Posting ini merupakan lanjutan dari bagian 1 : Apa yang terjadi ketika Natal.
NATAL dan HUKUM TAURAT bagian 2
III) Tujuan Natal.
1) Untuk menebus kita, yang ada di bawah hukum Taurat.
Galatia 4:5 - “Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat,
supaya kita diterima menjadi anak”.
Lagi-lagi terjemahan bahasa Indonesia ini tidak tepat.
KJV: ‘To redeem them that were under the
law, that we might receive the adoption of sons’ [= Untuk menebus mereka
yang ada di bawah hukum Taurat, supaya kita bisa menerima pengadopsian sebagai
anak].
Tujuan utama dari Natal adalah Jum’at Agung. Tujuan utama Yesus menjadi
manusia adalah supaya Ia bisa mati menebus dosa-dosa manusia.
Melalui penebusan yang Kristus
lakukan, kita dibebaskan dari hukum Taurat dan diterima sebagai anak.
a) Pembebasan dari hukum Taurat
dan penerimaan sebagai anak tidak terjadi secara otomatis, tetapi melalui iman
kepada Kristus.
Galatia 3:26 - “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam
Yesus Kristus”.
Ingat bahwa kita tidak diterima sebagai anak karena kita dibaptis, pergi ke gereja, membuang dosa, melakukan perbuatan baik, dan sebagainya. Kita diterima sebagai anak karena kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Sudahkah saudara percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat?
Ingat bahwa kita tidak diterima sebagai anak karena kita dibaptis, pergi ke gereja, membuang dosa, melakukan perbuatan baik, dan sebagainya. Kita diterima sebagai anak karena kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Sudahkah saudara percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat?
b) Pembebasan dari hukum Taurat
tidak berarti bahwa kita tidak perlu lagi mentaati hukum Taurat. Kita
tetap harus mentaati hukum Taurat, tetapi bukan sebagai suatu jalan
keselamatan.
Alan Cole (Tyndale): “We are redeemed
from the law itself, seen as a system of attempted self-justification” [=
Kita ditebus dari hukum Taurat itu sendiri, yang dilihat sebagai suatu sistim
yang mengusahakan pembenaran diri sendiri] - hal 116.
Calvin: “Christ the Son of God, who
might have claimed to be exempt from every kind of subjection, became subject
to the law. Why? He did so in our room, that he might obtain freedom for us”
[= Kristus Anak Allah, yang bisa / boleh mengclaim / menuntut untuk bebas dari
setiap jenis ketundukan, menjadi tunduk kepada hukum Taurat. Mengapa? Ia
melakukan itu di tempat kita, supaya Ia mendapatkan kebebasan bagi kita] - hal
118-119.
Calvin: “the exemption from the law
which Christ has procured for us does not imply that we no longer owe any
obedience to the doctrine of the law, and may do whatever we please; for the
law is the everlasting rule of a good and holy life” [= pembebasan dari
hukum Taurat yang didapatkan oleh Kristus bagi kita tidak berarti bahwa kita
tidak lagi berhutang ketaatan kepada ajaran dari hukum Taurat, dan boleh
melakukan apapun yang kita senangi; karena hukum Taurat merupakan peraturan
kekal untuk suatu kehidupan yang baik dan kudus] - hal 119.
C. H. Spurgeon: “Christ came, we are
told next, to redeem those who were under the law; that is to say, the birth of
Jesus, and his coming under the law, and his fulfilling the law, have set all
believers free from it as a yoke of bondage. None of us wish to be free from
the law as a rule of life; we delight in the commands of God, which are holy,
and just, and good. We wish that we could keep every precept of the law,
without a single omission or transgressions. Our dearest desire is for perfect
holiness; but we do not look in that direction for our justification before
God” [= Kita diberi tahu selanjutnya bahwa Kristus datang untuk menebus
mereka yang berada di bawah hukum Taurat; artinya, kelahiran Yesus, dan
kedatanganNya di bawah hukum Taurat, dan penggenapanNya terhadap hukum Taurat,
telah membebaskan semua orang percaya dari hukum Taurat sebagai kuk perhambaan.
Tidak ada dari kita yang ingin untuk bebas dari hukum Taurat sebagai peraturan
kehidupan; kita menyenangi perintah-perintah Allah, yang adalah kudus, dan
benar / adil, dan baik. Kita ingin untuk bisa mentaati setiap ajaran / perintah
dari hukum Taurat, tanpa satupun penghapusan atau pelanggaran. Kita sangat
menginginkan kekudusan yang sempurna; tetapi kita tidak melihat ke arah itu
untuk pembenaran kita di hadapan Allah] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’,
vol I, hal 102.
2) Kalau kita sudah diselamatkan, bisakah kita terhilang / binasa?
C. H. Spurgeon: “I have heard children of God say sometimes, ‘Well, but don’t you think if we fall into sin we shall cease to be in God’s love, and so shall perish?’ This is to cast a slur upon the unchangeable love of God. I see that you make a mistake, and think a child is a servant. Now, if you have a servant, and he misbehaves himself, you say, ‘I give you notice to quit. There is your wage; you must find another master.’ Can you do that to your son? Can you do that to your daughter? ‘I never thought such a thing,’ say you. Your child is yours for life. Your boy behaved very badly to you: why did you not give him his wages and start him? You answer, that he does nor serve you for wages, and that he is your son, and cannot be otherwise. Just so. Then always know the difference between a servant and a son, and the difference between the covenant of works and the covenant of grace” [= Saya mendengar anak-anak Allah kadang-kadang berkata: ‘Ya, tetapi tidakkah engkau berpendapat bahwa jika kita jatuh ke dalam dosa, kita akan berhenti ada dalam kasih Allah, dan dengan demikian akan binasa?’ Ini sama dengan menghina / menodai kasih yang tidak berubah dari Allah. Saya melihat bahwa engkau melakukan suatu kesalahan, dan menganggap seorang anak sebagai seorang pelayan. Jika engkau mempunyai seorang pelayan, dan ia berbuat jahat / berlaku tidak pantas, engkau berkata: ‘Aku memecatmu. Inilah upahmu; engkau harus mencari tuan / majikan yang lain’. Bisakah engkau melakukan itu terhadap anak laki-lakimu? Bisakah engkau melakukan itu terhadap anak perempuanmu? ‘Aku tidak pernah memikirkan hal seperti itu’, katamu. Anakmu adalah milikmu untuk seumur hidupmu. Anakmu berkelakuan sangat buruk terhadapmu: mengapa engkau tidak memberikan upahnya kepadanya dan mengusirnya? Engkau menjawab, bahwa ia tidak melayanimu untuk upah, dan bahwa ia adalah anakmu, dan tidak bisa menjadi sesuatu yang lain. Benar demikian. Maka selalulah mengetahui perbedaan antara seorang pelayan dan seorang anak, dan perbedaan antara perjanjian perbuatan baik dan perjanjian kasih karunia] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol I, hal 103.
Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Yohanes 10:28. |
Orang Arminian sering beranggapan bahwa ajaran mereka lebih menyebabkan
orang untuk taat, sedangkan ajaran Calvinisme mereka anggap menyebabkan orang
berani berbuat dosa.
Untuk ini perhatikan komentar Spurgeon di bawah ini.
- C. H. Spurgeon: “I know how a base
heart can make mischief out of this; but I cannot help it; the truth is the
truth. Will a child rebel because he will always be a child? Far from it; it is
this which makes him feel love in return. The true child of God is kept from
sin by other and better forces than a slavish fear of being turned out of doors
by his Father. If you are under the covenant of works, then, mind you, if you
do not fulfil all righteousness you will perish: if you are under that
covenant, unless you are perfect you are lost; one sin will destroy you, one
sinful thought will ruin you. If you have not been perfect in your obedience,
you must take your wages and be gone. If God deals with you according to your
works, there will be nothing for you but, ‘Cast out this bondwoman and her
son.’ But if you are God’s child, that is a different matter; you will still be
his child even when he corrects you for your disobedience” [= Saya tahu
bahwa suatu hati yang hina bisa membuat kejahatan dari hal ini; tetapi aku
tidak bisa berbuat lain; kebenaran adalah kebenaran. Apakah seorang anak
memberontak karena ia tahu bahwa ia akan selalu merupakan seorang anak? Jauh dari
itu; justru hal itulah yang membuatnya merasa dikasihi. Seorang anak yang
sejati dari Allah dijaga / dicegah dari dosa oleh kekuatan-kekuatan lain dan
lebih baik dari pada rasa takut seorang budak tentang pengusiran oleh Bapanya.
Jika engkau ada di bawah perjanjian perbuatan baik, maka ingatlah bahwa jika
engkau tidak menggenapi seluruh kebenaran, engkau akan binasa: jika engkau ada
di bawah perjanjian itu, kecuali engkau sempurna, engkau akan terhilang; satu
dosa akan membinasakan engkau, satu pikiran berdosa akan menghancurkan engkau. Jika engkau tidak sempurna dalam
ketaatanmu, engkau harus mengambil upahmu dan pergi. Jika Allah memperlakukanmu
sesuai dengan perbuatan baikmu, maka tidak akan ada apapun untukmu kecuali
kata-kata ‘Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya’. Tetapi jika engkau
adalah anak Allah, maka itu merupakan persoalan yang lain; engkau akan tetap
merupakan anakNya bahkan pada saat Ia mengkoreksimu untuk ketidak-taatanmu] -
‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol I, hal 103-104.
Catatan: kutipan diambil dari kata-kata Sara dalam Kejadian 21:10, yang disetujui oleh Allah (Kejadian 21:12). - C. H. Spurgeon: “Love is a master force, and he that feels its power will hate all evil. The more salvation is seen to be all of grace, the deeper and more mighty is our love, and the more does it work towards that which is pure and holy” [= Kasih adalah kekuatan utama, dan ia yang merasakan kuasanya akan membenci semua kejahatan. Makin keselamatan terlihat seluruhnya dari kasih karunia, makin hal itu bekerja ke arah apa yang murni dan kudus] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol I, hal 104.
- C. H. Spurgeon: “Do not say, ‘The Lord will cast me away unless I do this and that.’ Such talk is of the bondswoman and her son; but it is very unseemly in the mouth of a true-born heir of heaven. Get it out of your mouth. If you are a son you disgrace your Father when you think that he will repudiate his own; you forget your spiritual heirship and liberty when you dread a change in Jehovah’s love. It is all very well for a mere babe to talk in that ignorant fashion, and I don’t wonder that many professors know no better, for many ministers are only half-evangelical; but you that have become men in Christ, and know that he has redeemed you from the law, ought not to go back to such bondage” [= Jangan berkata: ‘Tuhan akan membuang aku kecuali aku melakukan ini dan itu’. Kata-kata seperti itu adalah kata-kata dari hamba perempuan dan anaknya; tetapi sangat tidak cocok dalam mulut dari pewaris surga yang betul-betul dilahirkan (kembali). Buanglah kata-kata itu dari mulutmu. Jika engkau adalah anak, engkau memalukan Bapamu pada saat engkau berpikir bahwa Ia akan menolak untuk mengakui milikNya; engkau melupakan ke-pewaris-an dan kebebasan rohanimu pada waktu engkau takut terhadap suatu perubahan dalam kasih Yehovah. Boleh saja seorang bayi berbicara dengan cara yang bodoh itu, dan aku tidak heran bahwa banyak profesor yang tidak lebih tahu, karena banyak pendeta hanya setengah injili; tetapi engkau yang telah menjadi orang-orang dalam Kristus, dan tahu bahwa Ia telah menebusmu dari hukum Taurat, tidak seharusnya kembali pada perhambaan seperti itu] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol I, hal 104.
- C. H. Spurgeon: “My God is my Father, ... I am not afraid of him, but I delight in him, for nothing can separate me from him” [= Allahku adalah Bapaku, ... Aku tidak takut kepadaNya, tetapi senang kepadaNya, karena tidak ada yang bisa memisahkan aku dari Dia] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol I, hal 104.
Penutup.
Keselamatan memang tidak bisa hilang. Tetapi sudahkan saudara diselamatkan?
Kalau belum, datanglah kepada Kristus dan terimalah Dia sebagai Tuhan dan
Juruselamat saudara!
-AMIN-
Baca lagi bagian 1: Apa yang terjadi ketika Natal.
Sumber : Golgotha Ministry, Natal dan Hukum Taurat oleh Pdt. Budi Asali, M.Div.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar