Lanjutan dari bagian 14
Bagian 15 |
William Barclay: “It is weak because it is helpless.
It can define sin; it can convict a man of sin; but it can neither find for him
forgiveness for past sin nor strength to conquer future sin” (= Hal itu
lemah karena hal itu tidak berdaya. Hal itu bisa mendefinisikan dosa; hal itu
bisa menyadarkan / meyakinkan seseorang akan dosanya; tetapi hal itu tidak bisa
mendapatkan untuknya pengampunan untuk dosa-dosa yang lalu maupun kekuatan
untuk mengalahkan dosa yang akan datang) - hal 36.
Adam Clarke: “After receiving all this, will you turn
again to the ineffectual rites and ceremonies of the Mosaic law - rites too
weak to counteract your sinful habits, and too poor to purchase pardon and
eternal life for you?” (= Setelah menerima semua ini, apakah kamu mau
berbalik lagi kepada upacara-upacara yang tidak efektif dari hukum Musa -
upacara-upacara yang terlalu lemah untuk menetralkan kebiasaan berdosamu, dan
terlalu miskin untuk membeli pengampunan dan hidup kekal bagimu?) - hal 404.
Barnes’ Notes: “They are called ‘weak’ because they
had no power to save the soul; no power to justify the sinner before God. They
are called ‘beggarly,’ (Greek: poor,) because they could not impart
spiritual riches” (= Mereka disebut ‘lemah’ karena mereka tidak mempunyai
kuasa untuk menyelamatkan jiwa; tidak mempunyai kuasa untuk membenarkan orang
berdosa di hadapan Allah. Mereka
disebut miskin karena mereka tidak bisa memberikan kekayaan rohani) - hal 947.
Dari semua ini
bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ‘berbalik lagi kepada roh-roh dunia
yang lemah dan miskin’ maupun ‘memperhambakan diri lagi’, bukanlah sekedar
pemeliharaan hari-hari raya tersebut, tetapi pemeliharaan hari-hari raya
sebagai cara untuk mendapatkan keselamatan!
Calvin: “To bring back Christianity to Judaism, was in itself no light evil; but far more serious mischief was done, when, in opposition to the grace of Christ, they set up holidays as meritorious performances, and pretended that this mode of worship would propitiate the divine favour. When such doctrines were received, the worship of God was corrupted, the grace of Christ made void, and the freedom of conscience oppressed” (= Membawa kembali kekristenan kepada Yudaisme, bukanlah kejahatan yang ringan; tetapi kesalahan yang jauh lebih serius dilakukan pada waktu mereka, untuk mempertentangkan dengan kasih karunia Kristus, menegakkan hari-hari raya sebagai perbuatan yang layak mendapatkan pahala, dan mengclaim bahwa cara penyembahan ini akan menyebabkan Allah menjadi baik / berkenan) - hal 125.
Hendriksen menganggap Galatia 4:10 ini sebagai contoh dari ‘berbalik kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin’ dalam Galatia 4:9. Ia juga mengatakan bahwa karena dalam surat ini Paulus menyerang doktrin salvation by works (= keselamatan oleh perbuatan baik) dari Yudaisme / agama Yahudi.
William Hendriksen: “Paul is saying that strict observance of such days and festivals has nothing whatever to do with securing the divine favor” (= Paulus mengatakan bahwa pemeliharaan yang ketat terhadap hari-hari dan hari-hari raya seperti itu tidak mempunyai hubungan apapun dengan memastikan kebaikan ilahi) - hal 166.
William Barclay: “The failure of a religion which is dependent on special occasions is that almost inevitably it divides days into sacred and secular; and the further almost inevitable step is that when a man has meticulously observed the sacred days he is liable to think that he has discharged his duty to God. ... For real Christian every day is God’s day” (= Kegagalan / kehancuran dari sebuah agama yang bergantung pada saat-saat khusus adalah bahwa hampir tak terhindarkan mereka membagi hari-hari menjadi hari-hari yang kudus dan hari-hari yang duniawi; dan langkah selanjutnya yang juga hampir tak terhindarkan adalah bahwa pada saat seseorang telah memelihara secara sangat cermat / teliti hari-hari kudus itu, besar kemungkinannya bahwa ia berpikir bahwa ia sudah melakukan kewajibannya terhadap Allah. ... Untuk orang Kristen yang sejati, setiap hari adalah hari Allah) - hal 36.
William Barclay: “It was Paul’s fear that men who had once known the splendour of grace would slip back to legalism, and that men who had once lived in the presence of God would shut him up to special days” [= Paulus takut bahwa orang-orang yang pernah mengenal kemegahan kasih karunia akan tergelincir kembali kepada legalisme (penekanan ketaatan untuk keselamatan), dan bahwa orang-orang yang pernah hidup di hadapan Allah akan mengurung Dia pada / untuk hari-hari khusus] - hal 37.
b. Kolose 2:16 - “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat”.
William Hendriksen: “The Jewish aspect of the Colossian Heresy stands out clearly here. ... the Colossian errorists passed judgment not only with respect to eating but also with respect to drinking, ... They also tried to impose restrictions in connection with festivals. ... The main purpose of placing such stress on all such regulations was to convince the Colossians that strict observances was absolutely indispensable to salvation” (= Aspek Yahudi dari bidat Kolose menonjol secara jelas di sini. ... Orang-orang sesat di Kolose menyampaikan penghakiman bukan hanya berkenaan dengan makanan tetapi juga berkenaan dengan minuman. ... Mereka juga mencoba untuk memaksakan pembatasan berkenaan dengan hari-hari raya. ... Tujuan utama dari penempatan tekanan seperti itu pada semua peraturan-peraturan seperti itu adalah untuk meyakinkan orang-orang Kolose bahwa ketataan yang ketat sangat diperlukan secara mutlak untuk keselamatan) - hal 123-124.
Jadi, untuk
jemaat / gereja Kolose, boleh dikatakan kasusnya sama dengan jemaat / gereja
Galatia.
Maka, jelaslah bahwa dalam jemaat Galatia dan Kolose, Paulus melarang pemeliharaan hari raya, karena mereka merayakan hari raya itu sebagai cara untuk mendapatkan keselamatan. Sedangkan dalam jemaat Roma, karena mereka tidak mempunyai motivasi sesat seperti itu dalam perayaan hari raya, maka Paulus memberikan kebebasan.
Dengan demikian jelaslah bahwa Kolose 2:16 dan Galatia 4:9-11 sama sekali tidak bisa dipakai untuk menentang perayaan Natal, kecuali ada orang-orang yang merayakan Natal sebagai suatu sarana untuk mendapatkan keselamatan.
Dua ayat yang mendukung perayaan Natal.
Setelah membahas keberatan-keberatan dari orang-orang yang anti Natal, sekarang saya ingin memberikan 2 ayat yang secara implicit mendukung kita untuk merayakan Natal. Kedua ayat itu adalah 1Korintus 6:12 dan 1Korintus 10:23.
1Korintus 6:12
- “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu
halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun”.
1Korintus 10:23
- “‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna.
‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu
membangun”.
Calvin: “he treats here of outward things, which God
has left to the free choice of believers” (= di sini ia membicarakan
tentang hal-hal lahiriah, yang Allah tinggalkan pada pemilihan bebas dari
orang-orang percaya) - hal 214.
Pulpit Commentary: “By ‘all things,’ of course, is
only meant ‘all things which are indifferent in themselves.’” (= Dengan
‘segala sesuatu’, tentu saja, hanya dimaksudkan ‘segala sesuatu yang bukannya
baik ataupun buruk dalam diri mereka sendiri’) - hal 193.
Jadi ayat ini berhubungan dengan hal-hal yang tidak diperintahkan ataupun dilarang oleh Tuhan. Hal-hal seperti ini boleh dilakukan dengan 2 syarat:
1) Hal itu berguna / membangun.
Contoh yang salah: tidur sepanjang hari; ini jelas tidak berguna.
Pulpit Commentary: “It has been well said, ‘Unlawful
things ruin thousands, lawful things (unlawfully used) ten thousands.’ And
also, ‘Nowhere does the devil build his little chapels more cunningly than
right by the side of the temple of Christian liberty” [= Pernah dikatakan
dengan benar: ‘Hal-hal yang dilarang menghancurkan ribuan, hal-hal yang
diijinkan (tetapi digunakan secara salah) menghancurkan puluhan ribu’. Dan
juga: ‘Tidak ada tempat lain dimana setan membangun gereja kecilnya dengan lebih
cerdik dari pada di sisi dari Bait kebebasan Kristen’] - hal 209.
2) Hal itu tidak memperhamba kita.
Contoh yang salah: rokok, ganja, atau bahkan makan
berlebihan, dan sebagainya; ini jelas memperbudak.
Adam Clarke: “A man is brought under the power of any
thing which he cannot give up. He is the slave of that thing, whatsoever it be,
which he cannot relinquish; and then, to him, it is sin” (= Seseorang
dibawa ke bawah kuasa dari apapun yang tidak bisa ia lepaskan. Ia adalah hamba
dari hal itu, apapun itu adanya, yang tidak bisa ia lepaskan; dan lalu, bagi
dia, itu adalah dosa) - hal 218.
Ayat-ayat ini bisa mendukung pelaksanaan hal-hal yang
tidak diperintahkan, tetapi juga tidak dilarang oleh Kitab Suci, selama hal-hal
itu berguna / membangun.
Sekarang, kalau kita menerapkan pada perayaan Natal, maka jelas bahwa perayaan Natal tidak memperhamba, tetapi justru berguna dan membangun.
Apa gunanya dan dalam hal apa perayaan Natal itu membangun?
a) Natal berguna untuk pemberitaan Injil.
Banyak orang yang tidak pernah ke gereja, mau ke gereja
pada Natal, dan ini merupakan suatu kesempatan bagi kita untuk memberitakan
Injil kepada mereka. Dalam buku-buku KKR saya ada khotbah-khotbah Natal saya,
dan kalau saudara lihat, semua khotbah Natal saya merupakan khotbah yang berisi
pemberitaan Injil. Bahkan dalam gereja-gereja yang tidak injili, sekalipun
khotbahnya tidak memberitakan Injil, tetapi pada perayaan Natal tetap ada
lagu-lagu Natal yang injili, dan pembacaan ayat-ayat yang bersifat penginjilan,
sehingga Injil tetap diberitakan pada Natal. Mengapa kita harus membuang
perayaan Natal, kalau itu memang menyebabkan penyebaran Injil? Bahkan kartu
Natal, yang dianggap sebagai pemborosan, dan memang bisa merupakan pemborosan,
bisa diarahkan pada penginjilan, yaitu kalau kita memilih kartu Natal yang
kata-katanya mengandung Injil, atau menuliskan kata-kata yang bersifat
penginjilan. Saudara juga bisa menggunakan hand phone saudara untuk mengirimkan
sms yang bukan hanya berisikan kata-kata ‘Selamat Hari Natal’ tetapi juga
kata-kata / ayat-ayat yang bersifat penginjilan. Kalau yang demikian masih
dianggap sebagai pemborosan, maka yang menganggap seperti itu hanyalah orang
gila secara rohani!
b)
Untuk mengingatkan jemaat akan kasih Allah.
Perenungan
tentang Allah yang mau menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus, membuat kita
bisa merasakan kasih Allah kepada kita. Dan ini bisa menyegarkan iman
orang-orang kristen, dan mengembalikan mereka pada kasih mereka yang semula
kepada Allah.
c)
Untuk sarana persekutuan, dan lebih mendekatkan jemaat satu sama lain.
Saya tidak
anti pesta Natal, selama tidak keterlaluan / terlalu mewah, karena saya
berpendapat hal itu bisa mempererat persekutuan antar Jemaat. Dalam Perjanjian
Lama juga ada pesta-pesta yang ditetapkan oleh Tuhan, lalu mengapa dalam
Perjanjian Baru kita tidak boleh mengadakan pesta kalau hal itu memang berguna?
Jadi, rayakanlah Natal dengan pesta, tetapi aturlah sedemikian rupa, supaya
pesta itu menjadi sesuatu yang memajukan persekutuan di antara jemaat.
Penutup / kesimpulan.
Saya sama
sekali tidak setuju dengan penghapusan perayaan Natal, karena saya menganggap
bahwa perayaan Natal itu sangat berguna. Tetapi supaya perayaan Natal itu tidak
menyandungi orang-orang tertentu, mari kita memurnikan perayaan Natal tersebut.
Selalulah berhati-hati supaya tidak memasukkan unsur-unsur yang salah ke dalam
perayaan Natal. Juga selalulah membuatnya berguna dan membangun, baik dengan
memberitakan Injil, mengadakan acara untuk mengakrabkan, dan juga mengambil waktu
secara pribadi untuk merenungkan kasih Tuhan pada Natal, supaya saudara sendiri
bertumbuh dalam kasih kepada Tuhan melalui perayaan Natal tersebut.
-AMIN-
Baca ulang, kembali ke bagian 1
Sumber : Golgotha Ministry, Bolehkah Merayakan Natal? oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
Daftar isi, posting bagian 15
Macam-macam alasan untuk menentang Natal dan jawabannya
8) Perayaan Natal bertentangan
dengan Galatia 4:9-11 & Kolose 2:16-17
Lanjutan point b) Roma 14:1-6 tak
mungkin bertentangan dengan Galatia 4:9-11 & Kolose 2:16-17
Dua ayat yang mendukung perayaan Natal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar