image from www.kingjamesbibleonline.org |
Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku (Yesus), ia akan selamat dan ia akan
masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. (Yohanes 10:9)
Ayat 1-5, 7-10:
1) Dalam bagian
ini (ayat 7 Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu.") Yesus menyatakan diriNya sebagai ‘pintu’ (‘the door’).
Ini sejalan dan mirip dengan Yohanes 14:6 dimana Ia menyatakan diriNya sebagai
satu-satunya jalan kepada Bapa. Bedanya, di sini sebagai pintu Ia merupakan
jalan masuk ke dalam kandang, yang menunjuk pada gereja.
2) ‘pencuri dan
perampok’ (ayat 1 : "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang
domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia
adalah seorang pencuri dan seorang perampok;").
a) Ini adalah
orang yang masuk ke kandang dengan maksud yang tidak baik (bandingkan dengan ayat 10a : "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;").
Penerapan:
Ada banyak maksud / motivasi
tidak baik yang menyebabkan seseorang pergi ke gereja, seperti:
·
mencari jodoh.
· dari pada menganggur di rumah.
·
sebagai penyamaran, supaya dianggap orang saleh, rohani dan sebagainya.
·
demi bisnis, uang.
·
supaya Tuhan menolong dia dari problem tertentu, dan sebagainya.
b) Ini menunjuk
kepada orang-orang Farisi dalam Yohanes 9 yang masuk ke dalam gereja tanpa percaya
kepada Yesus, dan ini tentu juga bisa diterapkan di jaman ini kepada semua
orang, khususnya orang yang melayani seperti pengajar, pendeta dan sebagainya, yang masuk
ke dalam gereja tanpa melalui iman kepada Yesus.
3) ‘Pencuri /
perampok’ dalam ayat 1 dikontraskan dengan ‘gembala’ dalam ayat 2 : tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.
Ada 2 kemungkinan tentang
arti ‘gembala’ dalam ayat 2 ini:
a) Kebanyakan
penafsir mengatakan bahwa ini menunjuk kepada Yesus, sama seperti
ayat 11,14. Kalau ditinjau dari ayat 10 kelihatannya penafsiran inilah yang
benar.
Penafsir yang percaya
pandangan ini mengatakan bahwa tidak usah heran kalau Yesus digambarkan sebagai
pintu dan gembala sekaligus, karena dalam Perjanjian Lama, baik ‘imam’ maupun
‘korban untuk dosa‘ sama-sama merupakan TYPE (bayangan) dari Yesus.
Tetapi sebetulnya 2 hal ini
agak berbeda, karena:
·
kalau dikatakan bahwa Yesus adalah imam dan korbannya sekaligus, maka hal itu
masih sesuai karena Yesus memang menjadi Pengantara yang mempersembahkan
diriNya sendiri sebagai korban.
·
tetapi kalau dikatakan bahwa ia adalah gembala dan sekaligus pintu, bagaimana
kita menafsirkan ayat 2,3a yang menunjukkan bahwa gembala itu sendiri masuk
ke dalam kandang melalui pintu?
b) Penafsir dari
Barnes’ Notes mengatakan bahwa ‘gembala’ dalam ay 2 ini tidak menunjuk kepada
Yesus, tetapi kepada hamba Tuhan yang sejati.
Alasannya: di sini Yesus
belum menyatakan diri sebagai gembala, tetapi Ia menyatakan diriNya sebagai
pintu.
Saya condong pada penafsiran
pertama.
4) Ayat 3-5: "3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya
dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan
menuntunnya ke luar. 4 Jika
semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan
domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. 5 Tetapi
seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya,
karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal. "
a) Ayat 3a: gembala
menuntun domba melalui pintu.
Sekalipun gembala menunjuk
kepada Yesus, tetapi Calvin menerapkan bagian ini sebagai berikut: Gembala /
hamba Tuhan / pelayan Tuhan yang benar pasti mempimpin orang untuk masuk ke
gereja melalui Kristus. Kalau saudara adalah orang yang berusaha supaya banyak
orang masuk ke gereja, tetapi saudara tidak peduli apakah mereka itu
betul-betul percaya kepada Kristus atau tidak, maka saudara bukan ‘gembala’.
b) ‘menuntunnya
keluar’ (ayat 3 akhir).
Kalau kandang diartikan
gereja, lalu mengapa gembala ini menuntun dombanya keluar kandang, dan mengapa
domba itu mendapatkan makanannya (‘padang rumput’ - ayat 9 akhir) di luar?
Untuk menjawab pertanyaan ini
saya mengutip kata-kata William Hendriksen tentang penafsiran allegory:
“One should not ask at
every point, ‘What does this represent and what does that represent?’
Over-analysis leads to misinterpretation. The main idea should be grasped” (= Orang tidak seharusnya bertanya pada setiap titik:
‘Hal ini mewakili apa, dan hal itu mewakili apa?’ Analisa yang kelebihan
membawa kita pada penafsiran yang salah. Gagasan utama / pokoknyalah yang harus
kita pegang).
Jadi maksud bagian ini
hanyalah bahwa domba itu mendengar dan menuruti gembala, mau dipimpin oleh
gembala dan sebagainya.
Catatan: mungkin pertanyaan ‘bagaimana Yesus sebagai gembala
juga melalui pintu yang adalah diriNya sendiri?’ (lihat point no. 3a di atas) juga
harus dijawab menggunakan kata-kata Hendriksen ini.
c) Tradisi
gembala - domba.
·
‘memanggil domba-dombanya’ (ayat 3).
Domba di sana mempunyai nama, dan
gembala memanggil setiap dombanya dengan menyebut namanya.
· ‘ia berjalan di depan mereka
dan domba-domba itu mengikuti dia’.
Gembala di sana tidak menggiring domba dari belakang, tetapi ia berjalan di
depan dan domba-dombanya mengikutinya dari belakang.
Ini mungkin bisa membantu kita untuk mengerti mengapa dalam Matius 16:23, pada
waktu Yesus dihalangi oleh Petrus untuk pergi ke Yerusalem, Ia lalu berkata
kepada Petrus (NIV/NASB): ‘Get behind Me, Satan!’ (= Pegilah ke
belakangKu, setan). Dengan kata lain Yesus berkata: ‘Kamu itu domba, Aku
yang gembala. Jadi kamu harus di belakangKu dan mengikuti Aku, bukan di depanKu
dan menghalangi Aku!’
d) ‘orang asing’ (ayat 5: Tetapi
seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya,
karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.).
Kalau tadi orang Farisi disebut pencuri dan perampok karena mereka masuk
kandang tidak melalui pintu (ay 1), maka sekarang mereka disebut dengan istilah
‘orang asing’ karena domba tidak mengenal dan tidak mau mengikuti mereka.
e) Dalam ayat 3-5
terlihat ciri dari seekor domba:
·
ia bisa membedakan suara gembala dan suara orang asing.
Memang orang Kristen yang
masih bayi (~baru percaya), tentu tidak akan bisa melakukan pembedaan seperti ini, tetapi kalau
ia orang Kristen sejati, maka ia pasti akan belajar Firman Tuhan dan mendapat
pimpinan Roh Kudus, sehingga bisa membedakan (bandingkan dengan Efesus 4:11-15 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai
kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar
tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang
sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga
kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin
pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang
menyesatkan, tetapi
dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh
di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.).
·
ia mendengar dan mentaati suara gembala (ayat 3-4).
Apakah gembala di sini
menunjuk kepada Yesus atau hamba Tuhan yang sejati, tidak terlalu berbeda,
karena hamba Tuhan yang sejati pasti memberitakan Firman Tuhan, yang juga
datang dari Yesus.
Penerapan:
Kalau saudara diajar Firman
Tuhan yang benar oleh hamba Tuhan yang benar, tetapi saudara tidak mau
menggubris Firman Tuhan itu, saudara adalah kambing, bukan domba!
·
ia tidak mau mengikuti orang asing, malah ia lari dari padanya (ayat 5).
Sekalipun orang asing itu
memakai pakaian gembala dan menirukan suara gembala memanggil namanya, domba
tetap tidak mau ikut, bahkan lari dari padanya (hal ini kontras dengan ayat 4 akhir 'domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.'
dan ayat 14 'Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku').
Penerapan:
*
Kalau saudara sudah diberitahu tentang kesesatan suatu gereja, dan saudara
tetap mau berbakti di gereja itu, ini menunjukkan bahwa saudara bukanlah domba
melainkan kambing!
*
Kalau saudara dengan mudah mengikuti nabi-nabi palsu yang berjubahkan pendeta,
maka saudara bukanlah domba tetapi kambing!
5) ‘Akulah pintu
ke domba-domba itu’ (ayat 7).
Kalau dalam ayat 2,3,9
Yesus adalah pintu untuk domba (Inggris: ‘for the sheep’),
maka dalam ayat 7 Ia menyatakan bahwa Ia adalah pintu menuju / kepada
domba (Inggris: ‘to the sheep’).
Dari sini dapat kita pastikan
bahwa semua orang yang datang kepada domba dan melayani domba, dirinya sendiri
harus masuk melalui pintu / percaya kepada Yesus.
Karena itu setiap kali kita
memilih orang untuk melayani Tuhan, kita harus hati-hati untuk tidak memilih
orang yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus!
Bandingkan ini dengan praktek salah dari banyak gereja yang:
· mengangkat orang menjadi
majelis, diaken dan sebagainya, karena orang itu kaya, terkenal dll.
· memberikan jabatan / pelayanan
kepada orang yang tidak aktif ke gereja, dengan tujuan supaya orang itu lalu
menjadi aktif.
6) Ayat 8:
‘Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok’.
a) ‘Semua orang
yang datang sebelum Aku’.
Ini tentu tidak menunjuk
kepada nabi-nabi Perjanjian Lama maupun Yohanes Pembaptis, tetapi lagi-lagi
menunjuk kepada tokoh-tokoh Yahudi saat itu.
b) ‘pencuri dan
perampok’.
Bandingkan dengan Kolose 2:8 dimana kata
‘menawan’ secara hurufiahnya adalah ‘merampok’. Ini menunjukkan bahwa nabi-nabi
palsu itu bisa merampok kita menggunakan ajaran sesatnya.
7) Ayat 10: Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku
datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan.
a) Dalam
ayat 10 kelihatannya ada suatu peralihan dari ‘pintu’ menjadi ‘gembala’,
karena di sini Yesus mengatakan bahwa Ia datang supaya mereka mempunyai hidup,
dan ini tidak cocok untuk ‘pintu’ tetapi cocok untuk ‘gembala’ (bandingkan dengan ayat 11,15).
b) Kata
‘kelimpahan’ (ayat 10b) mempunyai arti rohani, bukan jasmani. Dasarnya:
·
Kata ‘mereka’ jelas menunjuk pada orang yang hidup secara jasmani, tetapi mati
secara rohani. Yesus datang supaya orang yang mati rohani itu mempunyai hidup
secara rohani. Jadi hidup berkelimpahannya jelas juga dalam arti rohani.
·
Kata ‘selamat’, ‘binasa’, ‘hidup’ semuanya jelas mempunyai arti rohani, dan
karena itu jelas bahwa kata ‘kelimpahan’ juga mempunyai arti rohani.
Karena itu bagian ini tidak
bisa dijadikan dasar untuk mengajarkan Theologia Kemakmuran!
Sumber : Golgotha Ministry, Eksposisi Injil Yohanes oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar