Lanjutan dari bagian 12
Bagian 13 |
8) Perayaan Natal bertentangan dengan Galatia
4:9-11 dan Kolose 2:16-17.
Kutipan dari Internet: “Sekarang perhatikan apa yang menjadi kekuatiran Paulus di dalam ayat 9-11: ‘Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimana kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? Kamu dengan teliti MEMELIHARA HARI-HARI TERTENTU, BULAN-BULAN, MASA-MASA YANG TETAP DAN TAHUN-TAHUN. Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah SIA-SIA’. Dengarkan itu! Mengapa kita, sebagai anak-anak Allah, terus menceburkan diri dan ikut ambil bagian dalam perayaan HARI-HARI BESAR KEAGAMAAN sementara Roh Allah dengan tegas MENENTANGNYA! Adalah PENGANGKATAN KITA SEBAGAI ANAK bagi ALLAH yang MELEPASKAN kita dari KEBUTUHAN akan semua unsur perbudakan ini! Hari-hari besar keagamaan adalah; roh-roh dunia yang lemah dan miskin; sebagaimana yang dikatakan Alkitab. Dan sekalipun kita tahu bahwa hari-hari besar keagamaan dan perayaan-perayaannya yang dikatakan oleh Paulus tidak termasuk Natal (karena Natal pada waktu itu belum diketemukan), akan tetapi prinsipnya sama. Baik Galatia 4:9-11 dan Kolose 2:16 keduanya tegas atas ketidaksetujuannya terhadap semua hari besar keagamaan dan perayaan-perayaannya. SAMPAI DETIK INI ALLAH TIDAK PERNAH MENGATAKAN SATU KATAPUN AGAR SUPAYA KITA MEMELIHARA HARI-HARI ISTIMEWA. Allah tidak pernah mengatakan di dalam firman-Nya, ataupun melalui nubuatan, atau penglihatan, atau bahasa roh, atau wahyu, atau malaikat, ataupun media lainnya pada sekarang ini yang memerintahkan kita sebagai umat-Nya agar supaya merayakan hari kelahiran Anak-Nya ataupun HARI lainnya!”.
Jawaban saya:
Orang-orang bodoh ini menggunakan ayat Kitab Suci tanpa
mengerti artinya. Jangan lupa bahwa setan juga bisa menggunakan ayat Kitab Suci
tetapi yang ia putar balikkan artinya.
Bandingkan dengan Matius 4:5-6 - “(5) Kemudian Iblis membawaNya ke
Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata
kepadaNya: ‘Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diriMu ke bawah, sebab ada
tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikatNya dan mereka
akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kakiMu jangan terantuk kepada
batu.’”.
Sekarang, mari kita memperhatikan kedua text yang
dipersoalkan, supaya bisa mengertinya secara benar.
- Kolose 2:16 - “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat”.
- Galatia 4:9-11 - “(9) Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? (10) Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. (11) Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia”.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a)
Memang kalau dilihat sepintas lalu, harus diakui bahwa kedua text di atas ini
kelihatannya melarang kita untuk memelihara hari raya. Tetapi benarkah
demikian? Kalau kita mau menafsirkan kedua text ini dengan benar, kita juga
harus memperhatikan ayat-ayat lain dalam Kitab Suci yang berhubungan dengannya.
Dan text / ayat yang harus diperhatikan adalah Roma 14:1-6 (khususnya ayat 5-6nya).
Dalam kedua text di atas ini (Kolose 2:16 Galatia 4:9-11), Paulus
tidak mungkin melarang perayaan hari-hari raya, karena kalau diartikan
demikian, akan bertentangan dengan Roma 14:5.
Roma 14:1-6 - “Terimalah orang yang lemah imannya
tanpa mempercakapkan pendapatnya. (2) Yang seorang yakin, bahwa ia boleh makan
segala jenis makanan, tetapi orang yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran
saja. (3) Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan
siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah
telah menerima orang itu. (4) Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba
orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya
sendiri. Tetapi ia akan tetap
berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri. (5) Yang seorang
menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang
lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin
dalam hatinya sendiri. (6) Siapa yang berpegang pada suatu hari yang tertentu,
ia melakukannya untuk Tuhan. Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan,
sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya
untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah”.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan / dimengerti tentang Roma 14:5-6 ini:
1.
Kata ‘hari’ di sini tidak mencakup Sabat Kristen / hari Minggu!
Barnes
mengatakan bahwa Sabatnya orang kristen tidak bisa dimasukkan dalam hal ini,
dan alasannya adalah:
- yang dibicarakan di sini bukanlah Sabatnya orang kristen, tetapi hari-hari raya Yahudi.
- dalam Kitab Suci, Sabatnya Kristen dipelihara oleh semua orang Kristen.
- Roma 14:6 mengatakan bahwa ‘memelihara’ atau ‘tidak memelihara’ hari tersebut haruslah dilakukan untuk Tuhan. Dan seseorang tidak mungkin tidak memelihara Sabat demi Tuhan.Barnes’ Notes: “If any man is disposed to plead this passage as an excuse for violating the Sabbath, and devoting it to pleasure or gain, let him quote it, just as it is, i.e., let him neglect the Sabbath from a conscientious desire to honour Jesus Christ. Unless this is his motive, the passage cannot avail him. But this motive never yet influenced a Sabbath-breaker” (= Jika seseorang ingin menggunakan text ini sebagai alasan untuk melanggar Sabat, dan menggunakan Sabat untuk kesenangan atau keuntungan, hendaklah ia mengutipnya sebagaimana adanya, yaitu, hendaklah ia mengabaikan Sabat dari suatu keinginan yang benar / jujur untuk menghormati Yesus Kristus. Kecuali ini merupakan motivasinya, text ini tidak bisa ia pakai. Tetapi motivasi ini tidak pernah mempengaruhi seorang pelanggar Sabat) - hal 654-655.
Bahkan para penafsir menganggap bahwa Kolose 2:16-17 -
“(16) Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan
dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; (17)
semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya
ialah Kristus” - juga tidak mengajarkan bahwa Sabat dihapuskan.
Barnes’ Notes: “The word Sabbath in the Old Testament
is applied not only to the seventh day, but to all the days of holy rest that
were observed by the Hebrews, and particularly to the beginning and close of
their great festivals. There is, doubtless, reference, to those days in this
place, as the word is used in the plural number, and the apostle does not refer
particularly to the Sabbath properly so called. ... If he had used the word in
the singular number - ‘THE Sabbath’ - it would then, of course, have been clear
that he meant to teach that that commandment had ceased to be binding, and that
a Sabbath was no longer to be observed. But the use of the term in the plural
number, and the connexion, show that he had his eye on the great number of days
which were observed by the Hebrews as festivals, as a part of their ceremonial
and typical law, and not to the moral law, or the ten commandments. No part of
the moral law - no one of the ten commandments - could be spoken of as ‘a
shadow of things to come.’ These commandments are, from the nature of moral
law, of perpetual and universal obligation” (= Kata ‘Sabat’ dalam
Perjanjian Lama tidak diterapkan hanya pada hari yang ketujuh, tetapi kepada
semua hari-hari dari istirahat kudus yang dipelihara oleh orang-orang Ibrani,
dan secara khusus menunjuk pada permulaan dan penutupan dari pesta perayaan
mereka yang besar. Tidak diragukan bahwa di tempat ini kata itu menunjuk pada
hari-hari itu, karena kata itu digunakan dalam bentuk jamak, dan sang rasul
tidak menunjuk secara khusus pada apa yang secara benar dinamakan Sabat. ...
Seandainya ia menggunakan kata dalam bentuk tunggal - ‘Sabat’ - maka tentu saja
jelas bahwa ia bermaksud untuk mengajar bahwa perintah itu tidak mengikat lagi,
dan bahwa Sabat tidak perlu dipelihara lagi. Tetapi penggunaan istilah itu
dalam bentuk jamak, dan hubungannya, menunjukkan bahwa ia menujukan matanya
pada sejumlah besar hari-hari yang dipelihara oleh orang-orang Ibrani sebagai
pesta-pesta perayaan, sebagai bagian dari hukum yang bersifat upacara dan TYPE,
dan bukan pada hukum moral, atau 10 hukum Tuhan. Tidak ada bagian dari hukum
moral - tidak satupun dari 10 hukum Tuhan - yang bisa dikatakan sebagai
‘bayangan dari apa yang harus datang’. Hukum-hukum ini, dari sifat dari hukum moral, merupakan kewajiban yang
bersifat kekal dan universal) - hal 1070.
Adam Clarke: “There is no intimation here that the
Sabbath was done away, or that its moral use was superseded, by the
introduction of Christianity. I have shown elsewhere that ‘Remember the Sabbath
day, to keep it holy,’ is a command of perpetual obligation, and can never be
superseded but by the final termination of time. As it is a type of that rest
which remains for the people of God, of an eternity of bliss, it must continue
in full force till that eternity arrives; for no type ever ceases till the
antitype be come. Besides, it is not clear that the apostle refers at all to
the Sabbath in this place, whether Jewish or Christian; his sabbatwn, of
sabbaths or weeks, most probably refers to their feasts of weeks” [= Ini
bukan merupakan suatu pernyataan bahwa Sabat telah disingkirkan, atau bahwa
penggunaan moralnya telah digantikan, oleh perkenalan akan kekristenan. Saya
telah menunjukkan di tempat lain bahwa ‘Ingatlah hari Sabat, dan kuduskanlah
Dia’ merupakan suatu perintah tentang kewajiban kekal, dan tidak pernah bisa
digantikan kecuali oleh kesudahan terakhir dari waktu. Karena Sabat merupakan
suatu TYPE dari istirahat yang tertinggal untuk umat Allah, dari kebahagiaan
kekal, maka Sabat harus tetap berlaku sampai kekekalan itu tiba; karena tidak
ada TYPE yang pernah berhenti sampai ANTI-TYPEnya datang. Disamping itu, sama
sekali tidak jelas bahwa sang rasul menunjuk pada hari Sabat di tempat ini,
apakah itu Sabat Yahudi atau Sabat Kristen; his sabbatwn, ‘mengenai / tentang
Sabat-Sabat atau minggu-minggu’, paling mungkin menunjuk pada pesta mingguan
mereka] - hal 524.
Tentang hari
apa yang dimaksudkan dalam Roma 14:5-6, Hendriksen mengatakan bahwa ia tidak
tahu hari apa yang dimaksudkan. Ia mengatakan bahwa ada yang mengatakan itu
adalah Sabat Yahudi, ada juga yang mengatakan itu adalah hari-hari raya Yahudi,
atau hari puasa (bandingkan dengan Lukas 18:12). Tetapi ia menolak kalau ini diartikan
menunjuk pada Sabat Kristen / Minggu.
Editor dari
Calvin’s Commentary mengatakan bahwa ini bukan Sabat Kristen, karena yang
dibicarakan adalah hari-hari raya Yahudi, sama seperti Galatia 4:10 dan
Kolose 2:16 (Calvin’s Commentary, hal 498, footnote).
Bersambung ke bagian 14
Sumber : Golgotha Ministry, Bolehkah Merayakan Natal? oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
Bersambung ke bagian 14
Sumber : Golgotha Ministry, Bolehkah Merayakan Natal? oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
Daftar isi, posting bagian 13
Macam-macam alasan untuk menentang Natal dan jawabannya
8) Perayaan Natal bertentangan
dengan Galatia 4:9-11 & Kolose 2:16-17
a) Pembahasan Roma 14:1-6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar