Banyak orang-orang percaya yang masih bergumul untuk mengetahui apakah sebenarnya kehendak Allah bagi diri mereka. Ada hal-hal yang dinyatakan secara jelas dalam Alkitab misalnya agar kita mengampuni orang yang bersalah terhadap kita, bahkan agar kita mendoakan orang yang menganiaya kita. Namun, bagaimana kita dapat mengetahui kehendak Allah untuk hal-hal praktis dalam kehidupan seperti: hal memilih pekerjaan, mencari pasangan hidup, menentukan study lanjutan maupun memilih tindakan tertentu yang berkenan kepada Allah ketika kita harus menyikapi / menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Apakah yang dikatakan Alkitab tentang cara-cara untuk mengetahui kehendak Allah?
Berikut ini 9 cara untuk mengetahui kehendak Tuhan dan penjelasannya :
1) Penggunaan tiang awan dan tiang api (Keluaran
13:21-22).
Tuhan hanya
memakai cara ini pada waktu memimpin bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan.
Setelah itu, Tuhan tidak pernah lagi memakai cara ini. Ini menunjukkan bahwa
cara yang dipakai oleh Tuhan dalam Kitab Suci belum tentu dapat diterapkan pada
jaman ini! Bandingkan dengan Ibrani 1:1.
2) Penggunaan Urim dan Tumim / undian (Keluaran
28:30, Bilangan 17:21, Yosua 7:16-18,
1Samuel 14:41-42, Amsal 16:33, Kisah Para Rasul 1:26).
3) Mujizat, seperti:
• Theophany.
• Malaikat.
• Penglihatan / pendengaran.
• Tuhan / Roh Kudus berbicara langsung.
4) Mimpi (seperti yang dialami Yusuf, Firaun, dan sebagainya).
5) Meminta tanda.
Contoh:
• Gideon dalam Hakim-hakim 6:36-40.
• Hamba Abraham sewaktu mencarikan istri
untuk Ishak (Kej 24:12-dan seterusnya).
• Yonatan dalam 1Samuel 14:6-15.
Beberapa hal
yang harus diperhatikan:
a) Dalam ketiga contoh di atas permintaan
tanda selalu bersifat specifik / tertentu. Jangan meminta pimpinan Tuhan dengan
berdoa seperti ini: “Tuhan kalau memang Engkau menghendaki saya melakukan hal
ini berikanlah bagi saya tanda (tanpa spesifikasi tanda apa yang diinginkan).” Mengapa?
Karena kalaupun anda menerima suatu tanda, anda tidak dapat yakin bahwa tanda itu
dari Tuhan atau bukan. Dapat juga terjadi sesuatu yang anda kira sebagai tanda
dari Tuhan padahal sebenarnya bukan.
b) Kita
tidak boleh meminta tanda dengan cara memojokkan / membatasi Tuhan (baik itu
kita sadari atau tidak). Yang saya maksudkan dengan ‘tanda yang memojokkan /
membatasi Allah’ itu bukanlah tanda yang sukar / tidak masuk akal, tetapi apabila
kita baik secara langsung /sadar maupun secara tak langsung /tak sadar, meminta
seperti ini: “ Tuhan, jika Engkau menghendaki jalan yang ini, mohon lancarkanlah
jalannya.”
Contoh: Ketika berdoa seperti
ini: “Tuhan jikalau Engkau menghendaki kami untuk membangun sebuah gedung
gereja, mohon berikanlah 50% uangnya dalam 1 minggu.” Ini memojokkan /
membatasi Tuhan! Bagaimana jika Tuhan menghendaki untuk membangun gedung gereja
tetapi Ia hanya mau menyediakan 10% atau 20% uangnya dalam waktu satu minggu?
c) Perlu diingat bahwa dalam jaman Kitab
Suci-pun Tuhan tidak selalu mau memberi tanda!
Bandingkan Matius 12:38-39 Matius
16:1-4 1Korintus 1:22-23. Apalagi
pada jaman sekarang!
Richard L. Strauss dalam
bukunya yang berjudul ‘How to really know the will of God’, halaman 132 berkata
sebagai berikut:
“Scripture relates no instance
of a believer seeking the will of God through signs after the day of Pentecost.
Today we have the permanent indwelling of the Holy Spirit and the completed
revelation of Scripture. We have no need for signs. To devise specific
stipulations and to demand them of God is to reduce God to our mold, to make
him after our own image, to create our own God. Let God be God! He must be free
to deal with us as he pleases” (= Kitab Suci tidak menceritakan satu
kejadianpun tentang seorang percaya yang mencari kehendak Allah melalui
tanda-tanda setelah hari Pentakosta. Pada jaman ini kita dihuni secara tetap
oleh Roh Kudus dan kita mempunyai wahyu Kitab Suci yang lengkap. Kita tidak
membutuhkan tanda-tanda. Memikirkan syarat / ketentuan tertentu dan menuntutnya
dari Allah sama dengan merendahkan Allah ke ukuran kita, membuat Allah sesuai
dengan pemikiran kita, untuk menciptakan Allah versi kita sendiri. Biarkanlah
Allah sebagaimana adanya Allah. Ia harus bebas memperlakukan kita sesuai
kehendak-Nya).
d) Jika
anda tetap ingin meminta tanda, sebaiknya mintalah tanda yang berpadanan dengan
kehendak Tuhan yang sedang anda pergumulkan.
Contoh:
-Ada
seorang yang merasa Tuhan memanggilnya untuk menjadi seorang hamba Tuhan,
tetapi ia mempunyai hutang dan istrinya masih belum sungguh-sungguh Kristen (Kristen
KTP). Maka saya menasehatkan dia untuk meminta tanda berupa pelunasan hutang
dan pertobatan istrinya. Mengapa? Karena hal-hal ini berpadanan dengan
panggilan dia untuk menjadi seorang hamba Tuhan. Ia tidak mungkin pergi ke
sekolah Theologia dan menjadi hamba Tuhan dalam keadaan masih mempunyai hutang
yang belum dibayar dan mepunyai istri yang masih Kristen KTP!
-Ketika
kami meminta tanda: “Tuhan, jika Engkau menghendaki kami untuk membeli ruko /
rukan, ubahkanlah pandangan saudara-saudara yang lebih setuju pada pembelian gedung
sekolah. Sebaliknya: jika Tuhan menghendaki kami untuk membeli gedung sekolah,
ubahkanlah pandangan saudara-saudara yang lebih setuju pada pembelian ruko /
rukan.
6) Nabi / pelihat
(1Samuel 9:6-9).
7) Ada damai atau
tidak ada damai.
Ini didasarkan atas ajaran Kitab
Suci yang menunjukkan bahwa apabila anda berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan,
maka anda akan memiliki damai, dan sebaliknya jika anda berjalan di luar
kehendak Tuhan anda tidak akan memiliki damai (Yesaya 48:18,22 ; 2Samuel 24:10).
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a) Seringkali kita sukar membedakan damai /
sukacita dari Tuhan dengan kesenangan duniawi. Lebih-lebih dalam
persoalan jatuh cinta, sukacita karena cinta sukar dibedakan dengan sukacita /
damai dari Tuhan!
b) Ada
damai atau tidak ada damai tidak hanya ditentukan oleh keputusan yang sedang
anda pergumulkan, tetapi oleh seluruh kehidupan anda. Kalaupun dalam hal yang
sedang anda pergumulkan itu anda memilih jalan yang sesuai kehendak Tuhan,
tetapi apabila dalam hal-hal yang lain anda menyimpan dosa, maka anda tetap
tidak akan damai.
c) Orang
yang berjalan di luar kehendak Tuhan bisa saja mempunyai damai yang palsu.
Contoh dalam Kitab Suci: Yunus
bisa tidur pada waktu ia melarikan diri dari kehendak Tuhan.
Contoh dalam hidup sehari-hari:
jika anda mempunyai suatu pelayanan atau pekerjaan yang menjengkelkan dan
mengakibatkan banyak stress pada anda, maka pada waktu anda meninggalkan
pelayanan / pekerjaan itu, bisa saja anda lalu merasa lega ( rasa lega ini
biasanya yang disalah-tafsirkan sebagai damai / sukacita), sekalipun itu bukan
kehendak Tuhan!
d) Apabila
pada suatu pergumulan kita mengambil keputusan untuk memilih satu hal tertentu,
dan dengan mendadak ada damai yang memenuhi diri anda, maka mungkin itu dapat diartikan
bahwa damai tersebut menunjukkan bahwa kita telah memilih hal yang sesuai
dengan kehendak Tuhan (Catatan: saya katakan ‘mungkin’ karena bisa saja terjadi
seperti contoh ke 2 dalam point c) di atas.
Contoh: Sewaktu saya dipanggil
Tuhan untuk menjadi hamba Tuhan, dan saya mengambil keputusan untuk memilih menjadi
hamba Tuhan, mendadak ada damai yang luar biasa dalam hati saya.
e) Juga
perlu diingat bahwa orang yang berjalan sesuai kehendak Tuhan dapat mengalami
begitu banyak kesukaran / serangan setan / hal-hal yang menakutkan, yang justru
lalu menyebabkan ia menjadi gelisah / tidak damai (karena kurang beriman dan
sebagainya).
Contoh dalam Kitab Suci: Matius
8:23-25 Matius 14:22-26 Matius 14:29-30 Keluaran 14:1-12.
Contoh dalam hidup sehari-hari:
-Menaati
Tuhan untuk melayani menjadi guru sekolah minggu, tetapi lalu merasa kesal
karena kenakalan anak-anak sekolah minggu atau karena pelayanan yang
kelihatannya tidak ada gunanya.
-Menaati
Tuhan sehingga jatuh miskin, lalu menjadi takut / kuatir.
-Memutuskan
membeli gedung sekolah untuk dijadikan gedung gereja, kemudian menjadi gelisah
memikirkan bagaimana mendapatkan dana sebesar Rp 750 juta yang diperlukan untuk
membeli dan merenovasi gedung tersebut.
Dalam hal ini perlu diingat
bahwa yang salah bukanlah jalan yang dipilih itu, tetapi sikap hati pada saat memilih
jalan yang benar itu.
8) ‘Pintu yang tertutup’ atau ‘pintu yang
terbuka’.
Ini didasarkan
atas pandangan bahwa jika sesuatu memang adalah kehendak Tuhan, maka tidak mungkin
tiba-tiba hal itu tidak dapat dilaksanakan / pintu tertutup.
Apabila
menggunakan cara ini untuk mencari kehendak Tuhan, perlu diingat bahwa:
a)
Pintu
terbuka dapat datang dari setan.
Contoh: Yunus mendapat tempat di kapal. Padahal ia melarikan diri dari
kehendak Tuhan.
Penerapan:
§
Karena
itu misalnya anda berdoa meminta pekerjaan, lalu ada tawaran pekerjaan, jangan
terlalu cepat menganggap ‘pintu terbuka’ itu sebagai datang dari Tuhan.
§
Jika
anda berdoa meminta pasangan hidup, lalu ada lawan jenis yang mendekati anda. Itu
belum tentu datang dari Tuhan!
§ Ketika kami hendak membeli sebuah gedung
sekolah seharga Rp 750 juta, tiba-tiba ada seorang yang bersedia meminjami dana
sebesar Rp 500 juta dengan bunga 1%. Ini belum tentu datang dari Tuhan!
b) Anda
harus bisa membedakan antara pintu yang betul-betul ditutup oleh Tuhan dan
pintu yang hanya seolah-olah tertutup / ditutup oleh setan. Apabila pintu
memang ditutup oleh Tuhan, maka itu tidak akan bisa dibuka oleh siapapun (Wahyu
3:7b), dan itu menunjukkan bahwa memang bukan kehendak Tuhan bagi anda untuk melewati
pintu itu. Tetapi apabila pintu
seolah-olah tertutup / ditutup oleh setan, maka perlu diingat bahwa:
§ Tuhan
lebih berkuasa dari setan, dan karenanya Tuhan bisa membuka pintu manapun
termasuk pintu yang ditutup oleh setan (Wahyu 3:7b, Keluaran 14:15-31 - Laut
Teberau dibelah!).
§
Iman
dan doa dapat memindahkan gunung (Markus 11:22-24)!
Catatan: seringkali pintu yang betul-betul tertutup sukar / tidak bisa
dibedakan dari pintu yang seolah-olah tertutup. Tetapi kadang-kadang hal
itu dapat dibedakan. Misalnya anda jatuh cinta pada seorang gadis, dan
tiba-tiba gadis itu menikah dengan orang lain. Maka ini tentu harus dianggap
sebagai pintu yang betul-betul tertutup!
Penerapan:
§ Harga
gedung sekolah yang Rp 750 juta tidak menunjukkan bahwa itu betul-betul
merupakan pintu yang tertutup!
§
Pada waktu kami hendak membeli gedung sekolah
itu, tiba-tiba ada ruko / rukan yang ditawarkan dengan harga yang terjangkau
bagi kami. Ini belum tentu merupakan
pintu terbuka yang datang dari Tuhan! Bisa saja ini datang dari setan, yang
tidak menghendaki kami membeli gedung sekolah!
9) Penggunaan Kitab Suci / Akitab.
Setelah
Pentakosta dan setelah Kitab Suci lengkap, maka secara umum Tuhan menunjukkan
kehendaknya melalui Kitab Suci!
a) Dalam
mencari kehendak Tuhan yang bersifat umum:
Kehendak Tuhan yang bersifat
umum ini berlaku untuk setiap orang, ada dalam Kitab Suci dan bisa didapatkan
dari belajar Kitab Suci dengan menggunakan pikiran yang diterangi Roh Kudus
sehingga mengerti Kitab Suci.
§ Ada
yang terdapat secara explicit / jelas dalam Kitab Suci.
Misalnya:
§
Orang
Kristen tidak boleh menikah dengan non kristen (2Korintus 6:14).
§
Orang
Kristen tidak boleh bercerai kecuali kalau pasangannya berzinah (Matius
5:32 Matius 19:9).
§
Orang
Kristen harus tunduk pada pemerintah (Roma 13:1-2), kecuali dalam hal-hal
dimana pemerintah bertentangan dengan Kitab Suci (Kisah Para Rasul 5:29).
Contoh: pada waktu saya mengetahui bahwa orang
yang bersedia meminjamkan dana Rp 500 juta itu menghendaki status tanah diubah
dari fasilitas umum menjadi fasilitas rumah , maka saya yakin menjadi yakin
bahwa itu bukan kehendak Tuhan, karena perubahan status tanah ini melawan
peraturan pemerintah!
§ Ada
yang terdapat secara implicit dalam Kitab Suci.
Contoh:
§ larangan
merokok.
§ kita
mendapat kesempatan berkhotbah kepada sekelompok orang yang tak beriman (kafir
atau kristen KTP). Apakah yang harus kita beritakan? Tentang Allah Tritunggal
atau tentang Predestinasi? Tentu tidak! Karena ini tidak sesuai dengan hikmat
maupun Kitab Suci! Dalam hal ini, pikiran / hikmat + Kitab Suci jelas
mengharuskan kita memilih untuk memberitakan Injil kepada mereka!
Karena sudah ada dalam Kitab Suci,
maka hal-hal ini tidak perlu / tidak boleh lagi ditanyakan kepada Tuhan!
b) Dalam
mencari kehendak Tuhan
yang bersifat khusus:
Ada hal-hal yang tidak mungkin
bisa didapatkan dari sekedar belajar / merenungkan Kitab Suci, misalnya:
§ siapa
jodoh saya? Kalau saya laki-laki maka jodoh saya tentu harus perempuan dan
karena saya Kristen maka ia harus orang Kristen, tetapi perempuan Kristen yang
mana? Tentu harus yang cocok dengan saya dan yang saya cintai, tetapi bagaimana
kalau ada lebih dari satu orang seperti itu? Yang mana yang harus saya pilih?
§ saya
mendapat 2 tawaran pekerjaan, kedua pekerjaan itu wantunya tidak bersamaan
dengan acara gereja. Yang mana yang harus saya pilih?
§ saya
diterima di 2 sekolah. Yang mana yang harus saya pilih?
§ menentukan
mana yang akan dibeli, apakah membeli ruko / rukan atau gedung sekolah?
Perlu anda ingat bahwa:
1. Pikiran
manusia terbatas, dan Kitab Suci tidak memberi petunjuk dalam segala hal.
2. Tuhan
sering menyuruh / bekerja dengan cara yang bertentangan dengan logika / pikiran
manusia ( Bandingkan Matius 14:29 Yohanes
11:3-dst 1Raja-raja 17:9-16 2Raja-raja 5:10).
3. Jika
kita lihat situasi dalam Yohanes 11, maka apabila kita hanya menggunakan
pikiran + terang Roh Kudus + Kitab Suci saya yakin kita tidak akan menunda 2
hari, seperti yang Yesus lakukan (Yohanes 11:6).
Kadang-kadang ada hal yang
menurut pikiran kita maupun Kitab Suci merupakan sesuatu yang baik, tetapi Tuhan
tidak menghendaki kita melakukannya.
Contoh:
• Daud hendak membangun Bait Allah (2Samuel
7:1-17).
• Paulus hendak memberitakan Injil di Asia
/ Bitinia (Kisah Para Rasul 16:6-7).
Untuk memecahkan persoalan ini,
maka ada orang yang menemukan cara-cara / metode-metode sebagai berikut:
a. Penggunaan
Kitab Suci dengan cara ‘at random’.
Caranya adalah dengan berdoa meminta
pimpinan Tuhan, lalu membuka Kitab Suci secara sembarangan dan menunjuk ayat
secara sembarangan. Ayat ini dianggap sebagai petunjuk / jawaban Tuhan.
Saya berpendapat bahwa Tuhan
tidak pernah mengajar kita menggunakan Kitab Suci dengan cara ini.
Richard L. Strauss dalam
bukunya yang berjudul ‘How to really know the will of God’, halaman 82-83 berkata
sebagai berikut:
“Some Christians seem to think
the Bible is some sort of sanctified soothsayer, a hallowed horoscope, or a
holy Ouija board. When they have a question or a decision to which they have
not been able to find an answer, in sheer desperation they close their eyes,
empty their minds of any past knowledge of the Word, open the Bible at random,
point to a text, and accept that fragment as divine guidance. Or maybe they use
a casual dive into a Bible promise box to get an answer to their dilemma. ...
Although God did lead men by casting lots on some occasions before his Word was
completed, there is no indication that we should resort to such methods of chance
today” (= Beberapa orang Kristen kelihatannya mengira / menganggap Alkitab
sebagai sejenis peramal yang dikuduskan, horoscope yang disucikan, atau suatu
Ouija board yang suci. Ketika mereka mempunyai pertanyaan atau suatu keputusan
terhadap mana mereka tidak bisa mendapatkan jawaban, dalam keputus-asaan mereka
menutup mata mereka, mengosongkan pikiran mereka dari semua pengetahuan yang
lalu tentang Firman Tuhan, membuka Alkitab secara sembarangan, menunjuk pada
satu text, dan menerima bagian / potongan itu sebagai petunjuk ilahi. Atau
mungkin mereka terjun begitu saja ke dalam suatu kotak janji Alkitab untuk
mendapatkan jawaban bagi persoalan mereka. ... Sekalipun Allah memang memimpin
manusia dengan pembuangan undi dalam beberapa peristiwa sebelum Firman-Nya
dilengkapkan, tidak ada petunjuk bahwa kita harus mengambil jalan metode
kebetulan seperti itu pada jaman ini).
b.
Penggunaan
buku saat teduh.
Caranya adalah dengan berdoa menanyakan sesuatu kepada Tuhan, lalu membaca
buku saat teduh untuk hari itu, dan menganggapnya sebagai petunjuk Tuhan.
Ada yang tidak setuju dengan cara ini dan menganggap sama seperti ‘ciam shie’*.
Jawaban saya:
• saya tidak bisa melihat persamaan antara
Firman Tuhan dengan ‘ciam shie’!
• saya juga percaya bahwa penulis buku saat
teduh itu dipimpin oleh Tuhan pada saat ia menulis (tentu saja kita perlu
memilih buku saat teduh yang ditulis oleh orang percaya yang benar!). Tuhan
tahu kapan saya akan menggunakan buku saat teduh itu untuk menanyakan kehendak
Tuhan dan Tuhan dapat memimpin penulis buku saat teduh itu untuk menjawab
pertanyaan saya.
Hal-hal lain yang perlu diingat
adalah:
§ Harus
diperhatikan untuk tidak mengambil jawabannya dengan cara sembarangan. Jangan
melihat kata tertentu, lalu dilepaskan dari konteksnya dan dianggap sebagai
jawaban.
Contoh: seseorang menanyakan
apakah Tuhan menghendaki kami membeli ruko / rukan atau gedung sekolah, dan
mendapatkan jawaban dari Mazmur 127. Ia lalu melihat adanya kata ‘rumah’ dalam
Mazmur 127:1 itu yang lalu ia tafsirkan sebagai ‘ruko / rukan’.
Illustrasi: waktu saya jadi guru agama, murid saya
bertanya: Pak, kapan ulangan? Saya menjawab, "hari Rabu akan saya beri tahu." Tetapi
murid saya hanya mengambil kata ‘hari Rabu’ dan menganggap itu sebagai jawaban
saya. Memotong kalimat dengan cara seperti itu tentu menyesatkan!
§ Jawaban
harus disesuaikan dengan pertanyaannya. Karena itu ingat baik-baik
pertanyaannya, lalu lihat apakah jawaban Tuhan itu menjawab pertanyaan itu atau
tidak.
§ Dalam
mendapatkan jawaban Tuhan melalui saat teduh ini, kita tak boleh bergantung
pada perasaan. Misalnya jawabannya jelas ya, tetapi kita menolak, karena hati
kita tidak merasakan hal itu! Sikap seperti ini punya kecondongan seperti para penganut
Neo Orthodox yang hanya menganggap Kitab Suci sebagai firman Tuhan kalau
‘berbicara’ kepadanya.
Jadi, jawaban firman Tuhan ini
bersifat obyektif, bukan subyektif!
§
Tuhan tidak selalu langsung menjawab pertanyaan
anda. Jika Tuhan tidak menjawab, maka anda harus tekun bertanya. Kalau Ia terus
tidak menjawab, mungkin karena ada dosa dalam diri anda (1Samuel 14:37 1Samuel 28:6). Jika demikian, maka anda harus bertobat dahulu,
baru bertanya lagi.
§ Tuhan
tidak selalu menjawab dengan jelas / meyakinkan. Kalau anda tidak yakin / masih
ragu-ragu maka anda bisa bertanya lagi.
Contoh:
§ Pergumulan
saya untuk menjadi hamba Tuhan.
§ Saya
mendapatkan jawabannya dari buku saat teduh Streams in the desert, vol 2, tgl
22 Maret. Dalam renungan itu diceritakan tentang seekor anjing gembala yang
rela meninggalkan anaknya dan bahkan mengorbankan nyawanya demi mencari 3 domba
yang sesat / hilang. Lalu pada bagian akhir saat teduh itu ada tantangan: kalau
anjing itu yang hanya mengharapkan senyum tuannya rela melakukan itu untuk
mencari domba yang hilang, bagaimana dengan engkau? Ada 1000 juta orang
terhilang, maukah engkau pergi?
c. Meminta
jawaban Tuhan melalui khotbah.
Hampir sama seperti no b. di
atas, tetapi di sini anda meminta jawaban Tuhan melalui khotbah. Tentu saja
anda harus memilih pengkhotbah yang benar-benar Alkitabiah dan Injili, bukan
seadanya pengkhotbah!
Keterangan:
*Ciamsi, qianshi, qiuqian adalah suatu cara mencari jawaban atas permasalahan diri yang dihadapi oleh orang-orang. Adapun isinya adalah syair-syair yang merupakan cuplikan dari kisah-kisah jaman dahulu. Seperti kisah Sanguo, Chunqiu, maupun kisah-kisah lainnya. Ciamsie baru mulai ada dalam catatan sejarah pada masa dinasti Tang.
Budaya-Tionghoa.Net |
Baca kembali posting sebelumnya
Sumber : Kotbah topik 'Bagaimana Mengetahui Kehendak Allah' oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
♥️Sangat sangat menambah Pengetahuan akan Kehendak Tuhan.
BalasHapus