Lanjutan dari bagian 6
Bagian 7 |
7) Tidak ada perintah untuk merayakan hari
kelahiran Kristus.
Rasul-rasul dan orang-orang kristen abad pertama tidak merayakan Natal; tidak ada Natal pada waktu itu.
Kutipan dari Internet:
“TIDAK ADA SATUPUN FIRMAN ALLAH ATAUPUN DENGAN PENYATAAN DI MANA ALLAH
MEMERINTAHKAN KEPADA KITA UNTUK MEMPERINGATI KELAHIRAN TUHAN KITA. Tidak ada
satu katapun di seluruh Perjanjian Baru, maupun di seluruh Alkitab, yang
mengatakan agar supaya kita merayakan Natal. Orang-orang Kristen pada abad
pertama, di bawah pengajaran Petrus, Paulus dan rasul-rasul lain, tidak pernah
merayakan Natal. Paulus tidak pernah merayakan Natal. Petrus tidak
pernah merayakan Natal. Yohanes tidak pernah merayakan Natal. Sesungguhnya –
TIDAK ADA NATAL – pada waktu itu! Tidak ada OTORITAS untuk merayakannya”.
Kutipan dari Internet:
“Yesus berbicara tentang praktek-praktek kedagingan ini ketika Ia berkata, Hai
orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan
Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka
beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang diajarkan ialah perintah manusia.
Inilah sebuah
kebenaran yang sederhana: apapun yang engkau lakukan guna MENGAGUNGKAN ALLAH –
di mana Allah TIDAK PERNAH MEMERINTAHKANNYA atau BERADA DI DALAMNYA – maka
penyembahanmu itu terhadap Allah adalah SIA-SIA! Semuanya TIDAK BERARTI!”.
Catatan: ayat
yang dikutip dari Matius 15:8-9.
Mereka
memberikan tambahan serangan dengan menggunakan Imamat 10:1-2 - “(1) Kemudian
anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya,
membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian
mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak
diperintahkanNya kepada mereka. (2) Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu
menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN”.
Orang-orang
yang anti Natal menggunakan text ini dan mengatakan bahwa Nadab dan Abihu bukan
melakukan sesuatu yang dilarang oleh Tuhan, tetapi hanya melakukan sesuatu yang
tidak diperintahkan oleh Tuhan, dan mereka dihukum mati!
Jawaban saya:
a) Memang Kitab Suci tidak pernah memerintahkan untuk merayakan Natal, tetapi jangan lupa bahwa Kitab Suci juga tidak pernah melarang untuk merayakan Natal. Perayaan Natal yang dilakukan oleh orang kristen memang merupakan tradisi, tetapi saya berpendapat bahwa tradisi tidak salah:
1.
Selama tradisi itu tidak bertentangan dengan Kitab Suci.
2.
Selama tradisi itu tidak kita paksakan / haruskan kepada orang-orang lain.
Dalam gereja
ada banyak hal-hal yang tidak diperintahkan, dan hanya bersifat tradisi,
misalnya:
- penggunaan 12 Pengakuan Iman Rasuli dan Doa Bapa Kami dalam banyak gereja-gereja Protestan.
- pendeta memakai toga; paduan suara juga demikian.
- adanya salib di gereja. Siapa yang menyuruh memasang tanda salib itu? Dan bagaimana bentuk salib Yesus? Berbentuk tiang tegak saja, atau berbentuk seperti huruf X, Y, T? Atau seperti yang biasa kita kenal? Kita bahkan tidak tahu dengan pasti bagaimana bentuk salib yang digunakan terhadap Yesus! Memang ada orang-orang yang melarang adanya salib di gereja, tetapi mereka juga tidak mempunyai dasar untuk melarang, selama salib itu tidak disembah.
- adanya pengedaran kantong kolekte; siapa yang memerintahkan praktek ini? Dalam Bait Allah, tidak ada hal seperti itu, karena mereka menggunakan peti persembahan, dan orang yang mau mempersembahkan, mempersembahkan ke dalam peti tersebut.
- Bandingkan dengan Lukas 21:1-2 - “(1) Ketika Yesus mengangkat mukaNya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. (2) Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu”.
- doa dengan tutup mata, tunduk kepala, dan sebagainya.
- sakramen dan pemberkatan pernikahan hanya boleh dilayani oleh pendeta.
- upacara pemberkatan nikah di gereja.
- adanya kebaktian tutup peti, kebaktian penghiburan, dan kebaktian / upacara penguburan pada saat ada orang kristen yang meninggal dunia.
Semua ini
tidak pernah diperintahkan, tetapi juga tidak dilarang, dan tidak bertentangan
dengan Kitab Suci. Saya berpendapat perayaan Natal, dan hari-hari raya Kristen
yang lain juga demikian.
b) Rasul-rasul juga tidak mempunyai gedung gereja, dan kita juga tidak pernah diperintahkan untuk membangun gedung gereja. Jadi, apakah adanya gedung gereja merupakan sesuatu yang salah?
c) Hal ini bisa diextrimkan, misalnya dengan mengatakan: Tuhan juga tidak pernah menyuruh kita mandi, dan karena itu orang kristen tidak boleh mandi! Atau ‘makan menggunakan sendok garpu / sumpit’, ‘pakai sepatu’ ke gereja, ‘menggunakan piano / organ / band’ di gereja, dan sebagainya.
d) Pembahasan tentang Matius 15:8-9.
Ini juga penafsiran yang ‘out of context’ / keluar dari
kontextnya. Akan berbeda artinya kalau dibaca seluruhnya yaitu Matius 15:1-20
- “(1) Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem
kepada Yesus dan berkata: (2) ‘Mengapa murid-muridMu melanggar adat istiadat
nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.’ (3) Tetapi
jawab Yesus kepada mereka: ‘Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat
istiadat nenek moyangmu? (4) Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan
ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.
(5) Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya:
Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan
untuk persembahan kepada Allah, (6) orang itu tidak wajib lagi menghormati
bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku
demi adat istiadatmu sendiri. (7) Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat
Yesaya tentang kamu: (8) Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal
hatinya jauh dari padaKu. (9) Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan
ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.’ (10) Lalu Yesus memanggil
orang banyak dan berkata kepada mereka: (11) ‘Dengar dan camkanlah: bukan yang
masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut,
itulah yang menajiskan orang.’ (12) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya
kepadaNya: ‘Engkau tahu bahwa perkataanMu itu telah menjadi batu sandungan bagi
orang-orang Farisi?’ (13) Jawab Yesus: ‘Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh
BapaKu yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya. (14) Biarkanlah mereka
itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang
buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.’ (15) Lalu Petrus berkata
kepadaNya: ‘Jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami.’ (16) Jawab Yesus:
‘Kamupun masih belum dapat memahaminya? (17) Tidak tahukah kamu bahwa segala
sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? (18) Tetapi apa yang keluar dari mulut
berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. (19) Karena dari hati
timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian,
sumpah palsu dan hujat. (20) Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan
yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.’”.
Yesus menyerang orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu karena:
1.
Mereka menjadikan tradisi mereka sebagai suatu keharusan bagi orang lain.
Matius 15:1-2
- “(1) Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem
kepada Yesus dan berkata: (2) ‘Mengapa murid-muridMu melanggar adat istiadat
nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.’”.
Kata yang
diterjemahkan ‘adat istiadat’ dalam Kitab Suci Indonesia itu, oleh
KJV/RSV/NIV/NASB secara seragam diterjemahkan ‘tradition’ (=
tradisi).
Pertama-tama
perlu saudara ketahui, bahwa apa yang dipersoalkan oleh orang-orang Farisi dan
ahli-ahli Taurat ini, sama sekali tidak berurusan dengan kesehatan, tetapi
semata-mata merupakan persoalan yang bersifat upacara. Cuci tangan yang mereka
haruskan dalam ay 2 itu tidak sembarangan, tetapi harus dengan cara
tertentu. Ini tidak pernah diperintahkan dalam Kitab Suci, tetapi hanya
merupakan tradisi mereka, tetapi hal yang hanya merupakan tradisi ini lalu
dijadikan suatu keharusan.
William Barclay: “to the orthodox Jew all this ritual
ceremony was religion; this is what they believed, God demanded. To do these
things was to please God, and to be a good man. To put it in another way, all
this business of ritual washing was regarded as just as important and just as
binding as the Ten Commandments themselves” (= bagi orang-orang Yahudi yang
orthodox semua upacara ini adalah agama; ini adalah apa yang mereka percaya
sebagai tuntutan Allah. Melakukan
hal-hal ini berarti menyenangkan Allah, dan menjadi seorang yang baik. Dengan
kata lain, semua urusan pembasuhan yang bersifat upacara ini dianggap sama
penting dan sama mengikatnya seperti sepuluh Hukum Tuhan sendiri) - hal 115.
Kalau apa yang
sebetulnya bukan merupakan keharusan lalu dijadikan sebagai keharusan, itu sama
dengan menambahi Firman Tuhan. Dan itulah yang dilakukan oleh orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat itu. Firman Tuhan tidak pernah menyuruh orang yang
mau makan untuk membasuh tangan lebih dulu. Jadi semua itu hanya tradisi,
tetapi pada waktu para murid Yesus tidak melakukan hal itu, mereka menuduh para
murid sebagai telah berdosa.
2.
Mereka menggunakan tradisi yang salah.
Ini secara
implicit terlihat dari kata-kata Yesus dalam Matius 15:11,17-20 - “(11)
‘Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang,
melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.’ ... (17) Tidak
tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam
perut lalu dibuang di jamban? (18) Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal
dari hati dan itulah yang menajiskan orang. (19) Karena dari hati timbul segala
pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan
hujat. (20) Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak
dibasuh tidak menajiskan orang.’”.
Dari kata-kata
yang saya garis bawahi itu terlihat bahwa orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat mengajarkan bahwa makan dengan tangan yang tidak dibasuh itu menajiskan
seseorang, dan Yesus mengcounter ajaran tersebut, dan mengatakan
sebaliknya.
3.
Mereka mengutamakan tradisi sedemikian rupa sehingga menggeser Firman Tuhan.
Matius 15:3-6
- “(3) Tetapi jawab Yesus kepada mereka: ‘Mengapa kamupun melanggar perintah
Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? (4) Sebab Allah berfirman: Hormatilah
ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti
dihukum mati. (5) Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau
kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu,
sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, (6) orang itu tidak wajib lagi
menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan
tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri”.
Karena itulah
maka Yesus lalu menegur mereka dengan keras, dan mengucapkan Matius 15:7-9 -
“(7) Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: (8) Bangsa
ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. (9)
Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah
perintah manusia.’”.
Sekarang,
cocokkah kalau text seperti ini diterapkan kepada orang-orang Kristen yang
merayakan Natal? Selama kita tidak menjadikan perayaan Natal itu sebagai suatu
keharusan, maka saya berpendapat bahwa text ini tidak bisa dipakai untuk
menyerang kita.
e) Pembahasan tentang Nadab dan Abihu dengan ‘api asing’ mereka.
Penulis internet itu mengatakan bahwa Nadab dan Abihu dihukum mati karena mereka memberikan api asing, dan dengan demikian mereka melakukan apa yang tidak diperintahkan oleh Tuhan. Memang dalam Im 10:1b ada kata-kata ‘yang tidak diperintahkanNya’. Tetapi mari kita membahas kontext itu beserta dengan kontext-kontext lain yang berhubungan, untuk melihat apakah Nadab dan Abihu sekedar melakukan apa yang tidak diperintahkan oleh Tuhan, atau, mereka melakukan apa yang dilarang oleh Tuhan!
Imamat 10:1-7
- “(1) Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil
perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu.
Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang
tidak diperintahkanNya kepada mereka. (2) Maka keluarlah api dari hadapan
TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN. (3)
Berkatalah Musa kepada Harun: ‘Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang
karib kepadaKu Kunyatakan kekudusanKu, dan di muka seluruh bangsa itu akan
Kuperlihatkan kemuliaanKu.’ Dan Harun berdiam diri. (4) Kemudian Musa memanggil
Misael dan Elsafan, anak-anak Uziel, paman Harun, lalu berkatalah ia kepada
mereka: ‘Datang ke mari, angkatlah saudara-saudaramu ini dari depan tempat
kudus ke luar perkemahan.’ (5) Mereka datang, dan mengangkat mayat keduanya,
masih berpakaian kemeja, ke luar perkemahan, seperti yang dikatakan Musa. (6)
Kemudian berkatalah Musa kepada Harun dan kepada Eleazar dan Itamar, anak-anak
Harun: ‘Janganlah kamu berkabung dan janganlah kamu berdukacita, supaya jangan
kamu mati dan jangan TUHAN memurkai segenap umat ini, tetapi saudara-saudaramu,
yaitu seluruh bangsa Israel, merekalah yang harus menangis karena api yang
dinyalakan TUHAN itu. (7) Janganlah kamu pergi dari depan pintu Kemah
Pertemuan, supaya jangan kamu mati, karena minyak urapan TUHAN ada di atasmu.’ Mereka
melakukan sesuai dengan perkataan Musa”.
Bersambung ke bagian 8
Sumber: Golgotha Ministry, Bolehkah Merayakan Natal? oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
Bersambung ke bagian 8
Sumber: Golgotha Ministry, Bolehkah Merayakan Natal? oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
Daftar isi, posting bagian 7
Macam-macam alasan untuk menentang Natal dan jawabannya
7) Tidak ada perintah untuk merayakan Natal
a) Tak
diperintahkan, tetapi tak dilarang
Banyak
tradisi dalam gereja
b) Adanya gedung
gereja juga tak pernah diperintahkan
c) Konsekwensi extrim dari ajaran ini
d) Pembahasan Matius 15:8-9
e) Pembahasan
Nadab dan Abihu dengan ‘api asing’ mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar