Lanjutan dari bagian 7
e) Pembahasan tentang Nadab dan Abihu dengan ‘api asing’ mereka.
Bagian 8 |
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dosa Nadab dan Abihu dalam menggunakan api asing ini, dilakukan persis setelah ayat terakhir dalam Imamat 9, yaitu Imamat 9:24 yang menunjukkan bahwa Tuhan sendiri yang memberikan api yang harus digunakan.
Imamat 9:24 -
“Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan korban bakaran dan
segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya,
bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah”.
Dan sebelumnya Tuhan telah memerintahkan supaya api yang telah Ia berikan itu dijaga supaya jangan sampai mati.
Imamat 6:9-13
- “(9) ‘Perintahkanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Inilah hukum tentang
korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas
mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala
di atasnya. (10) Imam haruslah mengenakan pakaian lenannya, dan mengenakan
celana lenan untuk menutup auratnya. Lalu ia harus mengangkat abu yang ada di
atas mezbah sesudah korban bakaran habis dimakan api, dan haruslah ia
membuangnya di samping mezbah. (11) Kemudian haruslah ia menanggalkan
pakaiannya dan mengenakan pakaian lain, lalu membawa abu itu ke luar perkemahan
ke suatu tempat yang tahir. (12) Api yang di atas mezbah itu harus dijaga
supaya terus menyala, jangan dibiarkan padam. Tiap-tiap pagi imam harus menaruh
kayu di atas mezbah, mengatur korban bakaran di atasnya dan membakar segala
lemak korban keselamatan di sana. (13) Harus dijaga supaya api tetap menyala di
atas mezbah, janganlah dibiarkan padam.’”.
Adam Clarke tentang Imamat 9:24: “This celestial fire was
carefully preserved among the Israelites till the time of Solomon, when it was
renewed, and continued among them till the Babylonish captivity” (= Api
dari surga itu harus dipelihara dengan seksama di antara bangsa Israel sampai
jaman Salomo, dimana itu diperbaharui, dan dilanjutkan di antara mereka sampai
pembuangan Babilonia) - hal 536.
Pulpit Commentary tentang Imamat 6: “The altar fire was
never to go out, because the daily sacrifices constantly burning on the altar
symbolized the unceasing worship of God by Israel, and the gracious acceptance
of Israel by God” (= Api mezbah tidak pernah padam, karena korban-korban
harian secara terus menerus menyala pada mezbah menyimbolkan ibadah yang tak
henti-hentinya kepada Allah oleh Israel, dan penerimaan yang murah hati
terhadap Israel oleh Allah) - hal 90.
Calvin tentang Imamat 6:
- “The intent of this perpetuity was, that the offerings should be burnt with heavenly fire; for on the day that Aaron was consecrated, the sacrifice was reduced to ashes not by human means but miraculously, in token of approbation. True that God did not choose daily to exert this power; but He interposed the hand and labour of men in such a manner that the origin of the sacred fire should still be from heaven” (= Tujuan dari keabadian ini adalah supaya persembahan / korban dibakar dari api surgawi; karena pada hari Harun ditahbiskan, korban dibakar menjadi abu bukan dengan cara manusiawi tetapi secara mujijat, sebagai tanda penerimaan. Memang benar bahwa Allah tidak memilih untuk menggunakan kuasa ini setiap hari; tetapi Ia meletakkan di tengah-tengahnya tangan dan pekerjaan dari orang-orang dengan cara sedemikian rupa sehingga asal usul dari api yang keramat itu tetap dari surga) - hal 364.
- “in order to prevent any adulterations, He chose to have the fire continually burning on the altar day and night, nor was it allowable to take it from elsewhere” (= untuk mencegah percampuran apapun, Ia memilih untuk memerintahkan supaya api itu secara terus menerus menyala di mezbah siang dan malam, juga tidak diijinkan untuk mengambilnya dari tempat lain) - hal 364.
- “the purpose of God in rejecting strange fire was to retain the people in His own genuine ordinance prescribed by the Law, lest any inventions of men should insinuate themselves; for the prohibition of strange fire was tantamount to forbidding men to introduce anything of their own, or to add to the pure doctrine of the Law, or to decline from its rule” (= tujuan dari Allah dalam menolak api asing adalah untuk mempertahankan umatNya dalam peraturan / upacaraNya sendiri yang murni yang ditentukan oleh hukum Taurat, supaya jangan penemuan manusia memasukkan dirinya sendiri; karena larangan api asing sama dengan melarang orang untuk memperkenalkan apapun dari diri mereka sendiri, atau untuk menambahkan kepada ajaran hukum Taurat yang murni, atau untuk mundur dari peraturannya) - hal 365.
Jadi, pada waktu Nadab dan Abihu tidak menggunakan api
yang Tuhan berikan itu, tetapi menggunakan api asing / api dari sumber lain,
apakah mereka sekedar melakukan apa yang tidak diperintahkan oleh Tuhan?
Perhatikan komentar dari para penafsir tentang Imamat 10 di bawah ini:
Perhatikan komentar dari para penafsir tentang Imamat 10 di bawah ini:
- Adam Clarke: “In the preceding chapter we have seen how ... he sent his own fire ... Here we find Aaron’s sons neglecting the Divine ordinance, and offering incense with strange, that is, common fire, - fire not of a celestial origin” (= Dalam pasal sebelumnya kita telah melihat bagaimana ... Ia mengirim apiNya sendiri ... Di sini kita mendapati bahwa anak-anak Harun mengabaikan peraturan Ilahi, dan mempersembahkan ukupan / kemenyan dengan api asing, yaitu api biasa, - api yang bukan berasal dari surga) - hal 537.
- Pulpit Commentary: “They had acted presumptuously. ... they had irreverently broken the custom, which rested upon a Divine command, of taking the fire for the altar of incense from the altar of burnt sacrifice alone. ... this offense was the transgression of a positive rather than of a moral precept, ... They ... had, with whatever good intentions, done what God had not commended, and in doing it had done what he had forbidden” (= Mereka telah bertindak dengan lancang. ... dengan cara yang tidak hormat mereka merusak kebiasaan, yang didasarkan pada perintah Ilahi, tentang pengambilan api untuk mezbah ukupan dari mezbah korban bakaran saja. ... pelanggaran ini lebih merupakan pelanggaran terhadap suatu peraturan / perintah yang positif dari pada moral, ... Mereka ... dengan maksud baik apapun, telah melakukan apa yang Allah tidak perintahkan, dan dengan melakukannya mereka telah melakukan apa yang Ia larang) - hal 149.
- Calvin: “The ‘strange fire’ is distinguished from the sacred fire which was always burning upon the altar: not miraculously, as some pretend, but by the constant watchfulness of the priests. Now, God had forbidden any other fire to be used in the ordinances, in order to exclude all extraneous rites, and to shew His detestation of whatever might be derived from elsewhere. Let us learn, therefore, so to attend to God’s command as not to corrupt His worship by any strange inventions” (= ‘Api asing’ itu dibedakan dari api yang keramat yang selalu menyala di mezbah: bukan secara mujijat, seperti yang dikira oleh sebagian orang, tetapi oleh suatu penjagaan terus menerus dari para imam. Jadi, Allah telah melarang api yang lain untuk digunakan dalam upacara, supaya membuang semua upacara asing, dan untuk menunjukkan kebencianNya terhadap apapun yang bisa didapatkan dari tempat lain. Karena itu, marilah kita belajar untuk memperhatikan perintah Allah sedemikian rupa sehingga tidak merusak ibadahNya dengan penemuan-penemuan asing) - hal 431-432.
Dari semua pembahasan ini bisa disimpulkan bahwa pada
waktu Nadab dan Abihu memberikan ‘api asing’, itu bukan berarti bahwa mereka
sekedar melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Tuhan. Tuhan memberikan api secara mujijat, dan
mengharuskan memelihara api itu. Secara implicit, Tuhan melarang penggunaan
‘api asing’. Karena itu sekalipun Imamat 10:1 mengatakan ‘mereka
mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkanNya
kepada mereka’, tetapi kalau kita membandingkannya dengan text-text lain yang
sudah kita lihat di atas, jelas bahwa Nadab dan Abihu tidak bisa dikatakan
hanya sebagai ‘melakukan apa yang tidak diperintahkan’ oleh Tuhan, tetapi harus
juga dikatakan sebagai ‘melakukan apa yang dilarang’ oleh Tuhan.
Jadi, menggunakan text tentang Nadab dan Abihu untuk menentang perayaan Natal, adalah sangat tidak cocok.
f) Ada banyak hal yang tidak diperintahkan Tuhan, tetapi toh dilakukan, dan tidak dipersalahkan.
Misalnya:
1. Orang Israel tidak makan daging yang menutupi sendi pangkal paha.
Kejadian 32:25,31-32
- “(25) Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia
memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok,
ketika ia bergulat dengan orang itu. ... (31) Lalu tampaklah kepadanya matahari
terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal
pahanya. (32) Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging
yang menutupi sendi pangkal paha, karena Dia telah memukul sendi pangkal paha
Yakub, pada otot pangkal pahanya”.
Barnes’ Notes: “God did not demand this ritual
observance in the Mosaic law, but the descendants of Israel of their own accord
instituted the practice because they recognized how extremely important this
experience of Jacob was for him and for themselves” (= Allah tidak menuntut
ketaatan / ibadah yang bersifat upacara ini dalam hukum Musa, tetapi keturunan
dari Israel menyepakati sendiri untuk mengadakan praktek ini karena mereka
menyadari betapa pentingnya pengalaman Yakub ini untuk dirinya dan untuk diri
mereka sendiri) - hal 883.
Matthew Poole: “Not from any superstitious conceit
about it, but only for a memorial of this admirable conflict, the blessed
effects whereof even the future generations received” (= Bukan dari
pemikiran yang bersifat takhyul tentangnya, tetapi hanya untuk suatu peringatan
tentang konflik yang mengagumkan ini, tentang mana akibat-akibat yang
memberkati bahkan diterima oleh generasi-generasi yang akan datang) - hal 76.
2. Musa mendirikan 12 tugu peringatan tanpa adanya perintah dari Tuhan.
Keluaran 24:4 - “Lalu Musa menuliskan segala firman TUHAN
itu. Keesokan harinya pagi-pagi didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu,
dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel”.
3. Anak-anak perempuan Israel mempunyai tradisi untuk meratapi anak perempuan Yefta 4 hari dalam setahun, dan ini juga tidak pernah diperintahkan oleh Tuhan.
Hakim-hakim 11:34-40 - “(34) Ketika Yefta pulang ke Mizpa ke
rumahnya, tampaklah anaknya perempuan keluar menyongsong dia dengan memukul
rebana serta menari-nari. Dialah anaknya yang tunggal; selain dari dia tidak
ada anaknya laki-laki atau perempuan. (35) Demi dilihatnya dia,
dikoyakkannyalah bajunya, sambil berkata: ‘Ah, anakku, engkau membuat hatiku
hancur luluh dan engkaulah yang mencelakakan aku; aku telah membuka mulutku
bernazar kepada TUHAN, dan tidak dapat aku mundur.’ (36) Tetapi jawabnya
kepadanya: ‘Bapa, jika engkau telah membuka mulutmu bernazar kepada TUHAN, maka
perbuatlah kepadaku sesuai dengan nazar yang kauucapkan itu, karena TUHAN telah
mengadakan bagimu pembalasan terhadap musuhmu, yakni bani Amon itu.’ (37) Lagi
katanya kepada ayahnya: ‘Hanya izinkanlah aku melakukan hal ini: berilah
keluasan kepadaku dua bulan lamanya, supaya aku pergi mengembara ke pegunungan
dan menangisi kegadisanku bersama-sama dengan teman-temanku.’ (38) Jawab Yefta:
‘Pergilah,’ dan ia membiarkan dia pergi dua bulan lamanya. Maka pergilah gadis
itu bersama-sama dengan teman-temannya menangisi kegadisannya di pegunungan.
(39) Setelah lewat kedua bulan itu, kembalilah ia kepada ayahnya, dan ayahnya
melakukan kepadanya apa yang telah dinazarkannya itu; jadi gadis itu tidak
pernah kenal laki-laki. Dan telah menjadi adat di Israel, (40) bahwa dari tahun
ke tahun anak-anak perempuan orang Israel selama empat hari setahun meratapi anak
perempuan Yefta, orang Gilead itu”.
4. Samuel mengambil batu sebagai suatu peringatan tentang penyertaan Tuhan, dan menamainya Eben-Haezer.
1Samuel 7:12 - “Kemudian Samuel mengambil sebuah batu
dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer, katanya:
‘Sampai di sini TUHAN menolong kita.’”.
Siapa yang
memerintahkan Samuel untuk melakukan hal itu? Tidak ada. Dan apakah Tuhan
mempersalahkannya atas hal itu? Sama sekali tidak!
5. Suku Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye, mendirikan mezbah sebagai saksi / peringatan, tanpa perintah dari Tuhan. Ini menyebabkan sisa Israel yang lain marah dan mau memerangi mereka, karena mengira bahwa 2 ½ suku itu memberontak terhadap Tuhan. Memang sebetulnya 2 ½ suku itu juga mempunyai kesalahan, yaitu karena mereka tidak memberitahu lebih dulu tentang hal itu kepada suku-suku yang lain, sehingga muncul kecurigaan yang memang cukup beralasan. Tetapi setelah mereka menjelaskan apa tujuan mezbah itu, suku-suku yang lain menganggap hal itu baik, dan membatalkan rencana mereka untuk memerangi 2 ½ suku itu.
Yosua 22:9-34
- “(9) Maka pulanglah bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu
dan mereka pergi meninggalkan orang Israel, keluar dari Silo di tanah Kanaan
untuk pergi ke tanah Gilead, tanah milik mereka yang didiami mereka sesuai
dengan titah TUHAN dengan perantaraan Musa. (10) Ketika mereka sampai ke
Gelilot pada sungai Yordan, yang di tanah Kanaan, maka bani Ruben, bani Gad dan
suku Manasye yang setengah itu mendirikan mezbah di sana di tepi sungai Yordan,
mezbah yang besar bangunannya. (11) Lalu terdengarlah oleh orang Israel itu
cakap orang: ‘Telah didirikan mezbah oleh bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye
yang setengah itu, mezbah menghadap ke tanah Kanaan, di Gelilot pada sungai Yordan,
di sebelah wilayah orang Israel.’ (12) Ketika hal itu terdengar oleh orang
Israel, berkumpullah segenap umat Israel di Silo, untuk maju memerangi mereka.
(13) Kemudian orang Israel mengutus kepada bani Ruben, kepada bani Gad dan
kepada suku Manasye yang setengah itu, ke tanah Gilead, imam Pinehas bin
Eleazar, (14) dan bersama-sama dengan dia sepuluh pemimpin, yakni seorang
pemimpin kaum keluarga sebagai wakil tiap-tiap suku Israel. Masing-masing
mereka itu kepala kaum keluarganya di antara kaum-kaum orang Israel. (15)
Setelah mereka sampai kepada bani Ruben, kepada bani Gad dan kepada suku
Manasye yang setengah itu di tanah Gilead, berkatalah mereka kepada orang-orang
itu, demikian: (16) ‘Beginilah kata segenap umat TUHAN: Apa macam perbuatanmu
yang tidak setia ini terhadap Allah Israel, dengan sekarang berbalik dari pada
TUHAN dan mendirikan mezbah bagimu, dengan demikian memberontak terhadap TUHAN
pada hari ini? (17) Belum cukupkah bagi kita noda yang di Peor itu, yang dari
padanya kita belum mentahirkan diri sampai hari ini dan yang menyebabkan umat
TUHAN kena tulah, (18) sehingga kamu berbalik pula sekarang ini membelakangi
TUHAN? Jika kamu hari ini memberontak terhadap TUHAN, maka besok Ia akan murka
kepada segenap umat Israel. (19) Akan tetapi, jika sekiranya tanah milikmu itu
najis, marilah menyeberang ke tanah milik TUHAN, tempat kedudukan Kemah Suci
TUHAN, dan menetaplah di tengah-tengah kami. Tetapi janganlah memberontak
terhadap TUHAN dan janganlah memberontak terhadap kami, dengan mendirikan mezbah
bagimu sendiri, selain dari mezbah TUHAN, Allah kita. (20) Ketika Akhan bin
Zerah berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan, bukankah
segenap umat Israel kena murka? Bukan orang itu saja yang mati karena dosanya.’
(21) Lalu jawab bani Ruben, bani Gad dan suku Manasye yang setengah itu,
katanya kepada para kepala kaum-kaum orang Israel: (22) ‘Allah segala allah,
TUHAN, Allah segala allah, TUHAN, Dialah yang mengetahui, dan patutlah orang
Israel mengetahuinya juga! Jika sekiranya hal ini terjadi dengan maksud
memberontak atau dengan maksud berubah setia terhadap TUHAN - biarlah jangan
TUHAN selamatkan kami pada hari ini. (23) Jika sekiranya kami mendirikan mezbah
untuk berbalik dari pada TUHAN, untuk mempersembahkan korban bakaran dan korban
sajian di atasnya serta korban keselamatan di atasnya, biarlah TUHAN sendiri
yang menuntut balas terhadap kami. (24) Tetapi sesungguhnya, kami telah
melakukannya karena cemas. Sebab pikir kami: Di kemudian hari anak-anak kamu
mungkin berkata kepada anak-anak kami, demikian: Apakah sangkut pautmu dengan
TUHAN, Allah Israel? (25) Bukankah TUHAN telah menentukan sungai Yordan sebagai
batas antara kami dan kamu, hai orang bani Ruben dan bani Gad! Kamu tidak
mempunyai bagian akan TUHAN. Demikianlah mungkin anak-anak kamu membuat
anak-anak kami berhenti dari pada takut akan TUHAN. (26) Sebab itu kata kami:
Biarlah kita mendirikan mezbah itu bagi kita! Bukanlah untuk korban bakaran dan
bukanlah untuk korban sembelihan, (27) tetapi supaya mezbah itu menjadi saksi
antara kami dan kamu, dan antara keturunan kita kemudian, bahwa kami tetap
beribadah kepada TUHAN di hadapanNya dengan korban bakaran, korban sembelihan
dan korban keselamatan kami. Jadi tidaklah mungkin anak-anak kamu di kemudian
hari berkata kepada anak-anak kami: Kamu tidak mempunyai bagian pada TUHAN.
(28) Lagi kata kami: Apabila di kemudian hari demikian dikatakan mereka kepada
kita dan kepada keturunan kita, maka kita akan berkata: Tengoklah bangunan
tiruan mezbah TUHAN itu, yang telah dibuat oleh nenek moyang kami. Bukan untuk
korban bakaran dan bukan untuk korban sembelihan, tetapi mezbah itu menjadi
saksi antara kami dan kamu. (29) Jauhlah dari pada kami untuk memberontak
terhadap TUHAN, dan untuk berbalik dari pada TUHAN pada hari ini dengan mendirikan
mezbah untuk korban bakaran, korban sajian atau korban sembelihan, mezbah yang
bukan mezbah TUHAN, Allah kita, yang ada di depan Kemah SuciNya!’ (30) Setelah
imam Pinehas dan para pemimpin umat serta para kepala kaum-kaum orang Israel
yang bersama-sama dengan dia, mendengar perkataan yang dikatakan oleh bani
Ruben, bani Gad dan bani Manasye itu, maka mereka menganggap hal itu baik. (31)
Kemudian berkatalah imam Pinehas bin Eleazar kepada bani Ruben, bani Gad dan
bani Manasye: ‘Sekarang tahulah kami bahwa TUHAN ada di tengah-tengah kita,
sebab tidaklah kamu berubah setia terhadap TUHAN. Dengan demikian kamu telah
melepaskan orang Israel dari hukuman TUHAN.’ (32) Sesudah itu imam Pinehas bin
Eleazar serta para pemimpin itu meninggalkan bani Ruben dan bani Gad di tanah
Gilead, pulang ke Kanaan kepada orang Israel, lalu disampaikanlah berita itu
kepada mereka. (33) Hal itu dipandang baik oleh orang Israel, sehingga orang
Israel memuji Allah dan tidak lagi berkata hendak maju memerangi mereka untuk
memusnahkan negeri yang didiami bani Ruben dan bani Gad itu. (34) Dan bani
Ruben dan bani Gad menamai mezbah itu: Saksi, karena inilah saksi antara kita,
bahwa TUHAN itulah Allah”.
Kalau ada orang-orang yang anti Natal yang membaca text
ini, semoga merekapun berhenti memerangi kita yang pro pada perayaan Natal!
Kalau sudah dijelaskanpun mereka tetap ingin ‘memerangi’ kita, itu menunjukkan
kebrengsekan mereka, yang tidak mempunyai jiwa persatuan seperti suku-suku lain
dalam cerita ini!
6. Salomo mengadakan perayaan pentahbisan mezbah selama 7 hari; dan sepanjang yang saya ketahui dari Kitab Suci, tidak ada perintah Tuhan untuk hal itu.
2Tawarikh 7:9 - “Pada hari yang kedelapan mereka
mengadakan perkumpulan raya, karena mereka telah merayakan pentahbisan mezbah
selama tujuh hari, dan perayaan Pondok Daun selama tujuh hari”.
Bersambung ke bagian 9
Sumber : Golgotha Ministry, Bolehkah Merayakan Natal? oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
Bersambung ke bagian 9
Sumber : Golgotha Ministry, Bolehkah Merayakan Natal? oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
Daftar isi, posting bagian 8
Macam-macam alasan untuk menentang Natal dan jawabannya
Lanjutan point 7) Tidak ada
perintah untuk merayakan Natal
f) Banyak hal tak diperintahkan tetapi toh tak
salah untuk dilakukan
1. Orang Israel tak makan daging yang
menutupi sendi pangkal paha
2. Musa mendirikan 12 tugu peringatan
3. Tradisi meratapi anak perempuan
Yefta
4. Eben-Haezer
5. Pendirian mezbah oleh 2 ½ suku
Israel
6.
Salomo adakan perayaan pentahbisan mezbah selama 7 hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar