 juta, tiba-tiba ada seorang yang bersedia meminjami dana sebesar Rp 500 juta dengan bunga 1%. Ini belum tentu datang dari Tuhan!

b)    Anda harus bisa membedakan antara pintu yang betul-betul ditutup oleh Tuhan dan pintu yang hanya seolah-olah tertutup / ditutup oleh setan. Apabila pintu memang ditutup oleh Tuhan, maka itu tidak akan bisa dibuka oleh siapapun (Wahyu 3:7b), dan itu menunjukkan bahwa memang bukan kehendak Tuhan bagi anda untuk melewati pintu itu. Tetapi  apabila pintu seolah-olah tertutup / ditutup oleh setan, maka perlu diingat bahwa:

§  Tuhan lebih berkuasa dari setan, dan karenanya Tuhan bisa membuka pintu manapun termasuk pintu yang ditutup oleh setan (Wahyu 3:7b, Keluaran 14:15-31 - Laut Teberau dibelah!).

§  Iman dan doa dapat memindahkan gunung (Markus 11:22-24)!


Catatan: seringkali pintu yang betul-betul tertutup sukar / tidak bisa dibedakan dari pintu yang seolah-olah tertutup. Tetapi kadang-kadang hal itu dapat dibedakan. Misalnya anda jatuh cinta pada seorang gadis, dan tiba-tiba gadis itu menikah dengan orang lain. Maka ini tentu harus dianggap sebagai pintu yang betul-betul tertutup!


Penerapan:

§  Harga gedung sekolah yang Rp 750 juta tidak menunjukkan bahwa itu betul-betul merupakan pintu yang tertutup!

§  Pada waktu kami hendak membeli gedung sekolah itu, tiba-tiba ada ruko / rukan yang ditawarkan dengan harga yang terjangkau bagi kami. Ini belum tentu merupakan pintu terbuka yang datang dari Tuhan! Bisa saja ini datang dari setan, yang tidak menghendaki kami membeli gedung sekolah!



9)   Penggunaan Kitab Suci / Akitab.

Setelah Pentakosta dan setelah Kitab Suci lengkap, maka secara umum Tuhan menunjukkan kehendaknya melalui Kitab Suci!


a)      Dalam mencari kehendak Tuhan yang bersifat umum:

Kehendak Tuhan yang bersifat umum ini berlaku untuk setiap orang, ada dalam Kitab Suci dan bisa didapatkan dari belajar Kitab Suci dengan menggunakan pikiran yang diterangi Roh Kudus sehingga mengerti Kitab Suci.

§  Ada yang terdapat secara explicit / jelas dalam Kitab Suci.

Misalnya:

§  Orang Kristen tidak boleh menikah dengan non kristen (2Korintus 6:14).

§  Orang Kristen tidak boleh bercerai kecuali kalau pasangannya berzinah (Matius 5:32  Matius 19:9).

§  Orang Kristen harus tunduk pada pemerintah (Roma 13:1-2), kecuali dalam hal-hal dimana pemerintah bertentangan dengan Kitab Suci (Kisah Para Rasul 5:29).

Contoh: pada waktu saya mengetahui bahwa orang yang bersedia meminjamkan dana Rp 500 juta itu menghendaki status tanah diubah dari fasilitas umum menjadi fasilitas rumah , maka saya yakin menjadi yakin bahwa itu bukan kehendak Tuhan, karena perubahan status tanah ini melawan peraturan pemerintah!



§  Ada yang terdapat secara implicit dalam Kitab Suci.

Contoh:

§  larangan merokok.

§  kita mendapat kesempatan berkhotbah kepada sekelompok orang yang tak beriman (kafir atau kristen KTP). Apakah yang harus kita beritakan? Tentang Allah Tritunggal atau tentang Predestinasi? Tentu tidak! Karena ini tidak sesuai dengan hikmat maupun Kitab Suci! Dalam hal ini, pikiran / hikmat + Kitab Suci jelas mengharuskan kita memilih untuk memberitakan Injil kepada mereka!

Karena sudah ada dalam Kitab Suci, maka hal-hal ini tidak perlu / tidak boleh lagi ditanyakan kepada Tuhan!


b)   Dalam mencari kehendak Tuhan yang bersifat khusus:

Ada hal-hal yang tidak mungkin bisa didapatkan dari sekedar belajar / merenungkan Kitab Suci, misalnya:

§  siapa jodoh saya? Kalau saya laki-laki maka jodoh saya tentu harus perempuan dan karena saya Kristen maka ia harus orang Kristen, tetapi perempuan Kristen yang mana? Tentu harus yang cocok dengan saya dan yang saya cintai, tetapi bagaimana kalau ada lebih dari satu orang seperti itu? Yang mana yang harus saya pilih?

§  saya mendapat 2 tawaran pekerjaan, kedua pekerjaan itu wantunya tidak bersamaan dengan acara gereja. Yang mana yang harus saya pilih?

§  saya diterima di 2 sekolah. Yang mana yang harus saya pilih?

§  menentukan mana yang akan dibeli, apakah membeli ruko / rukan atau gedung sekolah?



Perlu anda ingat bahwa:

1.       Pikiran manusia terbatas, dan Kitab Suci tidak memberi petunjuk dalam segala hal.

2.       Tuhan sering menyuruh / bekerja dengan cara yang bertentangan dengan logika / pikiran manusia ( Bandingkan Matius 14:29  Yohanes 11:3-dst  1Raja-raja 17:9-16  2Raja-raja 5:10).

3.       Jika kita lihat situasi dalam Yohanes 11, maka apabila kita hanya menggunakan pikiran + terang Roh Kudus + Kitab Suci saya yakin kita tidak akan menunda 2 hari, seperti yang Yesus lakukan (Yohanes 11:6).

Kadang-kadang ada hal yang menurut pikiran kita maupun Kitab Suci merupakan sesuatu yang baik, tetapi Tuhan tidak menghendaki kita melakukannya.

Contoh:

      Daud hendak membangun Bait Allah (2Samuel 7:1-17).

      Paulus hendak memberitakan Injil di Asia / Bitinia (Kisah Para Rasul 16:6-7).



Untuk memecahkan persoalan ini, maka ada orang yang menemukan cara-cara / metode-metode sebagai berikut:


a.       Penggunaan Kitab Suci dengan cara ‘at random’.

Caranya adalah dengan berdoa meminta pimpinan Tuhan, lalu membuka Kitab Suci secara sembarangan dan menunjuk ayat secara sembarangan. Ayat ini dianggap sebagai petunjuk / jawaban Tuhan.

Saya berpendapat bahwa Tuhan tidak pernah mengajar kita menggunakan Kitab Suci dengan cara ini.

Richard L. Strauss dalam bukunya yang berjudul ‘How to really know the will of God’, halaman 82-83 berkata sebagai berikut:

“Some Christians seem to think the Bible is some sort of sanctified soothsayer, a hallowed horoscope, or a holy Ouija board. When they have a question or a decision to which they have not been able to find an answer, in sheer desperation they close their eyes, empty their minds of any past knowledge of the Word, open the Bible at random, point to a text, and accept that fragment as divine guidance. Or maybe they use a casual dive into a Bible promise box to get an answer to their dilemma. ... Although God did lead men by casting lots on some occasions before his Word was completed, there is no indication that we should resort to such methods of chance today” (= Beberapa orang Kristen kelihatannya mengira / menganggap Alkitab sebagai sejenis peramal yang dikuduskan, horoscope yang disucikan, atau suatu Ouija board yang suci. Ketika mereka mempunyai pertanyaan atau suatu keputusan terhadap mana mereka tidak bisa mendapatkan jawaban, dalam keputus-asaan mereka menutup mata mereka, mengosongkan pikiran mereka dari semua pengetahuan yang lalu tentang Firman Tuhan, membuka Alkitab secara sembarangan, menunjuk pada satu text, dan menerima bagian / potongan itu sebagai petunjuk ilahi. Atau mungkin mereka terjun begitu saja ke dalam suatu kotak janji Alkitab untuk mendapatkan jawaban bagi persoalan mereka. ... Sekalipun Allah memang memimpin manusia dengan pembuangan undi dalam beberapa peristiwa sebelum Firman-Nya dilengkapkan, tidak ada petunjuk bahwa kita harus mengambil jalan metode kebetulan seperti itu pada jaman ini).


b.      Penggunaan buku saat teduh.

Caranya adalah dengan berdoa menanyakan sesuatu kepada Tuhan, lalu membaca buku saat teduh untuk hari itu, dan menganggapnya sebagai petunjuk Tuhan.

Ada yang tidak setuju dengan cara ini dan menganggap sama seperti ‘ciam shie’*.

Jawaban saya:

      saya tidak bisa melihat persamaan antara Firman Tuhan dengan ‘ciam shie’!

     saya juga percaya bahwa penulis buku saat teduh itu dipimpin oleh Tuhan pada saat ia menulis (tentu saja kita perlu memilih buku saat teduh yang ditulis oleh orang percaya yang benar!). Tuhan tahu kapan saya akan menggunakan buku saat teduh itu untuk menanyakan kehendak Tuhan dan Tuhan dapat memimpin penulis buku saat teduh itu untuk menjawab pertanyaan saya.


Hal-hal lain yang perlu diingat adalah:

§  Harus diperhatikan untuk tidak mengambil jawabannya dengan cara sembarangan. Jangan melihat kata tertentu, lalu dilepaskan dari konteksnya dan dianggap sebagai jawaban.

Contoh: seseorang menanyakan apakah Tuhan menghendaki kami membeli ruko / rukan atau gedung sekolah, dan mendapatkan jawaban dari Mazmur 127. Ia lalu melihat adanya kata ‘rumah’ dalam Mazmur 127:1 itu yang lalu ia tafsirkan sebagai ‘ruko / rukan’.

Illustrasi:  waktu saya jadi guru agama, murid saya bertanya: Pak, kapan ulangan? Saya menjawab, "hari Rabu akan saya beri tahu." Tetapi murid saya hanya mengambil kata ‘hari Rabu’ dan menganggap itu sebagai jawaban saya. Memotong kalimat dengan cara seperti itu tentu menyesatkan!

§  Jawaban harus disesuaikan dengan pertanyaannya. Karena itu ingat baik-baik pertanyaannya, lalu lihat apakah jawaban Tuhan itu menjawab pertanyaan itu atau tidak.

§  Dalam mendapatkan jawaban Tuhan melalui saat teduh ini, kita tak boleh bergantung pada perasaan. Misalnya jawabannya jelas ya, tetapi kita menolak, karena hati kita tidak merasakan hal itu! Sikap seperti ini punya kecondongan seperti para penganut Neo Orthodox yang hanya menganggap Kitab Suci sebagai firman Tuhan kalau ‘berbicara’ kepadanya.

Jadi, jawaban firman Tuhan ini bersifat obyektif, bukan subyektif!

§  Tuhan tidak selalu langsung menjawab pertanyaan anda. Jika Tuhan tidak menjawab, maka anda harus tekun bertanya. Kalau Ia terus tidak menjawab, mungkin karena ada dosa dalam diri anda (1Samuel 14:37  1Samuel 28:6). Jika demikian, maka anda harus bertobat dahulu, baru bertanya lagi.

§  Tuhan tidak selalu menjawab dengan jelas / meyakinkan. Kalau anda tidak yakin / masih ragu-ragu maka anda bisa bertanya lagi.

Contoh:

§  Pergumulan saya untuk menjadi hamba Tuhan.

§  Saya mendapatkan jawabannya dari buku saat teduh Streams in the desert, vol 2, tgl 22 Maret. Dalam renungan itu diceritakan tentang seekor anjing gembala yang rela meninggalkan anaknya dan bahkan mengorbankan nyawanya demi mencari 3 domba yang sesat / hilang. Lalu pada bagian akhir saat teduh itu ada tantangan: kalau anjing itu yang hanya mengharapkan senyum tuannya rela melakukan itu untuk mencari domba yang hilang, bagaimana dengan engkau? Ada 1000 juta orang terhilang, maukah engkau pergi?


c.       Meminta jawaban Tuhan melalui khotbah.

Hampir sama seperti no b. di atas, tetapi di sini anda meminta jawaban Tuhan melalui khotbah. Tentu saja anda harus memilih pengkhotbah yang benar-benar Alkitabiah dan Injili, bukan seadanya pengkhotbah!


Keterangan:
*Ciamsi, qianshi, qiuqian adalah suatu cara mencari jawaban atas permasalahan diri yang dihadapi oleh orang-orang. Adapun isinya adalah syair-syair yang merupakan cuplikan dari kisah-kisah jaman dahulu. Seperti kisah Sanguo, Chunqiu, maupun kisah-kisah lainnya. Ciamsie baru mulai ada dalam catatan sejarah pada masa dinasti Tang.
Budaya-Tionghoa.Net |

Baca kembali posting sebelumnya


Sumber : Kotbah topik 'Bagaimana Mengetahui Kehendak Allah' oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.


1 komentar:

  1. ♥️Sangat sangat menambah Pengetahuan akan Kehendak Tuhan.

    BalasHapus